Cooking? Cooking? (Chapter 3)

Author: @Anggiilicious

Genre: Romance

Cast: Park Yoonhae

EXO-K Do Kyungsoo

EXO-M Kris

And other cast..

Ini chapter terakhir, mudah-mudahan readernya gak bosen yaaa T_T enjoooooooooooyy!!

______________________________________

Kyungsoo POV

Aku menciumnya. Aku mencium Yoonhae noona yang kusukai. Awalnya ia tersentak, mungkin kaget. Tetapi ia tidak menolak dan kurasakan bulu matanya yang lentik menyentuh kelopak mataku saat ia memejamkan matanya. Rasanya terlalu manis, aku tak ingin mengakhirinya. Tuhan, biarkan waktu berjalan lebih lambat sebentar lagi..

“Noona, saranghae..” ujarku setengah berbisik. Wajahnya bersemu merah, terlihat sangat kontras dengan butiran salju yang berjatuhan di sekelilingnya. Ia tampak begitu cantik saat ini.

“Aku tak meminta jawaban” ujarku saat kulihat wajah noona yang terlihat bingung. Aku juga sadar noona sudah mempunyai orang yang dia cintai. Aku rasa aku terlalu kekanakan kalau memaksanya bersamaku. Biar hatinya yang memilih.

“Aku hanya ingin kau mengetahuinya kalau aku benar-benar mencintai noona. Masalah siapa yang kau pilih, itu hakmu. Aku tak berhak memaksa” ujarku sambil tersenyum padanya. Yoonhae noona menundukkan kepalanya. Aku tahu pasti kepalanya pusing, banyak hal membingungkan yang berputar-putar di pikirannya.

J

Yoonhae POV

Aku mencintai Kris. Sungguh, aku mencintai Kris. Tetapi saat ini aja namja yang menggenggam tanganku dan menyatan perasaannya padaku. Apa yang harus kulakukan? Jujur jantungku berdebar keras saat ia menciumku tadi. Aku sungguh bingung.

“Aku hanya ingin kau mengetahuinya kalau aku benar-benar mencintai noona. Masalah siapa yang kau pilih, itu hakmu. Aku tak berhak memaksa” ujarnya sambil terus tersenyum padaku. Pilihan? Dia memberiku pilihan? Aku tak mau dihadapkan pada hal seperti ini.

“Aku antar kau pulang noona. Kau sudah terlalu lelah” ujar Kyungsoo sambil menarik tanganku pelan. Aku menurut dan di dalam bis kota pun kami hanya diam. Tidak ada pembicaraan apapun yang keluar dari mulut kami. Kami tenggelam dalam pikiran masing-masing tentang apa yang terjadi barusan. Kami sudah sampai di apartemenku dan Kyungsoo pun sudah pulang. Aku melangkah gontai memasuki apartemenku. Saat aku masuk, ada sepasang sepatu yang kukenal. Dan kulihat pemilik sepatu itu sedang tertidur di sofaku.

Kutatap wajahnya yang terlihat khawatir. Aku merogoh handphoneku di tas dan kutemukan ada 15 missed call dan 10 pesan dengan isi yang kira-kira sama.

From:  Kris ❤

Kau dimana? Aku mengkhawatirkanmu!

Mianhae Kris-ah, aku lupa mengabarimu. Pantas saja ia mencariku sampai kesini. Aku terduduk di sebelahnya. Kutatap wajah Kris yang terlihat lelah. Aku masuk ke kamarku dan mengambilkan selimut untuknya. Saat kuselimuti, tubuhnya sedikit menggeliat.

“Kajimaa Yoonhae-ah. Jebal..” ujarnya pelan dan berbisik pada ujung kalimatnya. Aku terkejut mendengarnya. Kusentuh wajahnya pelan dan perlahan ia membuka matanya.

“Kau darimana? Aku lelah mencarimu” ujarnya pelan sambil menatap mataku. Aku menatapnya nanar, mataku memanas dan rasanya aku ingin menangis.

“Aku melihatmu. Berciuman. Dengan Do Kyungsoo, chefmu, di kebun bunga. Sekarang apa yang harus kulakukan?” ujarnya tanpa menatapku. Aku membulatkan mataku. Ia melihatnya? Sungguh, bunuh saja aku sekarang.

