Hard To Be Love (Chapter 2)

Hard To Be Love Chapter 2

AUTHOR                  : Hwang Ji Jae ^^

CAST                         : Choi Ryeo Na/Ryeonie/Shailee Choi (OC)

Kim Jong In/Kkamjong/Kai (EXO-K)

Kang Shin Kyung/Kyungie (OC)

Oh Se Hoon/Sehun (EXO-K)

Lee Chae Ri/Chaeri (OC)

Kim Joon Myun/Suho (EXO-K)

OTHER CAST          : Byun Baek Hyun/Baek Hyun (EXO-K)

Park Chan Yeol/Chanyeol (EXO-K)

Wu Yi Fan/Kris (EXO-M)

Xi Lu Han/Lu Han (EXO-M)

Choi Si Won (SJ)

Choi Soo Young (SNSD)

Kim Jong Dae (EXO-M)

Kim (?) Seo Hyun (SNSD)

RATING                    : PG-15+ #ah gatau dah pusing gue -,-

LENGTH                   : Chaptered / Series Fic

GENRE                      : Romance

  Humor #rada ragu nih :/

AU (School, Friendship, Family)

Het/Shoujo

Annyeong! 😀

Ketemu lagi sama author kece ini :3 wkwkwk

Kenapa di chapter 1 yang ngomen nya dikit? Apakah fanfic ini kurang bagus? Atau jelek?

Aigoo, mianhae L

Author bakalan perbaikin deh kesalahan author J

Buat kalian yang nunggu fanfic ini, semoga ngga bosen bosen yah baca nya. coz lama kelamaan aku yakin fanfic ini ngayayay (?)

Sooooo, happy readeing all! ^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Previous chapter …

“Eh, chamkaman Kyungie! Chaeri-ahh! Terus aku gimana??”, sahut Ryeona dengan penuh pertanyaan dan menunjuk dirinya sendiri.

“Apa yang kau bicarakan Ryeonie? Ya sama Kai lah”, ujar Shinkyung masih menatap namjachingu nya, Baekhyun.

“MWOO?!!!”

–V–

Author’s POV

“Kyungie-a…”, panggil Ryeona, dengan wajah yang mungkin bisa dibilang sedikit memelas, namun tidak digubris oleh Shinkyung.

“Ohiya, tendanya ada satu lagi ko, don’t worry oke?”, akhirnya Shinkyung menatap Ryeona yang wajahnya sekarang sudah kusut seperti benang.

“Kyungie-a…”, panggil Ryeona, namun masih saja tidak digubris.

“Kajja, kita buat tendanya lagiiii!!!”, ujar Shinkyung tanpa memperdulikan Ryeona yang sudah putus asa.

“Yeaaaaah!!!”, sahut 2 pasangan tersebut kecuali Kai dan Ryeona.

Ryeona’s POV

Ah, eotteokhae? Kenapa aku harus satu tenda sama Kim Jong In, Jong In itu sih? Aigoo, kesialan ku bertambah nih.

Sekarang, disini, hanya ada kami berdua. Karena yang lain sibuk membangun tenda masing-masing, begitu juga dengan tenda kami. Kami.. ya kami, setidaknya kata kami terpakai selama ‘kami’ satu tenda. Siapa lagi kami kalau bukan aku dan namja sialan yang sekarang malah asik memasang tenda yang akan ‘kami’ gunakan nanti malam.

Andwae! Pikiranku kenapa jadi kesitu? Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu dengan namja sialan seperti Kim Jong In?! Andwae, andwae, maldo andwae!!

“Ryeonie, wae geurae? Kemarilah, kau juga harus membantu kami membangun tenda agar cepat selesai!”, kata Shinkyung.

“Neee, arasseooo”, dengan tubuh sedikit goyah, perlahan tapi pasti aku membangun tendaku bersama.. aish!

Aku menahan amarahku, sebenarnya tidak sepenuhnya marah. Hati kecilku ini sepertinya sedikit menerima, bahkan ada sedikit perasaan.. ehm senang. Aish! Apa sih yang aku pikirin? Mana mungkin aku senang disaat-saat genting seperti ini?! Jinjja!

“Kyungie, ini tenda perasaan kecil deh, dibanding yang kalian berdua pake”, kataku sambil masih memandang tenda yang menurutku sedikit atau tepatnya memang lebih kecil dari yang mereka bangun.

“Ah, mianhae Ryeonie, ternyata tendanya udah pada jelek. Tinggal itu satu-satunya tenda yang bagus dan masih baru, meskipun kecil sih. Ngga apa-apa ya?”, jelas Shinkyung.

“Geurae, gwaenchana”, kataku dan kembali membangun tenda kecil itu bersama Kim Jong In. “Mau besar atau kecil, tetep aja sial kalo setenda ama nih anak”, gumamku.

“Mwo?”, ujar Jong In.

Eh? Dia mendengarnya? “A-ani, mwoya? Kamu seneng ya bisa setenda sama aku? Jadi kamu bisa ngejailin aku, gitu? Oh! Tidak bisa!”, kataku penuh penekanan sambil menggoyang-goyangkan telunjukku didepan wajahnya.

“Mwo? Siapa bilang aku pengen setenda sama kamu? Meskipun iya aku bisa ngejailin kamu, tapi tetep aja ini kesialan buat aku”, jelas Jong In.

“Hhhh”, aku hanya bisa mendesah atas keputusan Shinkyung ini. Memang sih, apapun yang sudah ia tetapkan tidak bisa lagi diganggu gugat. Dasar, Kyungie pabo! Segitu pengennya setenda sama Baekhyun sunbae sampe aku dicuekkin gitu aja. Dia keras kepala banget sih. Ah, tapi sudahlah, dia sudah aku anggap seperti eonie-ku sendiri.Lagipula Kyungie sedang flower-flower (?) sama namjachingu nya. Sepertinya Shinkyung sangat menyukai Baekhyun sunbae.

“Ya! Kenapa malah bengong sih? Masukin bantal sama selimutnya!”, bentak Jong In dan membuatku seketika kaget mendengarnya.

“Bisa ga sih ngga teriak-teriak?! Kaget tau! Masukin aja sendiri, lagian aku bakal tidur diatas kayu itu dan ga bakal mau setenda sama kamu!”, bentakku dengan menunjuk sebuah kayu panjang berbentuk kursi yang nyaman sekali untuk dipakai bersantai.

“Ah jinjja!”, decaknya kesal. Dan akhirnya dia berjalan kearah Shinkyung untuk menanyakan letak bantal dan selimut untuk dipakai nanti malam.

Krikk.. Krikk..

“Hhh”, desahku saat mengetahui bahwa malam.. sudah tiba.

Kami semua, bukan hanya aku dan Jong In, sedang menghangatkan diri disebuah api unggun yang sudah kami buat sebelumnya. Sebenarnya diriku tidak merasa dingin seperti 2 pasangan yang sedang bermesraan didepanku ini. Aku hanya perlu merapatkan jaket tebalku ketubuhku, itu saja sudah cukup. Tidak perlu berpelukan seperti itu juga kan? -,-

Aigoo, aku baru lihat Kyungie yang seduktif seperti ini

Aku pun memalingkan wajahku dari kedua sejoli yang baru saja menghangatkan diri mereka dengan cara berpelukaaan. Huh, emang telettubies apa? -,-

Aish! Sial banget sih malam ini, ah tidak, hari ini! Kenapa saat aku memalingkan wajahku dari mereka aku malah diperlihatkan pemandangan yang… indah! MWO?! Maksudku yang, tidak mengenakkan, atau apalah! Kenapa coba aku baru sadar bahwa Kim Jong In alias Kai alias namja sialan alias temen setenda aku sekarang berada tepat disebelahku?!

Kyaaaa! Jinjja, kyeopta! Aish, kenapa otakku ini?

