HeLL (o), Dear ! (Chapter 3)

Title : Complicated – HeLL (o), Dear !

Author : usney or mee-icha

Main Cast: Kang Hye Yeon, EXO

Length : Chapter

Disclaimer : http://asniishere.wordpress.com/

Note :Hai,Here is the next chapter, hope you’ll like it. I don’t know what’s wrong with my brain lately, but I got stuck for some point of the storyline. Feel free to tell me if you disappointed with this chapter. Well, there’s still much typo’s everywhere. Enjoy the story and don’t forget for comment.

Hell dear

^^^

Hye yeon menghempaskan tubuhnya begitu saja di sofa saat tiba rumah beberapa menit lalu. Lelah menggerogoti tubuhnya setelah jalan-jalan malam yang dilakukan seorang diri. Sehun? Entah kemana anak itu bersama yeoja manja tadi. Gadis itu tidak mau repot-repot memikirkan hal itu. Dia lebih memilih memusatkan perhatian pada hiruk pikuk pasar malam tempatnya menghabiskan waktu beberapa jam lalu. Berjalan-jalan sendiri bukanlah hal baru baginya. Dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Dan yang terpenting dia menikmati semua itu.

Baru saja Hye yeon bangkit dari duduknya saat ayahnya keluar dari ruang kerjanya. Mata mereka bertemu. Tuan Kang berjalan mendekati putri semata wayangnya, berniat untuk menanyakan bagaimana kegiatan jalan-jalan yang baru saja dilakukannya. Hye yeon juga mulai melangkahkan kakinya, hanya saja bukan dengan niat yang sama. Gadis itu berjalan tanpa sedikitpun menoleh dan langsung melewatiTuan Kang begitu saja saat beliau baru saja ingin membuka mulutnya.

Tuan Kang berniat untuk memperbaiki hubungan dengan putri semata wayangnya itu. Tapi hal itu tidak semudah yang dibayangkannya. Sikap Hye yeon padanya berubah drastis sejak kematian istrinya. Dia sungguh bingung bagaimana menangani sikap Hye yeon yang semakin membencinya akibat rencana perjodohan ini. Tuan Kang hanya bisa menatap sedih punggung anaknya yang sedang menaiki undakan anak tangga menuju lantai dua.

^^^

Lampu kamar itu sudah dimatikan Sehun sejak setengah jam yang lalu dan berganti dengan sebuah lampu tidur yang cahaya cukup redup. Tapi sampai saat ini matanya belum mau terpejam erat. Posisi berbaring dengan tangan kanan sebagai alas kepala kini menjadi pilihannya. Pandangannya lurus menatap langit-langit kamarnya sedangkan kepalanya sibuk dengan puluhan pertanyaan.

Kenapa ekspresi wajah Hye yeon berubah ketika melihat yeoja itu? Kenapa Hye yeon tidak ingin bertemu dengannya? Apa mereka saling kenal? Kenapa Hye yeon tidak melarangnya bertemu dengan yeoja itu? Kenapa Hye yeon malah lebih memilih meninggalnya dengan yeoja itu dan bukan mengajak pergi bersama? Apa Hye yeon memang benar-benar tidak menyetujui perjodohan ini? Terus kenapa dia tetap melakukannya?. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus menerus muncul dikepalanya sejak tadi. Semua pertanyaan yang muncul dikepalanya belakangan ini hampir tidak pernah terlepas dari sosok gadis super cuek yang pernah dikenalnya dan sebentar lagi akan menjadi pasangan hidupnya.

“Apa sebenarnya yang dipikirkan gadis itu? Kenapa dia menjalani perjodohan ini kalau dia tidak menyetujuinya? Apa yang harus kulakukan untuk membatalkan perjodohan ini?” Sehun bertanya pada dirinya sendiri. “Arrrrggghhh…” Sehun mulai gusar dengan pikirannya sendiri.Dia mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk bersila kemudian menghembuskan nafas dengan kasar.

Tidak tahan dengan rasa penasaran yang terus mengganggunya, Sehun bangkit dan keluar dari kamar berniat untuk mengambil segelas air di pantry.

Oppa, kau belum tidur?” Tanya Namjoo saat melihat Sehun berjalan mendekatinya yang sedang menikmati ice cream.