“K.. Kris-ah..” ujarku memanggil namanya. Ia tak menyahut ataupun membalas tatapan mataku. Ia hanya terdiam dan menghela napas berat. Kris menyentuh tanganku yang ada di pipinya, dan ia melepaskannya.

“Aku mau pulang. Maaf merepotkanmu” ujarnya sambil menyibak selimut yang kuberikan dan beranjak dari sofa.

“Kris-ah, aku bisa jelaskan Kris-ah!” ujarku sambil menggenggam lengannya agar ia mau berjenti dan mendengarkan penjelasanku. Tapi ia tak berhenti. Ia terus berjalan ke pintu, memakai sepatunya, dan menghilang seraya menutup pintu dengan keras. Aku menyakiti Kris. Aku tak tahu kalau dia melihatnya. Aku menangis, aku tak tahu apa yang harus kulakukan selain menjelaskan pada Kris. Tetapi, Kris pun tak mau dengar..

J

Berkali-kali kutekan tombol ‘Call’ di handphoneku. Diujung sana tetap tak ada yang menjawab. Tak jarang operatorlah yang berbicara, mengatakan bahwa nomor yang kuhubungi sedang tidak aktif. Semua pesan yang kukirimkan tidak ada balasan. Bahkan tidak terkirim.

“Oddieyo, Kris-ah?” ujarku pelan sambil sesekali terisak. Ini sudah hari kelima sejak kejadian di apartemenku dan sampai sekarang tidak ada kabar tentang Kris. Aku tak tahu dimana Kris, sedang apa ia sekarang. Saat aku ke apartemennya dia tidak pernah ada. Ia meninggalkan apartemen dalam keadaan berantakan. Aku sering meninggalkan memo di kamarnya yang berujung di tempat sampah keesokan harinya. Aku merasa sangat sedih saat ini, aku merindukan Kris.

“Masih tak dapat dihubungi?” ujar Seoyeon yang muncul dari dapur sambil membawa segelas cokelat hangat. Saat ini aku sedang di apartemen Seoyeon. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku menggelengkan kepalaku lemah. Ia duduk disebelahku dan menepuk bahuku pelan.

“Ini, minum dulu. Kamu tak mau makan sejak kemarin. Aku tak mau kamu sakit” ujarnya sambil menyodorkan cokelat panas yang ia bawa. Aku menggelengkan kepalaku. Aku sungguh tidak bernafsu untuk memasukkan apapun ke dalam perutku.

“Ayolah!  Kau pikir Kris akan senang melihatmu seperti ini?” ujar Seoyeon membentakku.

“Mungkin” ujarku asal ceplos sambil terus terisak. Kris bahkan tak mau mendengarkan penjelasanku. Mana mungkin ia peduli aku sudah makan atau belum.

“Ya! Cepat minum ini atau kau keluar dari apertemenku!” bentak Seoyeon lagi. Dia memang galak, tetapi aku bisa melihat ketulusannya kepadaku. Aku mengambil gelas itu dari tangan Seoyeon dan mulai meneguk isinya sedikit demi sedikit.

“Aku juga tak bisa menghubunginya dengan ponselku” ujar Seoyeon sambil mengutak-atik ponselnya. Aku masih terus terisak di sebelahnya sambil meneguk cokelat hangat dengan terpaksa.

“Ya, sudah jangan menangis terus. Aku sedang membantumu!” ujarnya sambil terus mengutak-atik ponselnya. Sesekali ia mendekatkan ponselnya ke telinga dan sesaat kemudian ia berdecak kesal dan kembali menekan-nekan tombol disana.

“Gomawo, Seoyeon-ah” ujarku pelan. Seoyeon menoleh padaku. Ia meletakkan ponselnya dan melingkarkan tangannya di sekitar bahuku.

“Gwenchana, semuanya akan baik-baik saja” ujarnya sambil menusap-usap punggungku pelan. Dan aku mulai menangis lagi di bahu Seoyeon.

J

Kyungsoo POV

Ini sudah hari kelima sejak aku menciumnya di taman bunga. Dan ia tak pernah kelihatan lagi. ia tidak ikut kelas memasak hari ini. Padahal aku berharap aku dapat bertemu dengannya saat ini. Aku memutuskan untuk menghubunginya. Kuraih ponselku diatas meja dan aku menekan tombol di ponselku mencari nomor Yoonhae noona.