Aku pun memalingkan wajahku ketempat lain. Kemanapun asalkan bukan namja sialan itu! >,<

Ahh, ternyata kesialan sedang memihakku hari ini. Lagi-lagi aku diperlihatkan kedua sejoli yang sedang.. berciuman! Gyaaah! Michigetda! Dan sekarang, baru kali ini aku melihat Lee Chae Ri sang pendiam berubah menjadi begitu seduktif saat bibir sang kekasih menyentuh bibirnya. Gyaaah! Aku cemburu! Hey, tunggu dulu. Kenapa hawa disini serasa panas ya? Jantungku juga berdetak lebih kencang saat, saat aku melirik KIM JONG IN dan dia juga tengah menatapku!

Ya ampun, kenapa aku tidak sadar kalau aku itu sedang diperhatikannya?! Sumpah aku jadi salah tingkah. Huaaa, bagaimana ini? Tatapannya menghipnotisku, aku tak ingin melepaskan kontak mataku dengannya.

Ada apa dengannya? Apa dia tidak nyaman berada ditempatnya? Kenapa dia malah mendekatiku?! Aku merasakan sesuatu bertengger (?) dipipi kiriku. Bukan, bukan sesuatu. Lebih tepatnya, tangannya menyentuh lembut pipi kiriku. Aku segera menutup mataku saat merasakan nikmatnya. Andwae! Maldo andwae! Dia ngga mungkin mau nyium aku kan?! Ini mimpi, ini mimpi,aku ingin segera bangun dan keluar dari mimpi ini! Aku membuka mataku dan terlihat Kim Jong In sedang menutup matanya. Apa yang sedang ia lakukan?

Aku mendorong wajahnya, tepat didahinya dengan telunjukku. “Mwoareungoya?”, kataku dengan nada datar. Dia membuka matanya dan terlihat dia telah sadar atas apa yang sedang ia lakukan. Perlahan ia menurunkan dan melepaskan sentuhan tangannya dari pipiku. Membuatku ingin mengatakan,”Lakukan lagi, kumohon”. Segera kutepis pikiran itu.

“Hei, kalian!”, bentakku sambil berdiri. “Bisakah kalian menghentikan kegiatan kalian selama ada aku didepan kalian? Itu, sangatlah memuakkan!”, lanjutku sambil berjalan melewati mereka. Kulihat mereka, termasuk Kim Jong In, menatapku kecewa.

Aku berjalan kearah kayu santai yang aku siapkan untuk tidurku malam ini. Ya, aku berniat untuk benar-benar tidur disini. Dan hanya Kim Jong In yang tahu rencanaku untuk tidur disini malam ini. Aku merebahkan diriku dikayu itu, dan memang terasa nyaman. Kucoba tuk merapatkan mataku dan menikmati nyamannya berada disini.

“Aww!”, kurasakan rambutku diduduki oleh seseorang dan rasanya perih disekitar kepalaku.

Aku membuka mata dan ternyata eh ternyata… “KIM JONG IN!!”

Author’s POV

“KIM JONG IN!!”, teriak Ryeona saat mengetahui yang menduduki rambutnya adalah Kim Jong In.

“Aish, jinjja!”, keluhnya sambil menutup kedua telinganya.

“KYAA! SAKIIIT!”, teriak Ryeona (lagi) saat Kai terus menduduki rambut Ryeona.

“Kalau kau tetap teriak dan membentakku, aku tidak akan pernah melepaskannya!”, bentak Ryeona dan seketika membuat Ryeona diam.

“Ahh, jinjja. Ne, ne, Kim Jong In-ssi, bisakah kau duduku ditempat lain? Pantatmu yang tidak seksi itu menginjak-injak rambutku!”

“Mwo?”, pekik Kai saat Ryeona mengejeknya.

“Aww!! Iya, iya, jebal, Jong In-a, bisakah kau melepaskan rambutku dari pantatmu yang sangat seksi ini?”, kata Ryeona sambil mengeluarkan puppy eyes-nya.

DEG! Terasa jantung Kai berdetak 2x lebih cepat saat Ryeona melakukan sesuatu yang sangat jarang ia lakukan. Kai pun melepaskan rambut Ryeona dari pantatnya. Ia duduk kembali saat Ryeona sudah duduk dari tidurnya.

“Kamu kenapa sih? Datang-datang malah bikin ribut kayak gini, huh!”, keluhnya sambil memperbaiki rambutnya yang acak-acakan.

“…”, dia tak menjawab apapun.

“Ya!”, Ryeona menoleh kearahnya dan melihat Kai sedang menatapnya dengan tatapan… menggoda? Sungguh, tak bisa mendeskripsikan tatapannya saat ini. Ah! Kenapa tiba-tiba aku teringat kejadian barusan ya? Apa dia memang ingin menciumku?

“Neo.. apa kamu ngga akan masuk ketenda?”, katanya dengan tatapan yang dingin, sangat berbeda dengan yang tadi.

“M-mwo? Aku, aku, aku bakalan disini dan aku ngga bakalan pergi dan tidur ditenda itu kalau sama kamu!”, kata Ryeona sambil mengerucutkan bibir. Meskipun tak terlihat jelas, Kai bisa melihatnya dengan jelas. Seketika ia terkekeh geli melihat tingkah yeoja yang sedang berada dihadapannya sekarang.

“Geurae, kalo kamu emang pengen tidur disini. Bukan urusan aku juga kok”, Kai pun berdiri dari duduknya.”Tapi, hati-hati ya disini dingin banget loh!”, ujar Kai dengan evil smirknya.

“M-mwo? I-itu ngga bakal ngurungin niat aku buat tidur disini ko! Udah pergi sana, aku ngga mau liat muka kamu lagi!”, kata Ryeona lagi-lagi mengerucutkan bibirnya. Dan lagi-lagi Kai terkekeh mendengar dan melihat langsung adegan Ryeona saat kesal seperti ini.

“Geurae, jaljayo. Ryeonie-a~”, dengan lembut Kai membelai puncak kepala Ryeona. “Kalo ada apa-apa ketenda aja, ngga dikunci kok kkk”, Kai berbisik lembut ditelinga Ryeona. Itu membuat jantung Ryeona bekerja tidak normal.

“M-mwo? Ya! Ppali kka!”, kata Ryeona sambil mendorong pelan tubuh Kai. Lagi-lagi namja itu terkekeh melihat tingkah Ryeona. Dengan gerakan santai, Kai pun masuk ketendanya.

Ngga dikunci? Emang pintu apa hah? Biarin aja, aku ngga bakal pernah masuk ketenda itu. Kalo aku masuk, aku rela nyerahin diri aku!

“Gyaaaah!!!”, teriak Ryeona. Tadinya ia berteriak untung menenangkan dirinya, tapi ternyata itu semua mengganggu aktivitas para pasangan yang telah menjalin hubungan.

GROOARRR!!!

Eeh?!! Apaan tuh?

“Woy, siapa disitu?”

KRESEK.. KRESEKK..

Aigoo, apaan sih itu?Apa ada beruang disini? Andwae, maldo andwae. Yang ada itu ikan hiu atau paus, ini kan dipantai. Tapi…

GROOARRR!!!

“Kyaaaaaa!!!!!”

Kai’s POV

Huaahh! Capeknya hari ini, akhirnya aku bisa istirahat juga.

Aku merebahkan diriku didalam tenda yang bawahnya sudah dilapisi kasur kecil yang empuk dan sangat enak untuk dipakai tidur dan bersantai. Kalau saja Ryeona mau tidur ditenda ini. Ah, jangankan tidur, melihat sedikit juga tidak mau, padahal aku yakin kalau dia akan senang dan gembira jika melihat kreatifitasku ini. Sangat disayangkan.

Apa jadinya ya kalau aku benar-benar satu tenda dengannya? Apa..

Aish! Tidak mungkin! Masa seorang Kim Jong In yang sekarang akan terkenal dengan nama Kai menyukai yeoja abal-abalan seperti yeoja itu sih? Aigooo~ Tapi, apa dia tidak kedinginan? Sepertinya diluar sana apalagi ditempat yang dipilihnya tadi anginnya lumayan kencang. Aku juga sampai merapatkan jaketku tadi. Udahlah, sebaiknya aku tidur supaya besok bisa menengok hyung-ku dirumah Shinkyung.