“Belum.” Jawab Sehun datar sambil berjalan menuju lemari es untuk mengambil sebotol air dan bergabung bersama Namjoo di meja makan. “Kau sendiri kenapa belum tidur dan malah makan ice cream tengah malam begini?”

“Aku baru selesai main game online bersama temanku, terus tiba-tiba ingin makan ice cream makanya sekarang aku menikmati ini.” Jawab Namjoo sambil menunjuk pada cup ice cream dihadapannya. “Oppa, bagaimana hubunganmu dengan Hye yeon eonni? Tadi kalian kemana saja?” Tanya Namjoo dengan antusias.

Sehun hanya melirik malas melihat tingkah Namjoo yang menurutnya terlalu berlebihan itu.

“Ayolah oppa, ceritakan padaku.” Bujuk Namjoo secara halus.

Sehun kembali melihat sekilas kearah Namjoo kemudian “Aku akan cerita asal mulutmu tidak ‘ember’”

“Oke.” Sahut Namjoo cepat.

Sehun mendengus pelan sebelum mulai berkata-kata. “Entahlah, aku belum terlalu mengenalnya. Aku bahkan belum pernah berbincang sama sekali dengannya didalam kelas.” Mulai meracaukan pikirannya tentang gadis bernama Hye yeon itu.

“Hah? Kok bisa?” Namjoo bingung.

“Ya bisalah. Kenapa tidak bisa.” Sahut Sehun cuek.

Oppa? Mmm…” Namjoo menggantungkan kalimatnya. Gadis itu terlihat ragu dengan pertanyaan yang akan disampaikannya.

“Kenapa?”

“Terlepas itu Hye yeon eonni atau bukan, apa kau setuju dengan hal seperti ini? Maksudku perjodohan ini?” Tanya Namjoo penasaran.

Sehun hanya diam. Pikirannya seakan menerawang jauh. “Apa boleh kalau aku tidak setuju?” Kalimat itu begitu pelan. Nada putus asa dan pasrah terdengar dari ucapannya.

Namjoo hanya bisa menunduk sambil mengacak-acak ice cream dicup kecil tersebut. Dia tidak suka melihat oppa-nya yang selalu terlihat cool dan keren diluar rumah itu, sekarang terlihat begitu putus asa. Dari pada menjawab pertanyaan oppa-nya itu, gadis berpiyama itu lebih memilih untuk melontarkan kalimat lain “Tapi Hye yeon eonni bukan pilihan buruk untuk menjadi pasanganmu.”

“Huuh! Dia pilihan paling buruk yang pernah kutemui.” Sela Sehun cepat sambil menatap botol air dihadapannya. “Dia dingin dan kaku seperti botol ini”

“Botol itu dingin dan kaku karena ada air es didalamnya. Oppa cukup menghangatnya untuk bisa menghilangkan pengaruh dingin dan kaku tersebut.” Ujar Namjoo bijak.

Jidad Sehun berkerut tanda bahwa dia tidak mengerti maksud ucapan dongsaeng-nya itu. “Maksudmu?”

“Hye yeon eonni bersikap dingin dan kaku itu pasti ada penyebabnya. Mungkin saja dia bersikap seperti itu hanya sebagai tameng agar dia tidak disakiti lagi…”

“Kalimatmu sama seperti Baekhyun” Sela Sehun.

Eomma cerita padaku kalau sikap Hye yeon eonni berubah sejak kematian ibunya. Aku rasa dia benar-benar terguncang dengan hal tersebut.” Sambung Namjoo tanpa mempedulikan kalimat Sehun.

“Tapi ini sudah berapa lama sejak kematian ibunya? Seharusnya dia sudah bisa menerima itu semua.” Sela Sehun lagi.