“Kris-ah oddieyo?! Kenapa tidak ada kabar darimu?! Mianhae, mianhae.. Bogoshiposeo..” ujar Yoonhae noona di seberang sana. Ia mengangkat telepon dengan cepat sekali dan langsung bercecar seperti itu di telepon. Mungkin ia tidak sempat mengecek siapa yang menelponnya. Kudengar isak tangis di sela kalimat yang diucapkannya. Aku mematung sejenak. Yoonhae noona menangis dan menyebut nama Kris. Hatiku langsung remuk saat itu juga.

“Kris-ah! Jebal, jawab aku!” ujarnya lagi sambil terus terisak. Aku mengepalkan tanganku untuk menahan rasa sakit.

“Mianhamnida Yoonhae noona, aku Kyungsoo” ujarku pelan dan sedikit bergetar. Terdengar suara Yoonhae noona seperti tercekat, dan sesaat tak ada jawaban darinya.

“K.. Kyungsoo-ah?” ujarnya pelan dan dari nada bicaranya aku tahu kalau dia merasa bersalah. Aku memejamkan mataku menahan rasa sedih yang terus memuncak. Yoonhae noona yang kucintai menangis karena Kris. Aku tak ingin ia menangis seperti ini. Aku tersadar, mungkin ini semua karena aku. Aku merusak hubungan noona yang kusayangi dengan namjachingunya. Aku membuatnya sedih. Aku membuatnya bertengkar orang yang ia sayangi. Kalau pun ia memilihku, aku sadar cintanya tak akan seutuhnya untukku. Ia akan terus terbayang-bayang oleh Kris. Tanpa sadar airmataku mengalir saat aku memikirkan itu semua.

“Nee noona. Noona mianhae. Jeongmal mianhae” ujarku pelan dan kuputus sambungan telepon antara kami. Aku menyandarkan punggungku ke dinding dan merosot ke bawah hingga terduduk di lantai. Rasanya sedih sekali. Kupeluk lututku dan kubenamkan wajahku disana. Aku membiarkan air mataku jatuh ke lututku seraya berpikir betapa bodohnya cinta.

J

Yoonhae POV

Aku masih mematung. Sambungan telepon sudah terputus beberapa saat yang lalu. Seoyeon menatapku dangan matanya yang membulat.

“Tadi itu bukan Kris, Seoyeon-ah” ujarku pelan sambil menatap Seoyeon dengan mataku yang sembab.

“Kyungsoo?” ujar Seyeon pelan nyaris berbisik sambil menutup mulutnya. Aku mengangguk pelan dengan pandanganku yang kosong.

“Kenapa kau tidak lihat dulu siapa yang menelpon Yoonhae-ah?! Kenapa langsung angkat?!” ujar Seoyeon sambil mengguncang-guncang bahuku pelan. Aku menyakiti orang lain lagi kah? Aku sungguh tidak berpikir siapapun ketika ponselku bordering tadi. Kupikir itu Kris, aku tak tahu kalau itu Kyungsoo. Mianhae Kyungsoo-ah..

“Aku harus bagaimana Seoyeon-ah?” ujarku sambil menatap Seoyeon dan hampir menangis lagi. Seoyeon mengusap airmata yang jatuh ke pipiku.

“Kau harus meyakinkan dirimu sendiri. Kau tahu siapa yang kau cintai, itu terlihat jelas sekali Yoonhae-ah” ujarnya sambil menepuk-nepuk bahuku pelan. Aku menyeka airmata yang terus jatuh, aku mencintai Kris. Tetapi aku juga tak bsa menyangkal kalau aku menyayangi Kyungsoo..

J

Tepat seminggu Kris menghilang. Sepanjang malam kuhabiskan dengan menangis resah karena tidak ada kabar dari Kris. Semua usaha yang kulakukan nihil hasilnya. Aku mulai lelah tapi aku tak mungkin menyerah.

Kyungsoo mengajakku bertemu di taman bunga tempat kami terakhir bertemu. Seoyeon mendukungku untuk datang sekalian menjalaskan pada Kyungsoo apa yang sebenarnya terjadi. Seorang namja yang kukenal sedang terduduk di kursi taman berwarna putih saat aku datang ke taman bunga. Ia memakai jaket musim dingin berwarna cream dengan celana jeans biru tua dan sepatu berwarna cokelat. Di rambutnya terdapat butiran-butiran salju yang dibiarkan jatuh disana. Saat ia melihatku senyumnya terkembang, tetapi bukan senyum yang biasa ia berikan. Di matanya terlihat guratan kesedihan yang samar.