Perlahan aku memejamkan mataku dan tak terasa aku sudah ada dalam dimensi dialam bawah sadarku. Masih setengah sadar, aku mendengar sesuatu.

DRAP..DRAP..DRAP..

Perlahan tapi pasti langkah itu mendekat dan berhenti tepat didepan tendaku. Karena masih setengah sadar, aku tidak meghiraukan langkah itu dan kembali menikmati dimensi yang telah aku buat didalam otakku bersama seseorang.

SREEETTT…SREEETTTTT… *backsound tenda nya gagal banget! >,<*

Mwo? Aku membuka mataku dan merasakan seseorang tengah bergetar dan berbaring disebelahku. Nugu?

“Ya! Mwoareungoya?”, aku beranjak dari tidurku saat menyadari bahwa yang masuk tanpa ijin ketendaku adalah yeoja yang sedang ada dalam dimensiku itu.

“…”, dia tak menjawab perkataanku. Kulihat tubuhnya bergetar. Ada apa dengannya?

“Ya, neo gwaencanha? Wae geurae?”, tanyaku sambil memegang bahunya.

“It-it-itu ad-ada, ada itu.. ada, ada, itu ada”, kata gagap. Sepertinya ia telah melihat sesuatu.

“Gwaencanha”, entah mengapa aku langsung menarik tubuhnya agar jatuh kepelukanku.”Ngga akan ada apa-apa selama kamu disini sama aku. Kalau kamu sama aku, kamu pasti aman”, kataku penuh makna.

Apa yang aku lakukan? Kenapa aku malah memeluknya? Dan, d-dia juga membalas pelukanku, malah mempereratnya. Gyaaah! Aku gila, aku gila!

Terasa jantungku mulai berdetak tak normal, melebihi batas seharusnya. Dan itu semua malah membuat pipiku memerah. Ada apa dengan tubuhku ini?

“Aku takut”, katanya sambil terisak menahan tangis.

“Hey, gwancanha. Sudah aku bilang kau akan aman jika bersamaku”, kataku sambil melepas pelukannya. Aku mengelus pipinya agar air matanya tidak membasahi pipi manisnya itu. Ternyata yeoja abal-abalan yang wajahnya sering datang tanpa diundang kedimensi buatanku ini bisa nangis didepan rivalnya sendiri. Hehehe. Lampu hijau nih.”Tenyata yeoja gila sepertimu bisa nangis juga ya? Hahaha”

“Mwo?”, katanya sambil menghentikan tangisannya. Terlihat matanya yang masih berkunang-kungan menatapku dengan penuh kekesalan. Aku senang dirinya yang sedang seperti ini, membuat aku gemas padanya, aku pun terkekeh geli melihatnya.

“Dwaesseo, dwaesseo. Sekarang tidurlah, ini sudah malam”, kataku sambil menepuk satu bantal yang ada disebelahku. Eh, chamkaman… satu?!!

“Ya, kok Cuma ada satu sih bantalnya?”, tanya Ryeona dengan tatapan bingung.

“Kamu kan bilang mau tidur diluar, ya aku ambil bantalnya satu lah. Daripada dua ngga dipake coba?”, kataku sambil sedikit melet.

“Aish, kalau kaya gini mau gimana tidur ha? Gila aja kamu!”

“Ya, salahin diri kamu sendiri dong, siapa coba yang ngga mau tidur ditenda tapi akhirnya tidur ditenda juga”, kataku dengan sedikit mengejek.

“Aish, eotteokhae?”, katanya dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

“Ah, dwwaesseo”, kataku pasrah dan langsung mengambil bantal itu untuk menyanggah kepalaku dan segera tidur.

“Ya!”

“…”

“Ya!”, panggilnya dengan sedikit menggoyangkan tubuhku.

“…”

“Ya! Kim Jong In!”, teriaknya dekat sekali dengan telingaku. Ketika aku membalikkan badanku, tak kusangka bahwa wajahnya akan terlihat sangat dekat denganku. Entah hanya penglihatanku atau memang wajahnya memerah sekarang? Dengan sekali gerakan, ia menggerakkan wajahnya untuk menjauh dari wajahku.

“Ehemm, igeo”, kataku memecah keheningan dengan menyodorkan bantal yang tadi kupakai kepadanya.

“Kkeureom neo?”

“Aku? Bukannya bantalnya ada dikamu, ya otomatis aku ngga pake bantal lah”, kataku sedikit mendecak kesal, sebenarnya bukan kesal sih. Hanya canggung saja hehehe.

“Aish, neo…”

“HEI KALIAN! BISAKAH KALIAN MENGHENTIKAN PERDEBATAN KALIAN AGAR TIDAK MENGGANGGU KETENANGAN ORANG?!!”, teriak Shinkyung. Tendanya memang bukan disebelah kami, tendanya ada diseberang kami. Tapi tak kusangka perdebatan kami dapat terdengar oleh telinga kelincinya itu -_-

“Aigoo, Kyungie-a, bisa-bisanya kamu ngopas logat omong ku”

“Aish, jinjja. Sudahlah, sebaiknya kita tidur dan jangan berdebat lagi. Kalau kamu mau, sebantal sama aku kalau ngga mau, terserah”, kataku sambil membenamkan diriku diatas bantal dan memberi Ryeona sedikit kebebasan untuk ‘tidur’ bersamaku.

Tak lama kemudian aku merasakan kehangatan punggungnya dipunggungku. Ya, ia telah tidur bersamaku ditenda ini. Tak lupa juga dia menyelimuti tubuh kami berdua agar tidak kedinginan, menurutku. Ah, selain bantal yang hanya ada satu, ternyata tendanya menjadi sempit jika berdua dengannya. *padahal tendanya emang sempit beneran xD* Aigoo, mengapa jantungku bergerak tak karuan lagi sih? Ayolah, berpihaklah padaku kali ini saja.

Hey, tunggu. Bukan detak jantungku saja yang berkerja tidak normal. Apakah Ryeona juga merasakan hal yang sama? Menyukaiku? Aish, apa yang aku pikirkan? Jika dia menyukaiku berarti sama artinya dengan aku menyukainya. Ah, itu tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi. Segera kutepis pikiran tentang yeoja yang sekarang tidur disampingku, ah tidak, tepatnya dibelakangku ini. Entah sudah tidur atau belum yang penting aku tidak ingin memikirkannya lebih lama. Perlahan tapi pasti, aku memejamkan mataku dan mencoba untuk masuk kedimensi yang kubuat sendiri.

Ryeona’s POV

Ah, diriku benar-benar sudah gila! Mana mungkin aku mau tidur dengan namja ini! Tentu saja aku terpaksa melakukannya. Jika saja tadi aku tak menemukan sesuatu yang entah apa itu, aku tak akan mungkin berada ditenda ini bersama namja sialan ini. Aigoo, eotteokhae? Ngga mungkin aku kembali keluar, lagipula suhu disini lebih hangat daripada diluar sana, lebih panas malah. Yah, apa boleh buat, sekali ini saja, aku harus berdamai dengannya.

Kurasakan jantungku berdetak tak karuan lagi. Lagi-lagi seperti ini, apa aku memang menyukainya? Aish! NEVER! Tertulis jelas dalam diriku, tubuhku, dan kamusku. Tentu saja, didalam kamusku tak ada kata,’menyukai rival sendiri’. Sungguh tak bisa terpikirkan olehku jika aku memang benar menyukai namja sialan ini.

Tapi, bukan hanya jantungku saja yang kurasa berdetak tak karuan. Apakah ini..Kim Jong In? Hah? Sudahlah, sudah aku bilang tak mungkin. Sebaiknya aku segera tidur agar besok aku bisa menengok Suho Oppa yang sedang sakit.

