Hot Chocolatte

Title: Hot Chocolatte

Author: Kim Ria

Genre: Romance

Length:One Shoots

Ratting: PG-13

Main Cast: Woon Jin Ah | Xi Lu Han

JinA berjalan melewati lapangan basket sambil terus melihat ke arah dasinya, ia tersenyum kecil saat melihat dasinya itu sambil membayangkan kembali jika yang menyimpulkan dasinya adalah Luhan.

Duk!Duk!Duk!

Terdengar suara bola basket sedang di dribble, suara bola basket itu cukup menarik bagi JinA.JinA mencoba menolehkan kepalanya ke samping kanan, tepat ke arah lapangan basket itu. Terlihat jika yang tengah men-dribble bola basket itu adalah Luhan. Karena Luhan hanya sendiri dan keadaan lapangan basket itu sangat sepi, membuat suara bola basket itu terdengar sangat jelas. JinA menghadapkan posisi berdirinya menghadap ke arah lapangan basket itu sambil memperhatikan Luhan yang asyik bermain bola basketnya.JinA memang mengakui Luhan tampan, apalagi sekarang.Yang tengah bermain bola basket dan melepas jas seragamnya dan hanya mengenakan kemeja putih dan dasi yang di longgarkan yang menutupi tubuh bagian atasnya, terlihat sangat keren.

Luhan menghentikan bolanya, firasatnya mengatakan jika ia sedang di perhatikan. Luhan celingukan kesana kemari, mencari orang yang ada di sekitar lapangan basket.Dan tatapannya berhenti, tertancap pada JinA yang juga tengah memperhatikan dirinya. 

Menyadari jika mata Luhan sedang menatap balik pada JinA, cepat-cepat JinA membalikkan tubuhnya sebelum rona pipinya terlihat dan di sadari oleh Luhan. Kedua tangan JinA menepuk-nepukkan pipinya. Aigoo, kenapa aku menjadi gugup sekali? Batin JinA.

“Ya!” suara Luhan menggema disana saat tengah berteriak pada JinA.JinA menoleh pada Luhan yang tengah melambaikan tangannya, seolah mengatakan ‘kemari’. Dan tentu saja JinA menurut, ia berjalan memasuki lapangan basket dan duduk di kursi penonton. JinA duduk sambil bertopang dagu. Luhan tersenyum sambil memandangi JinA. “Ya! Daripada kau di sana, lebih baik kau bermain basket denganku.” Kata Luhan.JinA mengangkat kepalanya lalu bangkit dari tempat duduknya dan meletakkan tasnya di bangku penonton.

Senang melihat ajakannya di penuhi oleh JinA, Luhan langsung melemparkan bola basketnya pada JinA.Luhan melempar bola itu bermaksud untuk menjahili JinA, agar bola basket itu mengenai tangannya, kakinya atau yang lain. Dan untungnya, JinA sigap. Ia langsung menangkap bola basketnya, lalu menjulurkan lidahnya ke arah Luhan. Dengan tatapan nakal, Luhan berlari pada JinA.

JinA memiringkan kepalanya saat melihat Luhan berlari ke arahnya. Lalu matanya membulat saat Luhan hampir dekat dengannya dengan tatapan mata dan senyuman nakal ada di wajah namja itu. JinA tak tahu apa masalahnya tapi tubuhnya bergerak begitu saja. Tangannya menjatuhkan bola basketnya dan kakinya berlari menjauh pada Luhan. Melihat JinA ikut berlari, Luhan memperbesar langkahnya dan berhasil menangkap mangsanya.

Grep!

“Ha! Tertangkap!” seru Luhan sambil mendekap tubuh JinA dari belakang dan tertawa puas. Sementara yeoja yang menjadi mangsa Luhan hanya diam, pipinya memerah dan detak jantungnya tak teratur saat Luhan mendekapnya dengan tiba-tiba. Agar tak terlihat jika sedang gugup dan membuat suasana menjadi canggung, JinA memaksa keluar dari tangan besar Luhan. Setelah bebas, JinA menjitak kepala Luhan.”A! Ya! Kenapa kau menjitakku?” tanya Luhan sambil mengusap-usap kepalanya.