“Sudah menunggu lama?” tanyaku sambil duduk di sebelahnya.

“Aniyo..” ujarnya pelan sambil tersenyum. Aku yakin dia pasti teringat kejadian kemarin saat menelponku. Wajahnya terlihat sedih tetapi tetap dengan senyum yang terkembang.

“Noona, jeongmal mianhae” ujarnya pelan nyaris berbisik. Aku mendekatkan tubuhku untuk mendengarnya.

“Aku seharusnya tidak berlaku seperti ini. Aku tahu noona sudah punya namjachingu tapi tetap saja aku mencintai noona. Seharusnya aku bisa menahan diriku untuk tidak berlaku keterlaluan dengan mencium noona. Tetapi perasaanku rasanya mengalahkan logikaku” ujarnya sambil menatap lurus ke hamparan bunga-bunga yang dijatuhi salju. Aku terdiam, aku ingin mendengar semua ini darinya.

“Aku baru pertama kali jatuh cinta, dan itu kepada noona. Aku pun tak mengerti kenapa harus noona yang sudah punya namjachingu. Aku tahu noona sangat mencintai namjachingu noona. Aku merasa jahat sudah mencintai noona karena aku jadi merusak hubungan noona dengannya. Mianhae noona, mianhae..” ujarnya sambil menatapku. Hatiku rasanya bergemuruh. Kyungsoo baru pertama kali jatuh cinta dan ia harus mengalami hal seperti ini.

“Kyungsoo-ah, jangan katakan hal seperti itu” ujarku pelan sambil tertunduk. Entah kenapa aku tiba-tiba tak ingin mendengar itu semua. Rasanya terlalu sakit mendengarnya menyalahkan dirinya sendiri karena mencintaiku.

“Mulanya aku tak mau noona menganggapku sebagai dongsaeng. Aku maunya noona melihatku  sebagai seorang namja. Tetapi, sekarang tidak apa–apa noona menganggapku dongsaeng. Noona mau memaafkanku saja aku sudah sangat senang. Jika noona bahagia bersama Kris hyung, aku juga pasti lebih senang lagi. hehehe”  ujarnya sambil tersenyum, senyum yang menyakitkan ketika melihatnya. Tiba-tiba airmataku mengalir, aku merasa sangat bersalah pada anak ini. Wajahnya yang ceria sekarang jadi terlihat sedih karena aku. Senyumnya menyakitkan, bukan senyum cerah yang biasa ia tunjukkan padaku.

“Noona uljima..” ujarnya sambil mengangkat daguku dan mengusap airmataku. Ia menatap lurus ke mataku, tergambar jelas matanya pun memancarkan raut kesedihan yang sangat. Aku terisak pelan, aku lah yang seharusnya meminta maaf padanya karena membuatnya seperti ini. Tiba-tiba kurasakan ponselku berdering. Seoyeon menelponku.

“Ya! Yoonhae-ah oddiga?!” ujar Seoyeon dengan nada tinggi di ujung sana. Aku mengusap airmataku pelan dan Kyungsoo terus menatapku.

“Aku masih di taman bunga. Waeyo?” ujarku sambil sedikit tercekat menahan isakan.

“Kris sedang di bandara Incheon sekarang! 20 menit lagi ia berangkat ke Canada! Kau mau dia pergi begitu saja?! Kau mau kehilangan namja itu?!” ujar Seoyeon nyaris berteriak. Aku mematung, rasanya detak jantungku terhenti untuk beberapa saat. Kris pergi ke Canada? Ia akan meninggalkanku?

Tanpa sadar airmataku terjatuh lagi. Lebih deras dari yang tadi. Kyungsoo melihatku panik.

“Waeyo noona? Waeyo?” ujarnya sambil menggenggam lenganku pelan. Suaraku tercekat, aku terlalu kaget sehingga tak satupun kata yang dapat keluar dari mulutku.

“Noona uljima.. Tadi siapa yang telepon?” ujanya terus mendesakku. Wajahnya terlihat sangat khawatir.

“Seoyeon. Dia bilang Kris sedang di Incheon sekarang. 20 menit lagi ia berangkat ke Canada..” ujarku pelan nyaris terisak. Mata Kyungsoo membesar. Ia tampak terkejut. Ia kemudian menarik tanganku.