“Awalnya aku juga berpikir seperti itu, oppa. Tapi sekarang aku berpikir berbeda jika aku menempatkan diriku diposisi Hye yeon eonni. Bayangkan saja, saat itu dia masih seorang anak perempuan yang cukup kecil dan sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Tapi kemudian ibunya meninggal dan saat itu ayahnya sedang tidak bersama dengannya karena urusan pekerjaan. Dan dia adalah anak tunggal dikeluarganya. Bisa kau bayangkan betapa hancurnya dia saat kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya? Betapa kesepiannya dia, oppa?”… “Kalau aku jadi dia, mungkin aku sudah gila atau bahkan mati karena tidak tahan dengan penderitaan itu. Aku tidak bisa membayang saat aku pulang sekolah tidak ada eomma yang selalu tersenyum padaku dan mendengar semua keluh kesahku, atau aku tidak punya oppa sepertimu yang bisa kuajak bicara saat aku ada masalah. Dan yang bisa kulakukan hanya duduk diam dalam rumah besar ini saat appa sering sibuk dengan pekerjaannya dan tidak ada waktu untukku. Bukankah aku sama saja seperti benda mati yang ada dirumah ini. Kalau sudah begitu, bukankah lebih baik jika aku benar-benar mati, ya ‘kan?” Jelas Namjoo sambil memainkan ice cream yang sudah mencair tersebut.

Sehun hanya diam. Dia cukup terpana dengan cara pandang dongsaeng-nyaterhadap Hye yeon. Sekilas dia menatap kagum Namjoo yang masih terbawa suasana hatinya saat bercerita barusan.

“Meski kau sering menyebalkan dan suka memarahiku, aku bersyukur, aku punya seorang oppa sepertimu. Setidaknya aku tahu kalau aku tidak sendiri jika suatu saat eomma dan appa ‘pergi’…” Ujar Namjoo dengan suara yang begitu sendu.

Kalimat itu sukses membuat Sehun tertegun. Untuk kesekian kalinya malam ini namja itu menyadari bahwa dongsaeng-nya ternyata punya pemikiran yang sangat dewasa berbeda dengan kesehariannya yang terkadang terlihat sangat polos dan suka ceplas ceplos saat berbicara.

“Namjoo-a, jangan berpikir macam-macam. Eomma, appa dan aku tidak akan pergi kemana-mana. Ini sudah terlalu malam. Jangan disini lama-lama. Kembalilah ke kamarmu dan tidur.” Sehun bangkit dari duduknya dan membelai sebentar puncak kepala Namjoo untuk menenangkannya. “Ayo berdiri dan kembalilah ke kamarmu.” Tukas Sehun lagi .

^^^

Sang mentari yang muncul tanpa malu-malu membuat suasana pagi itu menjadi sangat menyenangkan. Namjoo masih saja betah menumpang pada mobil sang oppa meskipun mobilnya sudah selesai diperbaiki. Belakangan ini, gadis itu memang suka berangkat ke sekolah bersama oppa-nya. Namjoo menurunkan kaca mobil untuk merasa terpaan angin pagi di wajahnya.

“Aaaahhh… segarnya” Ujarnya.

“Namjoo-a, kalau kau memang sedang malas membawa mobil sendiri, kenapa kau tidak minta jemput saja oleh pacarmu? Kenapa kau harus menumpang dimobilku?” Sehun menggerutu kesal.

Wae? Kau tidak suka aku menumpang padamu? Apa kau sudah punya pacar? Atau kau mau menjemput Hye yeon eonni?” Tanya Namjoo beruntun sekaligus menggoda Sehun.

“Karena aku tidak ingin mendengar ocehanmu tidak penting seperti ini.” Ujar Sehun sambil melirik malas.

Namjoo cuma bisa berdecak pelan sambil membuang muka kembali kearah jendela. “Oh!” Gadis itu terpekik pelan saat melihat keluar jendela. “Mereka berdua lagi?”

“Huh?”

Oppa, sepertinya kau akan punya saingan.” Tukas Namjoo sambil menoleh kearah Sehun sebentar.

“Saingan? Maksudmu” Tanya Sehun penasaran melihat kearah beberapa siswa yang sedang berjalan menuju pintu gerbang sekolah.

“Itu.” Tunjuk Namjoo “Hye yeon eonni bersama Kyungsoo oppa.

Sehun melihat kearah yang ditunjuk Namjoo sambil mengendarai pelan mobilnya. Dia melihat mereka berdua sedang mengobrol asyik saat mobilnya melewati mereka. Seakan menyadari sesuatu, Sehun langsung bertanya pada Namjoo “Kau pernah mereka melihat mereka berdua sebelumnya?”