“Itu balasan karena berhasil menangkapku.” Jawab JinA lalu menjulurkan kembali   lidahnya dan berlalu meninggalkan Luhan dan pergi kembali ke bangku penonton. Dan langkahnya di ikuti oleh Luhan. “Mwo? Kenapa mengikutiku?” tanya JinA sambil menoleh pada Luhan.

“Terserahku, mau mengikuti atau tidak.” Jawab Luhan. JinA hanya memutar bola matanya saat mendengar jawaban Luhan.

Buk

JinA dan Luhan duduk dengan cara bersamaan. Luhan mengambil botol air mineralnya, lalu meneguknya.

“Ah..Habis?” kata Luhan sambil membalikkan botolnya. Memastikan jika ada air yang tersisa di sana. Luhan menutup tutup botolnya dan beralih pada handuk kecilnya. Ia hendak mengusap keringatnya yang ada di wajahnya dan daerah lehernya namun itu berhenti saat mendapati JinA duduk dengan bertopang dagu. Luhan tersenyum kecil lalu melemparkan handuk kecilnya pada JinA. Dan hal iu tentu saja membuat JinA tersentak dan menoleh pada Luhan dengan dahi berkerut. Tatapan tanda tanya JinA di jawab dengan senyuman manis dari Luhan. “Daripada melamun, lebih baik kau membuat kebaikan dengan mengusap keringatku ini..Kau mau kan?” pinta Luhan sambil mendekatkan posisi duduknya pada JinA dan menunjuk wajahnya yang penuh dengan keringat yang mengalir dari dahi dan pelipisnya.

JinA mengangkat ke dua alisnya.

“Ya, kau punya 2 tangan dan semuanya normal dan sehat..Kenapa begitu manja?” kata JinA. Luhan terdiam lalu tangan kirinya memegang tangan kanannya dan sebaliknya, lalu mimik wajahnya berubah menjadi kesakitan. Ya, dia sedang berakting dan itu sangat kenak-kanakan. JinA menghembuskan nafasnya, lalu duduk menghadap pada Luhan.

Tangan kiri JinA mengangkat wajah Luhan agar ia dapat mengusap keringat yang ada di wajah namja itu dengan tangan kanannya. Sementara Luhan hanya diam dan menatap JinA yang terlihat sangat serius dengan perasaan gugup.

JinA terlihat sangat serius, matanya dengan detil mencari keringat yang ada di wajah Luhan. Sementara tangan kanannya mengusap keringat itu dengan perlahan dan lembut.JinA mengusap wjaha Luhan, seperti membersihkan benda berharga dengan sangat hati-hati agar barang berharga itu tidak tergores. Setelah selesai dengan wajah Luhan, JinA beralih pada daerah leher Luhan yang telah penuh dengan keringat di sana. Dan kembali membenarkan dasi Luhan yang menjadi sedikit kendur.

“Selesai..” kata JinA lalu menjauhkan wajahnya dari Luhan. Ia menatap polos ke arah Luhan yang mematung dan matanya masih tak berkedip. Mwo…? Dia melakukannya dengan sangat serius..? Ia juga membenarkan dasiku… Kenapa aku menjadi gemetaran seperti ini eo? Pikir Luhan. “Ya!” JinA mengejutkan Luhan dari lamunannya.

Luhan mengedipkan matanya dan menoleh pada JinA.

“Eee..Mianhae.” Luhan langsung menundukkan kepalanya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Sudah selesaikan? Aku mau pulang.” Kata JinA sambil menggendong tas ranselnya dan beranjak dari tempatnya.Luhan mengangkat kepalanya, bola matanya mengikuti kepergian JinA.Luhan memakai kembali jas sekolahnya dan menenteng tasnya dan berlari menyusul JinA.