“Aku antar noona ke Incheon sekarang. Cegah dia untuk pergi” ujarnya singkat. Aku tersentak. Setelah apa yang kulakukan padanya, ia masih mau mengantar aku menemui Kris? Kyungsoo sungguh baik. Kuharap ia akan menemukan yeoja yang lebih baik dari aku, yang benar-benar pantas untuknya. Kami segera berangkat ke bandara Incheon menggunakan motor besar Kyungsoo. Aku memeluk punggungnya erat dan wangi manis tubuhnya langsung menyeruak ke dalam indera penciumanku. Kyungsoo tak berbicara sedikit pun, ia sibuk mengendarai motornya secepat yang ia bisa. Aku gelisah dalam perjalanan, 20 menit itu cepat sekali. Aku takut aku akan melihat pesawat yang dinaiki Kris terbang diatas kepalaku.

“Noona cepat masuk dan cari dia!” ujar Kyungsoo sesampainya di bandara. Aku mengangguk dan segera berlari masuk ke dalam. Bandara Incheon sangat padat hari ini. Aku cukup sulit menemukan sosok Kris ditengah keramaian bandara. Kulirik jam tanganku, tinggal 5 menit waktu yang tersisa.

“Kris-aaaaaah!!!! Kriiiss-aaaaaahh!!!!!” teriakku memanggil-manggil namanya. Tak kupedulikan tatapan orang-orang padaku. Aku memang seperti orang bodoh, berlari-lari sambil menangis dan berteriak-teriak. Tapi aku tak peduli. Aku ingin Kris ku kembali!

Aku berlari menuju gerbang keberangkatan luar negeri. Mataku bergerak cepat mencari sosok Kris. Aku bertambah panik saat ini. Aku tak punya banyak waktu. Aku tak ingin Kris pergi kemanapun.

ITU DIA!

Kutemukan sosoknya di ruang tunggu keberangkatan. Namja yang kucintai  dengan rambut cokelat gelap, memakai sweater berwarna biru tua nyaris hitam dengan telinga yang tersumbat headset. Aku berlari menerobos antrian untuk masuk ke ruang tunggu. Illegal memang, tapi aku tak peduli. Aku harus mendapatkannya kembali. Aku terus berlari hingga berhenti tepat di hadapannya. Kris membulatkan matanya ketika ia melihat seorang yeoja terengah-engah dengan wajah yang bersimbah airmata berdiri di depannya.

“YA! ODDIEGA?!” ujarku berteriak kepadanya. Aku kesal, ia tidak mungkin semudah itu meninggalkan aku. Kris terdiam. Ia menatap mataku dalam sambil melepas kedua headsetnya. Aku mengepalkan tanganku untuk meredam perasaanku yang campur aduk ketika melihatnya. Aku kesal, merasa bersalah padanya, marah, sedih, tetapi aku merindukannya. Aku mencintainya.

“Sedang apa kau disini? Tidak pergi kencan dengan namjachingumu Do Kyungsoo itu?” ujarnya pelan dengan nada bicara yang tajam. Aku membulatkan mataku.

“YA! APA YANG KAU BICARAKAN?!” ujarku berteriak kesal sambil menyeka airmataku. Aku tak ingin mendengar kata-kata itu dari mulutnya. Dia lah namjachinguku. Bukan yang lain.

“Sungguh tak ada gunanya lagi aku disini. Aku ingin pergi jauh. Yeoja yang kucintai sudah berpaling dariku. Apalagi yang bisa kulakukan?” ujarnya tanpa menatapku. Matanya menatap kosong ke luar jendela. Aku sungguh tak peduli berapa pasang mata yang melihat kami. Aku hanya ingin Kris ku tidak pergi.

“Kau tidak ada kabar selama seminggu. Aku hampir mati mengkhawatirkanmu.Aku merindukanmu. Semua telepon dan pesan tak ada yang kau respon. Aku ingin bilang kalau aku sama sekali tidak menyukai Kyungsoo. Kumohon jangan pergi. Kau tak boleh pergi. Kau tidak boleh meninggalkan aku Kris-ah. Kau harus disini bersamaku. Aku tak tahu harus bagaimana bila tak ada kau. Mianhae atas kesalahanku kemarin. Sejujurnya aku hanya mencintaimu Kris-ah. Aku hanya mencintaimu, bukan orang lain..” ujarku lemah sambil terus terisak. Kris hanya terdiam melihatku.