Keureomyo… Aku sudah beberapa kali melihat mereka berdua dan mengobrol asyik seperti itu. Oppa, Hye yeon eonni itu gadis yang berkarakter. Dia juga cantik. Kalau aku seorang namja, sudah lama aku akan mendekatinya.”

“Ya sudah, kau dekati saja.” Celetuk Sehun.

“Aku bukan namja.” Balas Namjoo Ketus. “Oppa, menurutku kau akan rugi besar jika melepaskan Hye yeon eonni. Percaya padaku. Hye yeon eonni itu orang yang baik.” Tambahnya, lalu membuka pintu mobil yang sudah terparkir sempurna itu.

“Darimana kau mendapat keyakinan seperti itu tentangnya?” Tanya Sehun spontan.

Namjoo melangkahkan kakinya keluar dari mobil. “Insting seorang wanita itu kuat terhadap wanita lain.” Jawabnya santai, lalu langsung menutup pintu mobil begitu saja.

Sehun hanya mendengus mendengar jawaban yang menurutnya asal-asalan dari mulut Namjoo. Matanyamelirik pada kaca spion mobil. Dia melihat bagaimana gerak gerik Hye yeon dalam merespon setiap kalimat dari lawan bicaranya, Kyungsoo. Gadis itu terlihat nyaman bercengkrama dengan si kutu buku yang sekelas dengan mereka.

Dengan cepat Sehun meraih tas ransel yang diletakkannya di jok belakang dan keluar dari mobil tersebut.Entah apa yang dipikirkannya barusan, yang jelas kini dia tengah berjalan sambil menperhatikan punggung 2 orang dihadapannya yang masih sibuk dengan obrolan pagi mereka.

Kerutan dikepala Sehun muncul seiring dengan rasa penasaran karena keakraban dari dua orang dihadapannya. Bagaimana bisa Hye yeon begitu yang pendiam bahkan terkesan dingin padanya,namun bisa begitu santai dan nyaman bertukar cerita dengan seorang kutu buku seperti Kyungsoo? Apa yang kurang dari dirinya sampai Kyungsoo bisa terlihat lebih menyenangkan untuk diajak berkomunikasi?. Pertanyaan-pertanyaan tentang gadis itu kembali mengisi pikirannya pagi ini.

“Oh! Sehun oppa…” Seru seorang yeoja yang sedang berlari-lari kecil mendekati Sehun sambil membawa cokelat berpita di tangannya.

Sontak saja koridor sekolah yang semula sangat tenang berubah menjadi gaduh karena teriakan yeoja tadi telah menarik perhatian yeoja lainnya sepanjang koridor. Sehun sendiri hanya bisa mendengus malas melihat kelakuan para fans die hard-nya.

Hye yeon dan Kyungsoo juga mengalihkan pandangannya kearah sumber kegaduhan pagi itu setelah mendengar percakapan para yeoja yang melewati mereka berdua. “Inilah arti penting punya wajah tampan dan menjadi populer. Kau tidak perlu repot-repot memikirkan apa sarapan dan makan siang yang ingin kau santap.” Celetuk Kyungsoo saat melihat beberapa yeoja yang memberikan berbagai bungkus makanan pada Sehun.

Hye yeon hanya menatap kejadian dihadapannya dengan tatapan datarnya. Untuk sejenak pandangan Sehun dan Hye yeon bertemu. Sekilas Sehun melirik pada Kyungsoo kemudian kembali pada Hye yeon. Ada tatapan misterius yang terpancar dari sudut mata Sehun. Namun,namjaitu segera mengalihkan perhatiannya kembali pada para yeojadisekelilingnya saat ada seseorang diantara mereka yang menarik paksa tangannya untuk meletakkan sebuah bingkisan disana. Sesaat Sehun melirik tajam pada yeoja itu dan menoleh kembali tempat Hye yeon berdiri Kyungsoo tadi tapi gadis itu sudah tidak ada disana.

^^^

Setelahsekian lama Hyeyeonbersekolahditempatitu, baru kali inidiaberniatuntukmengunjungikantinsekolahsaat jam makansiang.Awalnyadiaragudengan ide tersebutkarenadiatidakterlalusukaberadadalamkeramaian.Bisadibayangkankeadaankantinsaat jam istirahatsepertiapa. Kinikakinyasedangmelangkahpelanmenujukantin.Suarahebohsiswa yang sedangsibukmenikmatimakansiangsudahmengisipendengaransaatdiaberadadidepanpintukantin.