—–

Beberapa waktu setelahnya, kurasakan mataku terpejam namun diriku masih sadar. Entah kenapa aku sangat tidak nyaman berada diposisi ini. aku membalikan badanku dan sekarang aku menghadap langit-langit tenda. Gelap. Sebenarnya aku takut gelap, tapi karena ada seseorang disebelahku dan terlebih dia namja, aku jadi tidak takut.

Tapi sungguh, aku tak bisa melihat apapun. Aku hanya bisa merasakan napasnya telah ada ditelingaku dan aku yakin bahwa namja ini sedang menghadap padaku.

KRESEKK..KRESEKK..

Apa lagi itu sih? Kenapa suaranya deket banget lagi.

“Ya, Kim Jong In, bangun”, kataku dengan suara berbisik.”Hei, Jong In-a, bangun”, lanjutku dengan sedikit menggoyangkan tubuhnya.

“Apa sih?”, jawabnya sambil sedikit berbisik. Terasa sekali napasnya ada ditelingaku.

“Eh, belom tidur? Itu apaan sih?”, tanyaku sedikit mendekat kearahnya karena merasakan sesuatu yang menjalar keseluruh tubuhku. Takut.

“Itu apa apa? Paling juga cuman binatang laut, kaya kura-kura”, katanya santai. Meskipun kata-katanya sedikit dingin namun itu semua cukup untuk membuatku tenang.

“Begitukah?”

“Sudahlah, cepat tidur”, katanya sambil menekukkan tengkukku untuk bersandar kebahunya. Tak lama kemudian aku merasakan sesuatu menempel dipuncak kepalaku. Bibirnya!”Jaljayo, pabo yeoja”, katanya sedikit berbisik padaku. Dan akhirnya ia membenamkan wajahnya diatas kepalaku sambil menghirup wanginya aroma shampo Pantene yang sering aku pakai #author promosi dulu 😀

Jantungku memang masih berdebar. Tak kurasa aku menjadi tenang, selalu tenang saat aku dekat dengan rivalku ini. aku sangat membencinya, tapi dia juga bisa menemaniku jika aku sedang bosan. Bertengkar, saling mengolok satu sama lain. Yah begitulah kehidupanku saat berada didepannya. Sungguh menyebalkan memang, tapi tanpa sadar aku menikmatinya.

Setelah dia mencium puncak kepalaku, aku segera menutup mataku untuk tidur. Tanpa kusuruh, tanganku sudah bertengger dipunggungnya, menyatukan tubuh kami berdua. Aku ingin seperti ini, walaupun hanya sebentar.Tak terasa aku sudah berada didunia fantasiku bersama namja yang sekarang sedang memelukku ini. Apa yang akan terjadi setelah ini?

—–

Author’s POV

JRESS..JRESSS… ß backsound gagal lagi –“

Suara ombak dipantai pada pagi hari membuat suasana terlihat santai dan menenangkan. Ditambah dengan suara burung yang terbang melewati tenda-tenda yang ditempati pasangan-pasangan yang entah semalam melakukan apa ditenda itu.

SREETTT..

“Ahh, udara pagi emang paling seger!”, ucap Shinkyung.

“Chagiya, jangan dibuka dong. Aku kedinginan nih, brrr…”, ujar Baekhyun saat Shinkyung membuka tendanya.

“Aigoo, bangun gak?”, kata Shinkyung sambil menarik selimut yang mereka pakai tadi malam.

“Ah, arasseo arasseo”

SREETTT..

“Ah, Chaeri-a, sudah bangunkah?”, ucap Shinkyung saat Chaeri keluar dari tendanya bersama kekasihnya, Chanyeol.

“Ne, Ryeonie eodiga?”, tanya Chaeri. Shinkyung hanya melirik pada tenda Ryeona, tanpa mengatakan apapun.

“Biarkan saja, mereka pasti lelah karena kemarin malam”, ujar Baekhyun.

“Mwo?!”

“Sssstttt…”

“Ah, arra arra. Emang kemaren mereka ngapain?”, tanya Chaeri lagi dengan nada berbisik.

“Kau seperti yang tidak tahu mereka saja Chaeri-a. Tentu saja bertengkar”, jawab Shinkyung dengan nada berbisik juga.

“Ooh”, kata Chaeri sambil ber’o’ ria.

“Haha, menurutku mereka tidak akan pernah bisa menjadi seperti kita, chagi”, kata Baekhyun sambil merangkul Shinkyung.

“Yup, benar sekali bro!”, sahut Chanyeol dengan gayanya.

“Ani, menurutku, tak akan lama lagi akan tumbuh rasa diantara mereka berdua. Itu tak akan mustahil bagi seorang rival”, jelas Shinkyung, mengemukakan pendapatnya.

“Iya, tentu saja. Rasa benci diantara mereka, akan berubah menjadi cinta. Memang tak akan memakan waktu sebentar, ini memang sangat membutuhkan waktu”, ujar Chaeri sambil memandang tenda yang Ryeona dan Kai pakai.

Beberapa detik kemudian, mereka semua mengikuti Chaeri untuk memandang ketenda itu. Seperti tatapan do’a, mungkin. Sedangkan kedua sejoli yang sedang berada dalam tenda tersebut malah asik dengan memeluk satu sama lain. Mata mereka masih terpejam, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Bahkan suara berisik yang dibuat 2 pasangan lainnya untuk membereskan tenda mereka masing-masing tidak cukup untuk membuat pasangan yang satu ini bangun dari tidur mereka. Mereka malah lebih asik untuk berfantasi ria didunia mereka masing-masing.

Dengan satu gerakan yang dibuat mereka berdua. Kai memeluk erat tubuh Ryeona seakan ingin menyatukan tubuh mereka lebih, dan Ryeona yang mengangkatkan kakinya kepaha Kai, seakan setuju atas pergerakan Kai yang mulai mengelus punggungnya dan turun kebawahnya. Gerakan yang tak mereka sadari itu sontak membuat mereka kaget dan membuka mata masing-masing. Dan akhirnya terdengar teriakan 2 orang, yeoja dan namja yang membuat orang-orang diluar menutup telinga.

SREETTT…

Terlihat Ryeona lari terbirit-birit (?) saat keluar dari tenda, begitu juga dengan Kai.

“Ya! Kamu gila ya?! MAKAN APA TADI MALAM HA?!! KAMU MINUM APA TADI MALAM HA??!!”, bentak Ryeona pada Kai.

“Ya! Seharusnya yang nanya itu aku!! DASAR YEOJA GILA!”

Dan, bla bla bla… Mereka tetap meneruskan perdebatan mereka, hingga kedua pasangan yang sedang packing pun hanya menatap mereka berdua. Seolah-olah menonton dan ingin tahu apa yang terjadi.

“KAMU YANG MULAI! KENAPA JADI NAYALAHIN AKU HAH?!!”

“Yaaa, well, tapi kamu ngga ngelak, so..”, Kai terlihat berpikir untuk menemukan alasan.”Terserah! Lagian itu hanya reflek, dan jangan terlalu kaget seperti itu. DASAR PABO YEOJA!”

Ryeona menampilkan ‘big hoax’ nya saat mendengar Kai mengatakan sesuatu yang menjadi panah untuk Ryeona. Ryeona hanya bisa terdiam membeku ditempat, dimandori (?) oleh kawan-kawannya yang tengah asik menonton mereka berdua.

Ryeona’s POV

“Yaaa, well, tapi kamu ngga ngelak, so..”, dia terlihat berpikir .”Terserah! Lagian itu hanya reflek, dan jangan terlalu kaget seperti itu. DASAR PABO YEOJA!”

Mwo?! Reflek? Kejadian tadi dia sebut reflek?!! Kalau begitu aku udah jadi yeoja apaan?!!

Aku hanya bisa menganga mendengar perkataannya, bagaimana dia bisa berkata seperti itu? Haah, sudahlah, aku tak bisa melawannya lagi. Dia pasti akan terus mengelak dan memutarbalikkan fakta sehingga aku yang akan dituduh -_- *sigh*

“Kyungie, aku mau kerumah kamu dulu ya. Pengen liat Suho Oppa”, kataku sambil tersenyum pada Shinkyung.