Setelah jarak dirinya dan JinA telah memendek, Luhan langsung merangkul bahu JinA dengan tangan kanannya. Membuat tubuh mereka berdempetan.

JinA membulatkan matanya lalu menoleh ke arah Luhan, dan mencoba sekuat mungkin menahan rasa gugupnya saat ada di dekat Luhan seperti ini.Belum lama JinA melihat ke arah Luhan, Luhan sudah membalas tatapan JinA dengan senyuman lebar. Namun keadaan tak berlangsung lama, Luhan dan JinA langsung membuang muka mereka ke arah yang berlawanan.

  1. . Kenapa aku terlihat bodoh seperti ini lagi?? runtuk JinA.
  2. .Dilihat sangat dekat..Sangat manis… batin Luhan.

“Eumm…. Kau… Mau menemaniku jalan-jalan?” Luhan membuka pembicaraan, namun kepalanya masih saja menoleh ke kiri. Sama sekali tak memandang ke arah yeoja di sampingnya itu. JinA menoleh lalu mengernyitkan dahinya.

“Mmm..Ne..Boleh saja, memang kau mau kem..Ah!!” JinA berteriak saat Luhan dengan tiba-tiba menarik lengannya. Menarik dengan berlari, membuat tubuh JinA tak seimbang dan terjatuh. Luhan menghentikan langkahnya saat merasakan beban di belakangnya.

“Wua?!!” Luhan terkejut saat JinA bisa jatuh tersungkur seperti itu. Cepat-cepat Luhan berlari ke arah JinA dan berjongkok, memastikan kaki JinA tidak terluka.Matanya menangkap sebuah batu aga besar di dekat kaki JinA, lalu membuangnya ke sembarang arah.Berpikir jika batu itu menjadi penyebab JinA terjatuh. Terlihat di atas mata kaki kiri JinA berdarah dan penuh debu dengan batu-batu kecil. Dan itu sangat perih, apalagi lukanya cukup dalam karena terkena batu. “Mmmmii..Mianhae JinA, aku tak bermaksud begitu, apa sakit?” tanya Luhan.

JinA masih merintih kesakitan, tangannya masih memegangi bagian kaki kirinya. Mata kanannya menutup, efek dari menahan rasa sakitnya. JinA berusaha tak menangis sedikitpun saat merasakan perih yang ada di lukanya.

“Eung..Euuhh..Gwaechana..Haha…” JinA menangkat wajahnya dan mencoba tersenyum lebar ke arah Luhan.JinA mencoba bangkit dengan perlahan, dan tentu dengan di bantu Luhan. Setelah berdiri sempurna, Luhan langsung mengalungkan tangan kanan JinA pada lehernya. Dan tangan kirinya berada di pinggang JinA, untuk menahan beban JinA yang berat itu. Lalu tangan kanannya menggenggam tangan kanan JinA agar tetap berada di bahunya.

“Tolong jangan menangis.. Kita akan segera ke ruang kesehatan..Bertahanlah..” ucap Luhan. JinA hanya mengangguk dan bersusah payah menyeret kaki kirinya.

–***–

Sesampainya di ruang kesehatan, Luhan segera mencari tempat tidur dan membantu JinA untuk duduk di sana.

“Mwo? Ada apa dengan yeoja itu?” terdengar suara wanita paruh baya, yang tak lain adalah dokter di ruang kesahatan ini. Luhan menoleh lalu cengengesan, ia terlihat kikuk karena bingung menjawab apa.

“Hehehe…Mmm, dia terjatuh tadi. Sepertinya lukanya dalam. Apa ibu bisa membantu?” tanya Luhan. Wanita itu melihat jam tangannya lalu menghela nafas.