“Kajima, Kris-ah. Kajimaa..” ujarku lemah sambil menundukkan kepalaku. Wajah Kris terlihat sedih. Ia berdiri dan seketika itu pula tubuh menjulangnya menghalangi pandanganku dari segala hal. Hanya ada dia dimataku saat ini. Tiba-tiba ia menunduk dan kurasakan sesuatu yang lembut dan manis menyentuh bibirku. Kris mencium bibirku dengan lembut, selembut permen kapas. Kupejamkan mataku dan seketika itu pula wangi cokelat dari tubuh Kris tercium olehku. Aku sangat menyukai wangi tubuhnya. Membuat aku nyaman berada di dekatnya. Setelah beberapa lama, ia melepaskan ciuman kami dan menatap mataku dalam.

“Nado saranghae Yoonhae-ah” ujar Kris sambil menatapku. Seketika itu aku langsung menghambur ke pelukannya. Kupeluk tubuhnya seerat-eratnya. Aku tak ingin dia lepas lagi.

J

“Baiklah kelas hari ini selesai. Kita bertemu lagi minggu depan. Annyeonghaseo!” ujar Kyungsoo sambil membungkukkan tubuhnya. Ia segera melepas apronnya dan membereskan barang-barang di atas meja.

“Sini aku bantu” ujarku sambil membatu mengangkat mangkuk-mangkuk yang belum diangkat Kyungsoo. Kyungoo hanya nyengir lebar.

“Gomawo noona” ujarnya sambil menjulurkan lidahnya usil. Aku tertawa kecil melihatnya. Sangat senang melihatnya kembali ceria. Ia membuka sebuah lollipop kesukaannya dan memakan isinya.

“Noona nggak pulang?” ujar Kyungsoo sambil memakai jaketnya. Aku mengangguk dan menyambar tasku. Kami pun menuruni tangga bersamaan. Di luar sudah terlihat Kris yang sedang bersandar ke mobilnya. Dia terlihat tampan seperti biasanya.

“Ya! Kris hyung!” sapa Kyungsoo ketika kami bertemu dengannya. Kris hanya tersenyum mendengar Kyungsoo menyapanya. Hubungan mereka sangat baik saat ini. Entah siapa yang memulai, yang jelas ini sangat menyenangkan.

“Hati-hati ya hyung pulangnya, noonaku jangan sampai kenapa-kenapa” ujar Kyungsoo sambil menepuk lengan Kris pelan.

“Tentu saja. Paboya” ujar Kris sambil memberikan ekspresi yang jahil. Kyungsoo membulatkan matanya yang besar.

“Ya! Kau bilang apa tadi hyung?! Hah?!” ujar Kyungsoo sambil mencoba memukul-mukul Kris. Kris dan aku hanya tertawa melihat kelakuan Kyungsoo.

“Iyaa iyaaaa! Sudah pulang sana! Aku mau kencan” ujar Kris iseng. Kyungsoo cemberut mendengarnya.

“Pergi sana! Huh! Yasudah aku pulang ya!” ujar Kyungsoo sambil menaiki motornya.

“Hati-hati Kyungsoo-ah!” ujarku sedikit berteriak dan melambaikan tanganku. Kyungsoo balas melambaikan tangannya dan mengendarai motornya menjauh. Aku menghadapkan tubuhku kearah Kris dan aku terkejut dengan apa yang aku lihat. Kris menggenggam setangkai mawar berwarna pink di depan dadanya.

“Kenapa bukan lily?” ujarku sambil menerima mawar yang diberikan Kris. Ia tersenyum padaku.

“Tidak kalah cantik kan?” ujarnya singkat. Aku tersenyum dan berjinjit untuk mencium tulang pipinya. Dan seperti biasa, bulu mata panjangnya menyentuh hidungku.

“Saranghae” ujarku yang disambut senyuman manis darinya.

END

KKEEEEEUUUTTTT!!!

Author mau ngucapin makasih buat admin yang udah publish fanfic abal saya. Makasih juga buat readers yang mau baca apalagi komen. Makasiiiiiiihh bangeet yaaaaaaaaaa. Kamsahamnidaaaaaa! *bow bareng Sehun*

43 pemikiran pada “Cooking? Cooking? (Chapter 3)

Tinggalkan Balasan ke widyatna dahniah Batalkan balasan