Ia menatapku heran.”Oh, begitukah? Silahkan saja, Ryeonie”, kata Shinkyung mengijinkanku.

Aku langsung membalikkan badan tanpa menatap Jong In yang dari tadi ada disampingku, berdebat. Perlahan aku mempercepat langkahku, berlari. Ada perasaan senang, sedih, marah, kesal dicampur aduk menjadi satu dan timbulah rasa ini.

Tak lama kemudian aku sudah bertengger didepan pintu kamar yang didalamnya ada Suho Oppa.

KNOCK..KNOCK..

“Masuk”, katanya dari dalam. Atas ijinnya aku membuka pintu dan langsung masuk.

“Annyeong Oppa!”, kataku sambil tersenyum, mencoba melupakan kejadian tadi.

“Oh, annyeong Ryeonie-a, gimana kemping nya? Rame?”, tanya Suho Oppa.

“Ah, umm, i-iya. Rame banget!”

Aku pun berbincang tentang kejadian kemarin, tapi tentunya tidak menceritakan tentang tadi malam -_- Tak lama kemudian Suho Oppa memutuskan untuk mengikuti acara kemping kita malam ini, mengingat keadaannya sudah membaik dari yang sebelumnya. Dan entah kenapa, Kim Jong In sepertinya over protective pada hyung-nya yang akhir-akhir ini sedang dekat denganku. Apa dia menyukai hyung nya sendiri? Ah, adwae! Itu ngga mungkin banget –“

–S–

Beberapa bulan kemudian..

Ryeona’s POV

Ah sial! Kim Jong In telah memulai training nya. Aku sangat iri padanya, jikalau saja aku yang mendapatkan gelar dance machine itu, mungkin aku telah dinobatkan untuk menjadi personil So Nyeo Shi Dae ke-10.

Hmm, sudahlah, tak apa. Lagipula, aku juga mendapatkan beasiswa untuk menjadi seorang model alias artis fashion.. di Kanada. Ya, di Kanada. Bahkan aku sudah menyiapkan segala persiapanku untuk berangkat, mungkin sekitar satu minggu lagi. Ahh, aku juga tidak tahu mengapa aku bisa mendapatkan kesempatan menjadi model fashion, di Kanada pula.

Tapi, Shinkyung, Umma dan Appa bilang…

“Ryeo, sudahlah kau tidak perlu menangisi kekalahanmu”, ucap Umma.

“Iya, Ryeonie, mungkin dance bukan takdirmu. Kau bisa mencari kegiatan lain dan menjadikan kegiatan itu keahlianmu yang baru”, ujar Shinkyung menyetujui ucapan Umma.

“Geundae, Umma, Kyungie-a, tak segampang itu aku melepaskan impian yang sedari dulu aku impikan. Apalagi yang merebutnya adalah si namja itu!”, bentakku.

Sumpah, dari dulu aku memang sudah tidak bisa merelakan keahlian dance yang sudah aku pelajari dari kelas 3 di Elementary School dikalahkan oleh namja yang sangat sangat aku benci!

“Ryeona, kau kan sudah besar, mengapa masih merengek karena masalah kecil seperti ini huh?”, sahut Appa.

“Appa, apakah Appa meremehkan keahlian dance ku huh? Dance yang selalu ia gerakkan  tidak ada apa-apanya dibandingkan dance ku yang sudah jelas lebih bagus darinya ini”, kataku sambil cemberut menahan tangis.

“Eomo, uri Ryeonie cengeng sekali. Lihatlah dirimu nak, didalam dirimu tumbuh berbagai bakat yang belum kau gali, kau bisa menggali nya disaat kau masih muda seperti ini”, ucap Appa. Appa terlihat seperti ingin menghiburku.

“Appa, aku tidak bisa dihibur disaat hatiku sedang galau seperti ini. Meskipun ada, apa bakat yang bisa aku gali sekarang huh?”, kataku bertanya pada Appa.

“Hmm, bagaimana kalau kau melamar untuk menjadi artis disatu produser?”, ujar Shinkyung.

“Ya, aku ini masih ada di Senior High School, ngga mungkin kalo langsung ngelamar kerja, Kyungie”, kataku.

“Ah, geurae! Appa tahu, bagaimana kalau kau mencoba mengetes diri untuk mengejar beasiswa?”, sahut Umma, disertai anggukkan dari Appa.

“Beasiswa? Apa mungkin ada sekolahan yang..”, ucapanku terpotong oleh ucapan Shinyung.

“Tentu saja ada, temanku saja sekarang sudah menjadi artis terkenal disalah satu negara. Itu juga karena bimbingan beasiswa yang mereka jalani, Ryeonie”

“So, eottae?”, ucap Appa, sambil berharap aku menyetujuinya.

“Hahh, arraseo”, kataku pasrah.

“Huraaay!!!”, sorak ketiga manusia yang ada dihadapanku sambil berhi-five ria.

 

Dan entah mengapa aku lulus tes act dan model fashion untuk dimajalah-majalah. Apalagi ratingku paling tinggi dan paling banyak disukai oleh namja seumuranku. Jadi, otomatis aku dapat memilih suatu negara yang akan aku tempati untuk menjalani beasiswaku nanti. Dan tentu saja aku akan memilih daerah Barat. Karena rating film disana sangat banyak diminati oleh orang Korea dan bahkan diseluruh dunia. Aigoo, apakah aku akan menjadi idola terkenal? Aku senang, tapi aku sedikit sedih karena aku terkenal karena bakat modelling ku, bukan karena bakat dance ku. Hahhh, yasudahlah, yang penting aku akan melancarkan masa depanku untuk bakat modelling ku ini.

Aku berjalan menelusuri taman didekat rumahku. Sepi. Ya, sepi, ini semua karena tidak ada siapapun disampingku. Shinkyung, sibuk menjadi ahli waris untuk perushaan-perusahaan milik Kang Coorporation. Chaeri, sibuk mencari jati dirinya setelah diputuskan oleh mantan pacarnya, Park Chanyeol. Dasar namja pervert! Pengennya aja manfaatin tubuh sang kekasih untuk kepuasannya semata!

Lalu, Suho Oppa, aku tak tahu dan tak pernah tahu keadaannya sampai saat ini. setelah acara kemping beberapa bulan yang lalu Suho Oppa menghilang begitu saja. Dan tentu saja dengan namdongsaengnya. Sedikit ada kerinduan dihatiku untuk bertemu kedua namja itu. Pertama, Suho Oppa, dia telah banyak membuang waktu bersamaku dan bercanda tiap selang kami berbicara. Dia seperti Oppa kandung ku saja. Sungguh aku sangat berharap mempunyai Oppa seperti Suho Oppa!

Lalu.. Jong In. Entah kenapa nama itu selalu kusebut tanpa ada kata ‘namja sialan’, ‘namja gila’ atau sebagainya untuk mengejek dia semata. Mungkin aku sudah merelakan kesempatanku untuknya. Tapi tetap saja aku dan dia masih sebagai status ’rival’. Kita memang rival sejati.

—–

Seminggu kemudian..

Author’s POV

Hari ini adalah hari keberangkatan Ryeona. Ditempat tunggu dibandara Incheon, ia ditemani oleh Umma Appa nya dan juga Shinkyung dan Chaeri sahabatnya.

“Chagiya, makan yang banyak yah disana. Kami disini akan selalu mendoakanmu”, ucap Umma Ryeona sambil terisak menahan tangis.

“Ryeo, buatlah Appa bangga dengan keberhasilanmu. Ok?”, ucap Appa Ryeona.

“Ryeonie, aku dan Chaeri juga akan selalu mendo’akanmu agar kamu sukses. Kerja keras ya disana, fighting!”, ucap Shinkyung sambil mengepalkan kedua tangannya diudara, memberi isyarat untuk semangat.

Chaeri tidak bisa memberi semangat secara langsung dan hanya mengganguk setuju pada apa yang dikatakan oleh Shinkyung karena ia telah menangis tersedu-sedu dibahu Shinkyung.