“Ne, ini sudah menjaditugasku walaupun sekarang adalah waktuku pulang..tapi apa boleh buat. Aku akan melihat keadaannya, lalu kau sendiri yang akan mengobatinya ne?” jawab wanita itu sambil berjalan mendekati JinA.

“Sendiri? Lalu siapa yang mengunci pintunya?” tanya Luhan.

“Biarkan saja, nanti penjaga sekolah akan menguncinya..”

Wanita itu melihat seksama pada luka JinA. Dan tangannya sama sekali tak menyentuh kaki JinA, hanya melihatnya dengan teliti menggunakan kaca mata tebalnya.

“Mmmm.. Sepertinya ada batu kecil yang masih menancap disana, makanya timbul luka dalam yang terus mengeluarkan darah. Jadi, yang kau perlukan air untuk membilasnya,kapas , lalu gunakan kain yang ada di atas meja itu untuk mengelap airnya, obat merah dan pinset untuk mengambil batunya. Lakukan dengan hati-hati dan jangan beri perban atau plester pada lukanya. Jika ditutup lukanya tak kunjung kering, dan setelah di teetsi obat merah kau tiupkan bagian lukanya. Agar obat merahnya berhenti mengalir… Arrachi?” wanita itu memberikan penjelasan panjang lebar pada Luhan, Luhan menganggukkan kepalanya. Saat kepala Luhan mengangguk, wanita itu bangkit dan berpamitan untuk pulang. Dan tentu saja, Luhan tak lupa mengucapkan berterima kasih atas sarannyanya untuk menyembuhkan JinA.

Luhan mengalihkan pandangannya pada JinA yang masih menunduk, Luhan tersenyum kecil lalu pergi mengambil barang-barang yang di butuhkan tadi.

  1. ..

“Akhh…Aeuummm..Pelan-pelan Luhan….Ini perih sekali..Ahh…” kata JinA sambil menahan rasa sakitnya itu. Luhan hanya diam dan berkonsntrasi pada luka JinA, ia menunagkan air tepat di atas luka JinA lalu menggunakan kain yang ia ambil di atas meja yag ada di dekat lemari obat untuk mengelap perlahan air yang membasahi kaki JinA. Barulah terlihat batu kecil berwarna hitam yang menancap di kaki JinA setelah Luhan mencuci kaki JinA.

“Mwo? Benar ada batu! Apa batu ini tajam eo? Sampai melukaimu seperti ini?” kata Luhan sambil mengangkat kepalanya dan menatap JinA.Sedangkan JinA hanya mengangkat bahunya.

Dengan bantuan pinset, Luhan mengambil batunya itu. JinA hanya bisa melihatnya sambil menggigit bibir bawahnya. Menahan rasa sakitnya saat batu itu terlepas dari kulitnya.Luhan tersenyum senang saat batunya sudah terlepas dari kaki JinA. Dengan cekatan, Luhan mengelap darah yang terus mengalir itu menggunakan kapas. Dan yang terakhir, mengobati luka JinA dengan obat merah.

“Aak!”

“Ssst.. Diam saja, sebentar lagi..” kata Luhan meminta JinA untuk menahan rasa sakitnya saat di beri obat merah. Setelah selesai, Luhan meniup-niupkan kaki JinA dengan udara dari mulutnya dengan perlahan.

Udara itu memang terasa menyakitkan ,terasa perih dan dingin. Seperih apapun, udara itu adalah sentuhan terakhir dari usaha penyelamatannya kepada yeoja yang sudah mulai ia.. Sayangi dan sukai.

“Selesai… Mungkin masih terasa perih.. ..Tapi ini pasti lebih baik.” Kata Luhan sambil tersenyum pada JinA.JinA hanya membalas dengan senyuman tipis, ia masih sulit tersenyum lebar saat itu. Karena menahan rasa perih di kakinya itu.