Mata Hyeyeonmulaimenyusuriruangkantintersebut.Kebanyakanpadasiswamemilihdudukbergeromboldenganteman-temannya.Merekasalingbertukarceritasatusama lain sambilmenikmatimakansiang yang terhidangdihadapan mereka.

KeraguanitukembalimunculdidalamdiriHyeyeon.Diahanyasendiri dan kini berdiridiamsepertipatungdidepanpintukantinselamabeberapamenit.Menolehkeseluruhruanganbagaikan orang yang sedanglinglung.

“Hye yeon eonni.” Seru seseorang padanya.

Hye yeon menoleh kanan kiri untuk mencari sumber suara tersebut. Dia melihat seseorang yang sedang melambai padanya. Hye yeon tersenyum kecil saat melihat Namjoo.

Eonni, sini…” Ujarnya lagi.

Hye yeon mulai melangkahkan kaki. Dia lega setidaknya dia memiliki teman bicara selama berada dikantin. Yah, walaupun teman bicaranya itu bukanlah seseorang yang dekat dengannya. Setidaknya dia tidak sendiri. Itu cukup untuk saat ini. Perlahan ragu itu lenyap dari dirinya.

Tadi, saat Namjoo meyerukan nama Hye yeon, Sehun langsung memutar tubuhnya kearah Namjoo untuk memastikan bahwa Hye yeon yang dipanggil oleh dongsaeng-nya itu adalah Hye yeon yang dikenalnya. Bagi Sehun, kemungkinan kehadiran Hye yeon dikantin sama seperti kemungkinan terjadi petir saat matahari sedang bersinar dengan teriknya, hampir mustahil. Sehun mengikuti arah pandang Namjoo dan segera menyipitkan matanya. “Itu benar Hye yeon. Ada apa dengannya tiba-tiba berada disini?” Gumam Sehun pada dirinya sendiri.

Hanya butuh beberapa langkah lagi bagi Hye yeon untuk sampai pada meja dimana Namjoo berada, namun langkahnya terhenti saat mendengar seruan seseorang.

“Sehun oppa…” Suara familiar seorang yeoja kembali mengisi pendengarannya.

Mata Hye yeon menoleh cepat melihat sosok yeoja yang menggunakan seragam yang sama dengannya. Ekspresi kaget terpampang jelas diwajah Hye yeon. “Dia siswa sekolah ini juga?” Bisiknya pada udara.

Sehun yang sejak tadi memperhatikan Hye yeon, segera menyadari perubahan ekspresi wajah gadis itu dan langsung memandang kearah yang pandangan Hye yeon. “Hyorin?” Gumam Sehun. Untuk sesaat Sehun hanya menatap Hye yeon dan Hyorin secara bergantian. Sebenarnya ada apa antara Hye yeon dan Hyorin? Kenapa Hye yeon selalu menghindar setiap kali ada Hyorin?, tanya Sehun dalam hati saat melihat Hye yeon memutar tubuhnya dan berjalan keluar kantin.

Hye yeon telah melupakan keinginannya untuk menikmati makan siangnya dikantin. “Kenapa dia harus bersekolah disini sih? Kenapa aku tidak pernah melihatnya selama ini?” Gumam Hye yeon pada dirinya sendiri. Hye yeon terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia berjalan tanpa memperhatikan orang-orang disekitarnya, hanya menunduk menatap jalan dihadapannya.

“Hye yeon?” Ujar ragu-ragu seseorang dihadapannya.

Hye yeon mengangkat kepala untuk melihat siapa orang tersebut. Ekspresi wajah Hye yeon berubah.

“Kau benar Hye yeon ‘kan?” Ulang orang itu lagi.

Hye yeon masih belum mengeluarkan sepatah katapun. Namun, perlahan tapi pasti sudut bibirnya mulai tertarik keatas menampilkan sebuah senyum bahagia.

“Kau benar Hye yeon.” Seru orang itu. “Ah, Hye yeon-a…” Ucapnya lagi sambil memeluk Hye yeon tanpa ragu.