“Arraseoyo. Yeorobbun, aku pamit yah. Annyeong!”, ucap Ryeona saat meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Dia berjalan pelan membawa kopernya yang besar, menuju pintu gerbang masuk kedalam pesawat. Dengan tas ransel yang ia gandong dipunggungnya ia berbalik dan melambaikan tangan kepada orang yang mengantarnya. Terlihat mereka juga membalas lambaian tangan Ryeona. Setelah sedikit lega, ia masuk dan meninggalkan jejaknya ditikungan lorong masuk.

Beberapa waktu selanjutnya, Umma Appa Ryeona, Shinkyung dan Chaeri pulang kerumah masing-masing. Sedangkan Ryeona yang sudah duduk dengan tenang dikursi pesawatnya hanya bisa celingak-celinguk (?) melihat keberadaannya saat ini.

“Aigoo, Appa ternyata mempunyai uang yang sangat banyak yah. sampai bisa membelikanku tiket pesawat Golden”, gumamnya kagum.

Akhirnya ia pun duduk santai sambil memasukkan sepasang headset ketelinganya.

Gajima sarang sarang sarang aaa

Jebal jebal gajima aaa

Nunmultuseongi sangcheotuseongi nae gaseumeun eotteohhae

Apa apa apa gajima saranga

Ooo ooo nal tteona tteona gajima

Ooo ooo nal tteona tteona gajima

Ia menutup mata dan meresapi indahnya lagu yang didengarnya. Terdengar sangat lembut ditelinga Ryeona sampai-sampai ia membayangkan sesuatu yang tak seharusnya dibayangkan.

“Kim Jong In”, gumamnya.

‘Eh? Apa yang aku pikirkan? Dasar Ryeona! Beberapa bulan tak bertemu saja kau sudah rindu pada olokkan namja sialan itu, huh.’, batinnya.

Ia melepaskan headset dari telinganya dan mulai membaca materi yang akan dia pelajari disana. Dan tak lama kemudian dia tertidur sampai waktu menunjukkan bahwa dia telah sampai di Kanada. #kebo amat! -,-

Sesampai di Kanada, ia disambut meriah dan secara terhormat oleh pemilik Act University #ngarang amat nama Un-nya -_-. Sungguh tak ia sangka akan disambut seperti ini. Yang ia tahu adalah setelah dia sampai dibandara, dia akan disambut oleh teman Appa nya. Tapi kok malah pemilik Act Univ ya?

“I’m sorry, Sir. But, who are you?”, ucap Ryeona saat turun dari pesawat. Tentu saja dia bingung sekarang karena selain sang empunya Univ, ia juga melihat beberapa pembantunya yang siap dengan mobil mewah yang pastinya akan ia tumpangi.

“Aigoo, tidak usah memakai bahasa Inggris. Aku juga turunan Korea kok”, ucap sang pemilik Univ.

“Ah, begitukah. Jeoseonghamnida ahjushi”, kata Ryeona sambil sedikit membungkuk.

“Ne, tak apa. Oh iya, apa kau tahu aku akan menjemputmu?”, tanya sang pemilik Univ.

“Ah, sebenarnya aku juga sedikit bingung. Kata Appa, akan ada teman Appa yang menyambutku setelah aku ada dibandara. Tapi kenapa ahjushi yang datang? Apakah ahjushi teman Appa?”, tanya Ryeona bertubi-tubi.

“Haha, kau ini lucu sekali. Baiklah akan aku jelaskan satu persatu. Namaku Xi Lu Han, direktur sekaligus pemilik dari Act University di Kanada ini. Aku berasal dari China tapi dulu pernah tinggal di Korea karena kakekku orang Korea, dan cukup lama menetap disana. Aku bertemu dengan Appa mu dan tak sengaja aku menjadi tangan kanannya saat ia memimpin perusahaannya. Hingga akhirnya aku mempunyai ide untuk membangun sekolah artis disini”, jelas Lu Han panjang lebar.

“Oh begitukah, ahjushi. Baiklah, aku mengerti sekarang”, kata Ryeona mengangguk sambil tersenyum.

“Baik, ayo kita kemobilku. Kita akan ke apartemen yang sudah disediakan Appa mu”, sahut Lu Han.

Mereka pun masuk ke mobil limosin besar milik Lu Han. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai diapartemen milik Ryeona. Dan sekali lagi Ryeona terkagum-kagum atas apa yang dilihatnya sekarang ini. apartemen mewah dan megah, besar pula.

“Ahjushi, apakah ini apartemen ini Appa ku yang membelikannya untukku?”, ucap Ryeona masih mengagumi skelilingnya.

“Aniya, dia memang sudah memilikinya dari dulu. Saat, ehm, maaf, saat keluarga kalian berantakan”, ucap Lu Han.

Seketika kegiatan yang sedang dilakukan Ryeona terhenti. Ia membalik dan menatap Lu Han penuh senyum.

“Kadang aku masih bersyukur pada Tuhan karena telah mempersatukan kembali keluarga kami”, ucap Ryeona dengan senyuman tulusnya.

“Iya, Appa mu membuat keputusan yang benar, sangat benar. Tak salah kalau dia disebut sebagai pemimpin yang bijak”, sahut Lu Han dibarengi kekehan dari Ryeona.

“Baiklah, beradaptasilah dulu dengan apartemen ini. dibeberapa tempat mungkin saja masih ada barang Appa mu yang tertinggal. Apartemenku ada dilantai bawah”, ucap Lu Han.”Oh iya, dan jangan panggil aku ahjushi. Terserah kau saja ingin memanggilku apa, yang penting jangan ahjushi karena aku tak setua itu”

“Arraseo, Mr.Xi”, sahut Ryeona.

“Aniya, abeonim saja, eottae?”, tawar Lu Han.

“Ne, abeonim”, angguk Ryeona.

Lu Han pun keluar dari apartemen dan menghubungi pembantunya untuk memasukkan semua barang Ryeona kedalam apartemennya. Ia juga menyuruh Ryeona untuk istirahat sampai hari masuk tiba. Ia akan menghubungi Ryeona untuk berangkat bersama pada awal masuk Univ.

Seminggu sudah masa istirahatnya diapartemen habis. Sekarang saatnya Ryeona untuk bersiap-siap kuliah hari pertama. Seharusnya begitu, tapi..

“Ryeo, bangun! Hey! Sekarang sudah menunjukkan pukul 7 pagi! Hey!”, teriak Lu Han saat mengetahui bahwa murid yang akan belajar di Universitasnya kini nasih tidur dengan nyenyaknya.

“Emmh, Lu Han abeonim. Ada apa malam-malam begini datang?”, katanya sambil mengucek-ngucek matanya.

“Aigoo, Ryeo! Sekarang sudah pukul 7.30 pagi! Sudah pagi, Ryeo!”, teriak Lu Han. Ryeona pun bingung dan langsung melihat jam dinding didalam kamarnya. Dan ternyata benar!

“MWO?!! KYAA!! AKU TELAAAT!!”

Ryeona langsung berlari kekamar mandi didalam kamarnya. Tak lama kemudian dia selesai mandi dan langsung memakai baju seragam yang akan ia kenakan untuk kuliah. Iya, kuliahan ini sangat khusus, maka dari itu kuliahan ini mempunyai banyak ciri khas dan salah satunya adalah seragamnya yang unik. Seragam unik itu sangat pas dan sangat cocok ditubuh mungil Ryeona. Tak menyesal ia mempunyai tubuh semampai layaknya seorang ballerina. Setelah cukup ia menata tubuh dan alat tulisnya, ia turun kebawah untuk makan. Dan tak ia sangka ada seseorang yang sedang memasak sesuatu untuknya.

‘Nugu? Itu bukan Lu Han abeonim. Lantas siapa?’

Dengan tubuh tinggi dan tegap, namja itu berbalik dan memberikan Ryeona senyuman.

“Annyeong. Jadi kamu yang namanya Ryeona? Jeongmal yeoppoda”, ucap namja itu.