JinA memperhatikan luka di kakinya itu. Kini warnanya sudah agak kemerahan karena ada obat merah. JinA tersenyum kecil, jatuh sampai tertusuk batu kecil seperti ini. Ia merasa sangat bersyukur, karena sekali lagi ia di bantu oleh namja yang JinA kagumi. Tidak, lebih dari rasa kagum dan suka. Cinta.

–***–

Luhan dan JinA sudah keluar dari area sekolah, mereka berjalan dengan lambat karena JinA.Suasana hanya sepi dan santai. Dengan sinar matahari sore yang hangat dan angin dingin yang berhembus. Membuat daun-daun di pepohonan itu bergoyang mengikuti irama angin yang berhembus.

“Apa tak apa jika berjalan sendiri?” tanya Luhan memastikan keadaan JinA yang jalannya menjadi sedikit aneh.

“Tenang saja, hanya luka terkena batu saja….” jawab JinA sambil tersenyum tipis. Luhan menurunkan pandangannya, ia menghela nafas panjang.

“Mianhe.. Tadi aku ceroboh, harunya aku tak menarikmu terlalu kencang.” Kata Luhan dengan suara yang lirih. JinA menoleh pada Luhan dan tersenyum lembut.

“Gwaechana….” ucap JinA selembut mungkin, berusaha membuat Luhan tidak terus menerus merasa bersalah.

Tiba-tiba Luhan berjalan lebih cepat dan berdiri di depan JinA. Ia berjongkok seolah mengisyaratkan pada JinA untuk naik ke atasnya.

“Ani.. Itu merepotkanmu.” Tolak JinA karena mengerti maksud Luhan berjongkok seperti itu.

“Cepatlah! Apa kau mau aku seperti ini terus di sini eo?” kata Luhan dengan suara yang lebih keras. JinA menghela nafasn panjang lalu menuruti permintaan Luhan, daripada hal ini berujung menjadi adu mulut.

JinA naik ke atas tubuh Luhan dengan hati-hati, ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Luhan. Kepalanya sedikit ia tundukkan dan ia mendapat posisi terbaik kepalanya pada bahu kiri Luhan dan menempel pada bagian kiri kepala Luhan. Sementara Luhan, ia memegang pergelangan kaki JinA tanpa menyentuh bagian kaki JinA yang terluka.Dengan sekuat tenaga ia bangkit.

“Mmm.. Apa aku berat?” tanya JinA dengan nada tak yakin.

“Hhh, ne seperti anak babi.” Jawab Luhan, JinA membulatkan matanya dan sedikit mengangkat kepalanya. Luhan sedikit melirik ke arah JinA lalu tertawa. “Hahahaha… Kau marah eo? Kau benar-benar merasa seperti anak babi? Hahahaha…” Luhan melanjutkan kalimatnya sambil tertawa. JinA melihat ke arah Luhan dengan kesal, ia kembali meletakkan kepalanya di bahu Luhan.

Pikiran JinA menjadi tidak karuan. Ia merasa risih berada di gendongan Luhan seperti ini, berada di antara ratusan orang pejalan kaki yang berlalu lalang. Diantara senang, gugup, malu.

“Wae? Kenapa kau diam saja?” tanya Luhan.

“Eum? Memang aku harus bicara apa?..Ah! Sudah hampir ke halte!” celutuk JinA saat melihat halte busnya tinggal 5 langkah lagi.

“Ne… Aku akan antarkan kau sampai ke rumahmu, tenang saja.” Jantung JinA berdetak cepat dan sekujur tubuhnya gemetar dan terasa panas.Sampai rumah..? Aku tidak salah dengar? Batin JinA.

“Kau benar-benar ingin mengantarku?” ulang JinA. Luhan menganggukkan kepalanya. Melihat jawaban Luhan, JinA tersenyum kecil senang.

–***–

15 menit berlalu, sampailah mereka di rumah JinA atau lebih tepatnya di depan pintu utama rumah JinA. Luhan menatap kesekeliling rumah JinA.