Begitu pula Hye yeon yang langsung membalas pelukan tersebut. “Apa kabar Eunji-a?” Sapa Hye yeon setelah pelukan itu lepas.

“Tentu saja baik. Kau bagaimana? Berita yang kudengar, kau di Amerika? Kapan kau kembali? Kenapa tidak memberitahuku? Tunggu dulu…” Rentetan pertanyaan Eunji terhenti karena menyadari suatu hal yang sangat penting “Kau bersekolah disini?” Tanyanya sambil memperhatikan seragam yang dikenakan Hye yeon dan langsung mendapat anggukan sebagai jawabannya. “Kau masuk dikelas mana? Kenapa aku tidak tahu? Sudah berapa lama kau disini?”

Hye yeon hanya tertawa mendengar rentetan pertanyaan yang mengalir lancar dari sahabat masa kecilnya itu. Menurutnya, Eunji tidak berubah sama sekali kecuali kenyataan bahwa sekarang sahabatnya ini tumbuh menjadi yeoja yang semakin cantik. Hye yeon benar- benar senang dengan kenyataan ini. Dia bisa bertemu kembali dengan sahabat masa kecil.

“Hye yeon-a, jangan tertawa saja. Jawab pertanyaanku.” Seru Eunji mulai tidak sabaran dengan muka cengengesan Hye yeon. “Sebegitu senangkah kau bertemu denganku?” Tanya Eunji lagi. Hye yeon langsung mengangguk cepat tanpa melepaskan senyum bahagianya. Eunji hanya bisa tersenyum melihatnya.

“Ayo ke kantin dan ceritakan semua hal yang terjadi padamu selama ini” Ujar Eunji sambil menarik lengan Hye yeon.

Hye yeon segera menggeleng “Jangan dikantin. Aku…” Hye yeon ragu mengatakannya. “Bagaimana kalau pulang sekolah kita bertemu lagi. Aku akan meceritakan semua padamu sambil kita makan ice cream. Aku yang traktir. Otte?” Tawar Hye yeon.

Eunji berpikir sebentar kemudian langsung menyahut, “Arraseo. Sepertinya ada banyak hal yang inginkau ceritakan. Aku senang kita bertemu lagi. Aku benar-benar merindukanmu.”

“Aku juga.” Balas Hye yeon dan tepat saat itu bel tanda jam istrihat habis berbunyi nyaring.

“Baiklah. Kutunggu digerbang sekolah jam pulang sekolah nanti. Ok?” Ulang Eunji lagi

“Hmm…”

“Ayo masuk kelas.” Ajak Eunji.

Untuk sesaat mereka berjalan beriringan. Saat Eunji mengajaknya menuju gedung dimana kelas 2 berada, Hye yeon malah berhenti dan berkata “Kita pisah disini, sampai bertemu nanti saat pulang sekolah.”

“Oke.” Sahut Eunji, namun dia heran melihat Hye yeon yang melangkah menuju gedung dimana kelas 3 berada. “Hye yeon-a, kau mau kemana?” Tanya Eunji heran.

“Kelas.”

“Kelas? Kelas 2 itu lewat sebelah sini.” Ujar Eunji lugu.

Hye yeon hanya tersenyum. Dia lupa belum mengatakan pada sahabatnya itu bahwa dirinya berada satu tingkat diatasnya. Eunji semakin bingung dengan senyum Hye yeon yang tiba-tiba muncul dan itu sukses menimbulkan kerutan di dahi gadis itu.

“Nanti kuceritakan. Aku pergi dulu.” Ujar Hye yeon dan melenggang dengan santai sambil mengingat wajah penasaran sahabatnya.

^^^

Hye yeon dan Eunji berjalan santai mengelilingi sebuah mall terkenal di Seoul. Belakangan ini Hye yeon memang sering menghabiskan waktu bersama sahabat masa kecilnya itu. Semua hal yang terjadi padanya sejak dia pindah sekolah telah diceritakannya pada Eunji. Dan hampir setiap cerita tersebut sukses membuat sahabat baiknya itu tercengang dan kehilangan kata-kata untuk berkomentar. Eunji tidak pernah menyangka bahwa Hye yeon begitu menderita dan kesepian.