“Ah, ne. Maaf, ahjushi ini siapa?”, kata Ryeona.

“Mwo? Ahjushi? Hey, aku ini 3 tahun lebih tua darimu”

“Ahaha, maaf”, sahut Ryeona sambil terkekeh kecil.

“Aku putra tunggalnya Xi Lu Han. Namaku Xi Yi Fan, panggil aku Kris. Makan aja dulu roti itu” #mian readers, minjem marganya Lulu dulu yaa ^^

“Kris? Keturunan China juga?”

“Yup! Tapi aku sudah tinggal di Kanada selama 10 tahun. Dan sebelum itu aku tinggal dan lahir di Korea, jadi tak heran kalau aku mahir berbahasa Korea”

“Oh begitukah? Lalu, Lu Han abeonim kemana? Kok aku ngga lihat”, kata Ryeona sambil menyesap susu yang ada dimeja.

“Mwo? Abeonim?”, tanya Kris.

“Ne, wae? Dia yang memintaku untuk memanggilnya begitu”

“Oh, iya iya. Dia ada diapartemen sebelah, rencananya aku yang akan membimbingmu saat masuk kuliah”

“Wah? Benarkah? Sungguh baik sahabat Appa ini. baiklah, aku sudah selesai. Apa aku harus berangkat sekarang?”

“Hmm, pukul 7.45. Baiklah, kita tidak akan terlambat karena jarak kuliahnya lumayan dekat. Apalagi kita akan naik motor. Kajja!”

Mereka pun berpamitan dahulu pada Lu Han. Setelah itu mereka berangkat kuliah bersama. Setelah Kris memarkirkan motor sport putihnya dibasemen, dia dan Ryeona berjalan mengelilingi kuliahannya. Menjelaskan tentang Act University agar dia tidak tersesat dan dia akan lebih mudah untuk mengenali dan beradaptasi dengan sekolah barunya.

“Kamu juga sekolah disini? Beasiswa juga?”

“Iya, aku masuk kekelas managering. Beda sekali dengamu”

“Begitukah? Hmm, manager. Mungkin kalau aku menjadi artis, kau bisa menjadi managerku. Aigoo, aku ini bicara apa. Aku tidak akan mungkin bisa menjadi artis haha”, gumam Ryeona.

“Kata siapa? Tentu saja bisa kalau kamu berusaha untuk bisa menjadi terkenal”

“Iya, mungkin saja. Karena tidak ada yang tidak mungkin didunia ini”, kata Ryeona sedikit terkekeh.

“Iya, kalau kamu menjadi artis terkenal. Aku yang akan menjadi managermu, jangan pilih yang lain karena dikelas managering hanya akulah yang cocok untuk menjadi manager”, ucap Kris sambil menepuk dadanya.

“Aigoo, arraseo, arraseo”

Setelah Kris dan Ryeona dekat satu sama lain, mereka menjadi sukses untuk menjadi yang pertama dijurusan mereka masing-masing. Kris mendapat poin cum laude dari yang lain. Begitu juga Ryeona, lagi-lagi dia mendapat rating tertinggi untuk pemilihan cast artis. Meskipun ia senang dengan dunia keaktingannya, ia sedikit sedih karena kesibukannya dia dan keluarganya di Korea lost contact. Jangankan komunikasi, dia pun tidak pernah melihat berita tentang tanah airnya itu. Ia benar-benar sudah menjadi warga akting yang terlalu sibuk dengan dunianya.

Sedangkan Kai, dia sudah menjadi artis boyband yang cukup terkenal di Korea. Hanya saja sayang, Ryeona tak tahu tentang berita ini. Ia terlalu sibuk dengan dunianya sehingga ia tak menyadari bahwa orang-orang di Korea begitu merindukannya. Kai yang sudah terkenal terlebih dahulu merasa bangga atas apa yang telah ia dapat. Sama seperti Ryeona, karena terlalu sibuk ia menjadi melupakan saat-saat menyebalkan bersama yeoja yang sering mengganggu pikirannya selama ini. Tapi dasar namja tidak sensitif. (ini kata author hehe)

–S–

Sudah setahun lamanya Ryeona tak pulang ketanah air Indonesia nya. Sekarang dia lebih disibukkan dengan kegiatannya sehari-hari karena dia sudah debut. Dia memutuskan untuk membuat surprise pada orangtua nya di Seoul dengan cara tidak berkomunikasi dengan mereka. Itu sangat sukses membuat orangtuanya khawatir bahkan menyimpulkan bahwa Ryeona sudah tiada. Tapi mereka sangat kaget ketika berita dirumah memberitakan tentang seorang Korea wati (?) membintangi beberapa iklan produk mahal di Kanada. Tentu saja mereka langsung mengenali bahwa itu adalah Ryeona.

Begitu juga Kai, dia kaget sangat kaget saat melihat Ryeona, rivalnya berada dilayar kaca TV Samsung yang terpampang di sepanjang jalan.

“Hei, Kai, bukankah itu Ryeona?”, tanya Suho.

“Eh? Hyung, dia Shailee Choi. Lagipula jika memang benar dia Ryeona si yeoja gila itu, kenapa hyung harus bertanya padaku huh?”, jawab Kai masih menatap layar TV itu.

“Itu hanya nama Kanada nya saja. Dia memang benar-benar Ryeona, Kai. dia berhasil, mengalahkanmu”

“Itukah Ryeona? Dia terlihat berbeda sekali”, sahut Chanyeol.

“Iya, sepertinya hanya wajah dan marga nya saja yang sama”, ujar Baekhyun.

“Mungkinkah?”, sahut Suho.

“Sudahlah hyung, lebih baik kita istirahat. Mulai bulan ini, kita tidak terlalu sibuk kata manager hyung. Jadi kita harus memanfaatkan waktu istirahat kita dengan baik. Jangan malah memikirkan orang yang belum tentu itu Ryeona”, ujar Kai.

“Baiklah”, Suho pun mengalah pada pemikirannya.

Meskipun begitu, Kai masih beranggapan bahwa yeoja yang ada dilayar TV itu adalah Ryeona. Ia mengenal yeoja itu, hampir semuanya. Baik luar ataupun dalam. Meskipun tidak mungkin Ryeona menjadi artis terkenal seperti itu, entah kenapa ia tetap berpikiran bahwa itu adalah yeoja yang menjadi rival nya selama ini.

‘Apakah benar dia?’

—–

Author’s POV

‘Aigoo, kapan aku bisa libur? Sangat menyusahkan sekali menjadi orang terkenal. Kenapa langsung dapat tawaran ini itu sih? Kan aku baru aja debut. Huh, ini juga salah manager ku sih. Dasar Mr.Xi! >,< Kenapa tawaran iklan gaje kayak gitu aja diterima? Padahal aku kan pengennya jadi main cast film. Kalau bisa main cast nya Bella Swan deh’

Tahukah kalian siapa yang berpikiran seperti itu? YUP! Benar sekali, itu Ryeona alias Shailee Choi.

“Hey, ngapain ngelamun aja huh?”, tanya manager nya.

“Diam kau, Kris”, katanya jutek.

“Kau marah padaku? Baiklah aku minta maaf. Lagipula sekarang kau bebas karena bulan ini aku mengosongkan jadwalmu”

“WHAT?!! ARE U KIDDING?!!”, teriak Ryeona shock! #everyday i shock hey! –‘

“Ya! Pelanin dikit suaramu kenapa sih? Aku membuatmu libur hanya dalam satu bulan kedepan. Bulan kedepan depannya lagi kamu harus kerja lebih giat”

“Oh ya?!! Kyaaa! Jeongmal gomawo Kris!”, aku pun berhamburan untuk memeluknya.”Gomawo! Thanks! Terima Kasih! Xie Xie! Pokonya daebak lah buat manager ku tersayang. Muaaahhh!”

“Aaah, arraseo arraseo. Aku juga tidak ingin artis ku menjadi depresi karena tertekan oleh pekerjaan nya”, ujar Kris lalu melanjutkan meengendarai mobil.