“Apa.. Rumahmu sangat sepi seperti ini setiap harinya?” tanya Luhan tanpa menoleh pada JinA, terus memperhatikan halaman rumah JinA.

“Ne memang sepi seperti ini setiap hari, tetapi untuk  hari ini dan 3 hari kedepan rumahku benar-benar sepi. Karena kedua orang tuaku pergi ke Busan untuk menghadiri acara kerabatnya.Dan aku sendirian di rumah.Hhh….”jawab JinA dengan nada yang lesuh.

Ceklek! Kreek….

JinA membuka pintu rumahnya dan segera masuk ke dalam dan diikuti oleh Luhan.Sepi sekali.batin Luhan.Matanya masih sibuk melihat kesekeliling dan kakinya terus berjalan mengikuti langkah JinA hingga ia sampai di.

“Dapur? Kau mengajakku ke sini?” Luhan membulatkan matanya saat baru sadar ia sampai di dapur milik JinA. JinA hanya tersenyum menahan tawanya melihat ekspresi Luhan.

“Kau duduk saja di kursi meja makan itu, akan kubuatkan coklat panas.”ucap JinA sambil tersenyum kecil lalu berlalu. Luhan menatap JinA dengan heran, ia menaikkan bahunya lalu menarik kursi dan duduk di atasnya. Luhan bertopang dagu sambil memperhatikan JinA yang sedang membuat coklat panas.

“Ya~ Apa kau tak pernah mengganti seragam sekolahmu?” tanya Luhan. JinA mengentikan aktifitas memotong coklat batangnya, ia berbalik badan dan menatap Luhan sambil menyengir kuda.

“Hehehe..Geurae..Aku akan mengganti pakaianku.” Jawab JinA sambil berlari kecil keluar dari dapur. Luhan tersenyum kecil lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke tempat di mana JinA memasak.

“Ah, celemek. Pas sekali.” Gumam Luhan sambil mengambil salah satu celemek milik JinA yang ada di dekatnya lalu memakainya. “Geurae, aku akan tunjukan pada JinA jika aku namja yang pantas untuknya. Hh, lihat saja.” Tekad Luhan. Namja bercelemek itu melanjutkan pekerjaan JinA, yaitu memotong coklat batang.

Tuk!Tuk!Tuk!

JinA mengenakan kemeja putih polos dan celana jeans hitam yang hanya sampai ke lututnya saja. JinA berjalan memasuki dapur sambil menggulung lengan kemeja putih sampai ke siku. Ia sedikit terkejut melihat Luhan memakai celemek dan memotong coklat. Aigoo..Ia berpikir tidak waras eo?pikir JinA. Ia mempercepat langkahnya, setelah itu ia memakai celemeknya dengan tergesa-gesa.

“Ya, kau ini tamu di rumahku!” seru JinA. Luhan menolehkan kepalanya.

“Aku ingin membantumu apa tak bo..” kalimatnya terpotong saat melihat tali belakang pada celemek yang JinA kenakan belum di simpul. Ia meletakkan pisaunya di atas talenan dan berjalan ke belakang JinA untuk menyimpulkan tali celemek JinA tanpa ragu-ragu lagi. “Sepertinya kau itu harus di ajari bagaimana carinya menyimpul tali.” Kata Luhan.

JinA hanya diam, wajahnya memerah padam.Entah dirinya harus merasa apa, sangat senang, gugup dan penasaran. Ya, penasaran. Kenapa hari ini ia begitu dekat dengan Luhan seperti ini? Memang akan terjadi apa nantinya?

“Selesai, kajja kita lanjutkan membuat coklatnya.” Kata Luhan sambil melempar senyuman manis pada JinA. JinA hanya menatap Luhan dengan takut-takut. JinA..Kendalikan diri, jangan seperti ini. Kau terlihat sekali jika gugup…batin JinA. JinA memperhatikan tangan Luhan yang tengah mengiris coklat batangnya. Ia menghela nafasnya panjang.