Kini mereka sedang melenggang memasuki sebuah toko asesoris. Eunji mengambil sebuah jepitan rambut berpita biru. “Dulu, saat masih kecil, aku ingat kau menangis karena merasa kehilangan jepit rambut seperti ini dan saat pulang sekolah kita malah menemukannya terselip dalam kotak pensilmu.” Ujar Eunji dengan pikirannya yang menerawang ke ingatan masa kecilnya.

Oh, majayo. Kau masih ingat saja hal itu. Aku kangen dengan masa-masa itu. Aku menangisi banyak hal yang ternyata adalah kecerobohanku.” Hye yeon tersenyum bodoh mengingat dirinya sendiri. Kemudian mereka tertawa bersama dan kembali sibuk memilih asesoris kembali.

Beberapa saat kemudian, mata Eunji menyipit melihat beberapa orang yang sedang berjalan masuk menuju toko yang menjual barang sport yang berada bersebrangan dengan toko tempat mereka berdua berada. “Hye yeon-a, itu Sehun sunbae ‘kan?”

Hye yeon berhenti dari kesibukannya meneliti gelang tangan yang ingin dibelinya. Dan mengarahkan kepala kearah yang ditunjuk Eunji. “Hmm…Majayo. Itu Sehun bersama Baekhyun dan Chanyeol dan… yang lain aku tidak tahu.” Jawab Hye yeon sambil memperhatikan mereka.

“Sehun?” Tanya Eunji sambil menoleh pada Hye yeon. “Ah, matta, kalian seangkatan bahkan sekelas. Aneh rasanya aku harus memanggilnya dengan embel-embel ‘sunbae’, sedangkan aku bisa memanggilmu dengan namamu saja.”

Hye yeon hanya tersenyum bangga. “Aku hebatkan?” Kemudian kembali mengamati gelang tangan yang masih digenggamnya.

“Aku akui kau hebat. Tapi akan lebih menyenangkan bila kita bisa tetap sekelas. Huh!” Tukas Eunji cepat. “Hye yeon-a, bagaimana rasanya sekelas dengannya? Maksudku sekelas dengan seseorang yang populer seperti dia dan ternyata calon suamimu?”

Hye yeon kembali mengangkat kepalanya dan melihat kearah Sehun diseberang toko. “Entahlah. Aku tidak terlalu peduli. Aku sudah pernah bilangkan padamu, kalau aku hampir tidak pernah berbicara padanya ketika didalam kelas.”

“Tapi, apa kau tidak pernah sedikitpun penasaran tentangnya? Yah,you know, he’s your future husband.”

“Penasaran? Entahlah. Kadang ada pertanyaan yang muncul tentangnya. Tapi aku tidak mau ambil pusing. Kalaupun suatu saat aku benar akan menikah dengannya, semua itu hanya bukti patuhku pada wasiat almarhum ibuku saja.” Jawab Hye yeon.

Meski hanya sesaat, Eunji bisa mendengar ada nada pilu dalam suara Hye yeon. Eunji ingat, saat Hye yeon bercerita padanya tentang perjodohan itu, gadis disampingnya saat ini hampir menangis. Masa depan yang dirancangnya dan kebebasan yang diinginkannya seakan hilang menguap dan terbang lepas ke langit tinggi diatas sana dan tidak akan pernah diraihnya lagi.

Eunji langsung merangkul pundak Hye yeon dari samping dan berkata “Apapun yang kau lakukan untuk hidupmu, aku akan selalu mendukungnya.”. Hye yeon hanya tersenyum sendu menanggapinya.

Well, Just look at him. He has a good face, a good body, rich and popular. He’s not that bad.” Ujar Eunji sambil memperhatikan Sehun yang sedang melihat-lihat deretan sepatu.

Hye yeon hanya bisa tercengang menoleh pada sahabatnya itu. “It’s seems like you’re his fans too. Just like the other girl in our school.” Cibir Hye yeon.

Aniya. Aku hanya berbicara kenyataannya. Coba kau pandang dia lurus-lurus dan katakan padaku, bagian mana dari kalimatku yang salah?” Tukas Eunji sambil menggerakkan paksa kepala Hye yeon untuk melihat pada Sehun.