“Berikan pisaunya.” Celutuk JinA sambil merebut pisau dari tangan Luhan. Lalu memotong coklat batang dengan  vertikal semua lalu dengan horizontal. Membuat coklat batang itu menjadi kecil-kecil dan lebih cepat dari cara Luhan. JinA menoleh pada Luhan. “Sudah lihatkan? Apa coklat sebelumnya kau juga memotong coklatnya seperti tadi?” tanya JinA. Luhan menggaruk-garuk kepalanya dan menganggukkan kepalanya dengan kikuk. “Kalau kau mengerti, lakukan itu ne? Potong satu coklatnya, ada 2  lagi. Aku akan memotong yang satunya.” JinA memberi arahan pada Luhan lalu mengambil 1 talenan kecil dan pisau lagi.

Luhan meilirk sekilas ke arah JinA, entah ada rasa apa. Tapi seketika pipi Luhan memerah saat melihat JinA yang terlihat sangat serius itu.

“Aku sudah selesai.” Kata JinA. Luhan mengangguk lalu melangkah mundur beberapa langkah.

“Aku juga.” Balas Luhan. JinA mengambil panci kecil lalu di letakkan di atas kompor. “Aku akan membantu, aku harus mengambil apa?” tanya Luhan.

“Mm.. Sekotak susu di kulkas dan coklat bubuk di rak pertama dekat kulkas.” Jawab JinA.

Coklat bubuk dan irisan coklat juga sekotak susu murni sudah tersedia. JinA memasukkan susu murni dan coklat bubuk ke dalam panci, setelah itu menyalakan api kompor. Luhan hanya diam dan memperhatikan JinA yang tengah memasak.

“Mwo. Kenapa coklatnya yang kita iris tidak di masukkan?” tanya Luhan.

“Hh..Tunggu dulu sampai mendidih. Baru di tambah potongan coklatnya.Lalu rebus lagi hingga mendidih.” Jawab JinA.

–***–

Setelah 15 menit memasak, akhirnya coklat panasnya selesai.Luhan dan JinA membuka celemeknya bersamaan, mereka tertawa kecil bersamaan dan tawaan itu berhenti saat mereka menyadari jika mereka kini saling bertatapan. JinA mati-matian menahan suhu tubuhnya agar tidak naik agar tidak menimbulkan rona merah di wajahnya. Menyadari ekspresi JinA berubah menjadi gugup, Luhan memberikan senyuman tulusnya pada yeoja yang ada di hadapannya itu. Dan keheningan mulai menyelimuti mereka, namun keheningan itu tak bertahan lama saat salah satunya membuka pembicaraan untuk memecah keheningan itu.

 “Kau tahu? Jika kau…. Sangat manis?” ucap Luhan kemudian. JinA mengangkat kedua alisnya dan matanya membulat tak percaya dengan ucapan Luhan. Luhan masih tersenyum pada JinA. Perlahan kepala JinA mulai menduduk, ia tak berani melihat ke arah Luhan tak berani beradu mata dengan Luhan. “Dan… Karena manis itu, aku tak tahan dneganmu. Maukah kau menjadi cinta pertamaku? Pertama dan selama-lamanya.” Kata Luhan tanpa dengan nada begrtear sedikitpun, ia sangat percaya dnegan yang ia ucapkan. JinA mengangkat kepalanya, terlihat wajahnya merah padam dan ia benar-benat terkejut dengan pernyataan cinta…..Luhan. JinA terlihat sangat takut dan bingung, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan untuk menenagkan dirinya sejenak.

JinA membuka tangannya dan menampakkan wajahnya berhias senyuman termanisnya lalu menganggukkan kepalanya dengan yakin. Mata Luhan terbelak, mulutnya terbukan lebar karena sangat senang. Dan langsung memeluk JinA yang bertubuh lebih kecil darinya dengan sangat erat. Kepalanya di tenggelamkan pada bahu JinA, ia masih tersenyum senang. Sementara JinA menerima hangat pelukan itu, ia sangat senang dan merasa di dalam 2 selimut tebalnya saat ada di dalam dekapan namja yang sudah menjadi kekasihnya itu, sangat hangat, hangat tetapi tak sesak.

“Dengar JinA. Aku akan terus mencintai daN menyayangimu sampai kapanpun. Aku akan menepati perkataanku tadi, karena kau benar-benar yang pertama untukku.Dan…Gomawo kau mau menerimaku, Saranghae.” Bisik Luhan. JinA tersenyum kecil mendengar perkataan Luhan.

“Ne..Aku juga, saranghae Luhan…” balas JinA. Luhan membuka pelukannya namun tangannya masih berada di pinggang JinA. Mereka saling bertatapan, dan kali ini JinA menatap mata Luhan tanpa dengan taku-takut lagi. Untuk apa ia ragu bertatapan seperti ini dengan kekasihnya sendiri?

Luhan sedikit membungkukkan badannya dan mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan wajah JinA. Barulah hal ini yang membuat JinA kembali ragu, pipinya memerah saat Luhan menatap dirinya dengan jarak yang sangat sempit saking takutnya, JinA menutup kedua matanya karena terlalu takut.

Mungkin saat memasak tadi Luhan terlihat sedikit seperti anak kecil yang butuh bimbingan, kali ini dirinya berubah. Tatatapan matanya menjadi berubah saat JinA menutup matanya, ia tersenyum kecil lalu kembali mendekat ke arah wajah JinA dengan menutup matanya.

Chu~

Luhan mencium bibir JinA, JinA membuka matanya dan membulatkan matanya lantaran terkejut dengan hal yang ia lakukan sekarang. Ciuman pertama? Rasanya seperti ini? pikir JinA. Lambat laun, JinA mulai menikmatinya. Ia kembali menutup matanya dan mengikuti arus dengan tenang. Dan dengan perlahan dan hati-hati mereka memperdalam tautan bibir mereka dan menjadikannya terasa lembut? Mereka melakukan dengan manis dan tak ada yang hal lebih dari semua itu, hanya sebatas ciuman. Sebut saja First kiss kedua orang itu, dan melakukannya dengan baik dan tidak melampui batas.

Meluapkan semuanya, sama dengan coklat panas yang masih diam di tempatnya dan terus menguap ke atas.

Coklat panas berasa manis jika kau meminumnya, dan akan terasa lembut dari coklatnya dan juga memiliki sensasi panas.

END

Sudah selesai baca?Ini murni dari pemikiran apa gk ada yang namanya PLAGIAT! Kalo ada kemiripan, aku gk tau ya, ….Suka? 😀 semoga iya, segera tulis komentar ya? Dan sebelumnya saya minta maaf, karena ff ini gk akan ada sequel atau semacamnya. :3 tapi tenang aja, 😀 Phobia nya tetap lanjut dan ff baru. Hehehehe… 😀 tunggu aja, FF barunya,

-series

-dan masih sedikit sama, tokoh wanita lebih muda. Selisih 2 tahun

-bocor dikit ya soal judul :v Judul utama 2Chan (Chanyeol,Miichan)

-school——married 😀

Tunggu dan terima kasih buat yang setia baca cerita saya ^^ :’D :’)

Kim Ria

19 pemikiran pada “Hot Chocolatte

  1. Huwaaa daebak!! Eh ngomong2, itu ff barunya OC namanya Miichan ya? Huwaa itu namkor aku /tepuk tangan pake kaki/? Fighting ya thor buat ceritanya 😀

  2. ya ampun mau punya pacar kayak luhan tanggung jawab plus so sweet maximal… ditunggu next series ya itu yeol kan castnya hihi nggak sabar ^_^

Tinggalkan komentar