Hye yeon hanya diam. Dalam hati dia menyadari bahwa semua yang diucapkan Eunji benar adanya. “Mungkin kau…memang… tidak salah” Ujar Hye yeon ragu.

“Tuh ‘kan… Akhirnya kau mengakui kalau dia bukan pilihan yang buruk.”

“Aku tidak pernah mengatakan dia pilihan yang buruk” Sergah Hye yeon cepat

“Kau tidak mengatakannya tapi kau mengekspresikannya.” Balas Eunji.

Kemudian mereka hanya tertawa bersama karena menyadari tidak ada yang mau mengalah satupun.

“Hye yeon-a… mungkin ini akan membuatku terdengar seperti seorang sahabat yang jahat tapi niatku baik.” … “Aku tahu kau sudah melalui banyak hal dalam hidupnya. Hal-hal terberat yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya” … “Cobalah buka hatimu. Meskipun hanya perlahan. Sedikit demi sedikit. Terimalah dia sebagai pasanganmu, calon suamimu. Kau juga sudah mengakui bahwa dia bukan pilihan yang buruk ‘kan?. Setidaknya, dengan begitu eomma-mu disurga bisa tenang karena tahu bahwa beliau sudah melakukan hal tepat untuk masa depan hidup anaknya.”

^^^

Hari sudah gelap saat Hye yeon tiba dirumahnya. Gadis itu langsung berjalan menaiki tangga dengan menjinjing beberapa kantong belanjaannya. Badannya lelah dan pikirannya mengambang entah kemana karena masih teringat ucapan Eunji padanya.

Agasshi, Tuan besar menunggu anda di ruang kerjanya.” Ujar Min Ajhumma dari dasar tangga.

Aboeji? Menungguku?” Tanya Hye yeon heran.

“Ne. Beliau telah menunggu anda sejak tadi sore.”

Arraseoyo ajhumma. Aku akan meletakkan ini dahulu kemudian menemui aboeji.”

“Sini belanjaannya, biar saya saja yang membawanya kekamar agasshi. Sebaiknya agasshi segera menemui tuan besar, sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikannya.” Ujar Min ajhumma sambil mendekati Hye yeon dan mengambil alih kantong belanjaannya.

Hye yeon berjalan menuruni tangga dan melangkah menuju ruang kerja sang ayah. Sebuah ketukan pelan pada pintu dilakukannya sebelum memasuki ruangan tersebut. Hye yeon mulai menduga-duga apa yang akan dikatakan ayahnya pada dirinya.

“Hye yeon-a, kau sudah pulang rupanya. Duduklah.” Ujar Tuan Kang setelah Hye yeon memasuki ruangan tersebut.

Dengan langkah pelan Hye yeon berjalan menuju sofa ditengah ruangan itu dan segera duduk. Muka gadis itu terlihat sangat datar tanpa ekspresi apapun diwajahnya.

“Hye yeon-a, appa akan langsung bicara pada pokok pembicaraan ini karena kau sudah terlihat lelah karena aktifitasmu.” Ujar Tuan Kang dengan nada serius. Ada tarikan nafas yang dilakukannya sehalus mungkin supaya tidak terdengar oleh Hye yeon. “Appa dan orang Sehun telah memutuskan bahwa kalian akan melakukan proses pertunangan terlebih dahulu sebelum kami memutuskan hari baik untuk pernikahan kalian”

Pandangan Hye yeon yang semula tertunduk langsung menatap lurus tanpa ragu pada ayahnya. Tubuhnya seketika menegang. Perasaannya mulai khawatir. Dia yakin, kalimat barusan bukan hal penting yang ingin disampaikanaboeji-nya. Hatinya mulai berdebar tidak menentu karena memikirkan berbagai dugaan dari kalimat aboeji-nya.

Tuan Kang menatap lurus pada puterinya dan berkata dengan serius, “Pertunangan itu akan dilaksanakan minggu depan, sehari setelah hari ualang tahunmu yang ke-17.”

To Be Continued

Chapter 3, done! Well., what do you think ???. Ini cerita mau dibawa kemana, saya juga masih ngga ngerti..hahaha..

Jangan lupa saran dan masukkan supaya next chapternya bisa lebih baik.

3 pemikiran pada “HeLL (o), Dear ! (Chapter 3)

Tinggalkan komentar