“Ah, jeongmal gomawo! Sepertinya aku ingin melakukan sesuatu di Moon Holiday ku ini. Hmm, kira-kira apa ya manager?”

“Aih, molla. Kamu yang liburan kok aku yang harus nentuin sih”

“Yeh, kan secara nggak langsung kamu tuh sekertaris aku juga. Jadi kasih saran kek apa kek. Hemeh!”, ucap Ryeona kesal.

“Oh iya, gimana kalau kita ke Korea?”, tanya Kris.

“Mwo? Ngapain kita kesana? Ngga ada kerjaan banget tau ngga”, sahut Ryeona sambil mengibas2kan rambut nya.

“Ya! Bukankah seminggu yang lalu kau merindukan keluargamu? Kenapa sekarang jadi kayak gini huh?”, ujar Kris sambil sesekali menoleh heran pada Ryeona.

“Eh? Oh iya! Aku mau kesana, aku mau ngejenguk mereka di Korea. Ppali!”, ujar Ryeona sambil loncat dari duduknya kegirangan. Sorry, Ryeona otak nya rada kesumbet ama Sweety Pie punya Kris tadi pagi -_-

“Arraseo, kamu tuh otaknya rada error ya? Aigoo. Oke! Kita berangkat sekarang!”

Mereka pun langsung berangkat menggunakan mobil Subaru yang memang baru Ryeona beli kemaren sore. Untunglah barang-barang yang Ryeona butuhkan sudah siap sedia di bagasi mobil, lengkap dengan koper nya. Dan begitu juga Kris. Jadi mereka bisa langsung berangkat tanpa menghiraukan baju2 mereka.

Sesampainya dibandara, Ryeona harus menggunakan hoodie, topi, dan kacamata hitam agar fans nya yang sedang berada dibandara tidak bisa mengenalinya. Kris yang notabene adalah manager nya, sedikit khawatir karena dandanan yang dipakai Ryeona sedikit mencurigakan. Untunglah keberuntungan sedang memihak mereka sekarang. Mereka aman sampai berada dipesawat.

“Akhirnyaaaa.. aku kira aku bakalan dikejar-kejar sama sasaeng fans nih. Fiuuhh~”, ucap Ryeona saat menduduki kursi penumpang.

“Well done, kita selamat akhirnya. Ya, Ryeonie, kita belum pamit pada abeonim”

“Ah, iya lupa. Kamu kirim e-mail aja deh ke dia. Pasti dia bakalan ngerti karena susana kita sekarang sedang mendesak”, ujar Ryeona sambil menyodorkan I-pad Apple nya pada Kris.

AT RYEONA’S HOUSE…

“Appa, apakah ini terlalu cepat? Bahkan mereka saja belum berkenalan”, ucap Umma pada Appa.

“Gwaenchana, mereka akan kenal satu sama lain nanti. Sekarang kita temui saja sahabat ku dulu. Istrinya pun sahabatmu dulu kan?”, ujar Appa.

“Oh ya? Siapakah?”

TENG NONG.. TENG NONG..

“Ah, mereka sudah datang. Ayo”, ucap Appa sebelum akhirnya membuka pintu rumah karena kedatangan tamu istimewa.”Hei, lama tak jumpa kawan. Bagaimana kabarmu huh?”, tanya Appa pada kawannya itu.

“Aigoo, Si Won-a, mengapa kau menjadi gendut seperti ini huh? Apa kau menganggur saja?”

“Ya! Saekki! Nappeun kau, Jong Dae-a. Bukannya berikan aku pelukan malah mengejekku seperti itu. Ah, Seo Hyun-a, ternyata kau akhirnya bersama dengan namja saekki seperti dia ya ckckck~”

“Ya! Si Won-a, bisa-bisa nya kau ini– Hey, bukankah kau Soo Young? Kau menikah dengan nya? Aigoo, tak kusangka kau mau dengan nya”, ujar namja yang bernama Kim Jong Dae pada Soo Young.

“Aigoo, Jong Dae-a, Hyunnie-a, lama tak jumpa sahabatku”, Umma Soo Young pun berpelukan dengan yeoja yang bernama Seo Hyun itu.

“Aku tak menyangka bahwa kita akan bertemu disaat perjodohan seperti ini”

Mereka pun terus berbincang-bincang dan akhirnya para Umma menyiapkan makan malam. Dan para Appa hanya bersantai-santai diruang tengah. Mereka pun berbincang kembali tentang anak mereka.

“Oh ya? Shailee Choi yang membintangi beberapa iklan itu? Aigoo, dia cantik sekali bukan? Sungguh menakjubkan jika aku mempunyai seorang menantu artis!”, ucap Jong Dae.

“Aigoo, Appa-ya, anak-anak kita juga kan sudah menjadi artis. Apa kau lupa?”, ucap Seo Hyun.

“Ah, iya Si Won-a, anak2 kami juga artis. Mereka memasuki anggota boyband yang ditrainee secara khusus di SMEnt”

“Eh? Jangan bilang kalau nama band itu So Nyo Chun Ji atau apalah itu nama band baru kan?”, ujar Soo Young antusias.

“Iya, mereka memang masuk ke boyband itu. Tapi sekarang namanya jadi EXO”

“Oh ya? Siapakah siapakah? Jangan bilang Suho?”

“Ya! Umma! Sudah kubilang lebih baik Kai! dasar mata keranjang”, ujar Si Won pada istrinya.

“Aigoo, sudah sudah makan dulu sanah. Mereka berdua adalah anak kami”, sahut Seo Hyun sambil memeluk nampyeon nya.

“MWO?!!”

AT EXO’S DORM…

Terlihat sekali namja-namja pemalas yang sekarang sedang mengulur-ngulur waktu istirahatnya hanya untuk sesuatu yang tidak penting. Ada yang gogoleran(?) dilantai, ada yang ngupil kesana kemari, ada yang makan snack kacang terus ngebuang sampahnya kemana aja. Dan masih banyak lagi #serasa iklan deh -_-

Sementara sang leader malah asik-asik nya memainkan PSP nya dikamar. Seketika itu, hanya ada satu namja yang menyadari betapa kotornya dorm mereka. ‘Sudah seperti kapal pecah saja’,pikirnya.

“YA! Hyung-deul dan kau maknae! Mengapa kalian semua membiarkan dorm kita kotor seperti ini huh? Bagaimana kalau manager hyung tahu tentang keadaan kita selama 3 hari ini?! dan terutama kau Suho hyung! Kau itu kan leader, tapi kau–“

Omongan namja itu terpotong ketika melihat handphone nya berdering.’Aigoo, ada apa Appa menelepon?’. Tak menunggu lama, ia pun langsung mengangkat telepon tersebut.

“Ah waeyo, Appa?”, tanya namja tersebut pada Appa nya.

“…”

“Mwo? Aku tak bisa mendengarmu. Disana berisik sekali”, ujar namja itu sedikit menjauhkan handphone nya dari telinga nya.

“…”

Akhirnya namja itu mematikan telpon dari Appa nya itu. Lalu bergumam sendiri.

“Ada apa sih?”, gumamnya.

Seketika itu, ia membalik dan terlihat namja-namja yang tadinya bemalas-malasan sekarang malah bergotong royong membersihkan dorm mereka itu. Ia melongo, sedikit tak percaya. Tapi dalam sekejap ia kembali sadar dan bertanya pada hyung nya.

“Ya, Suho hyung. Tadi Appa meneleponku, tapi aku putuskan karena aku tidak bisa mendengar apa yang ia bicarakan. Apakah dia menghubungimu?”, tanya namja itu.

“O? Aniya. Eh, tunggu”, namja bernama Suho itu pergi kekamarnya dan kembali dengan membawa handphone nya.”Tuh, ngga ada. Mungkin Appa hanya butuh denganmu”, sahutnya dan kembali menyapu. #leader yang baik :3

“Begitukah?”

“Ya, Kai. Dari pada kau menghiraukan hal yang tak pasti lebih baik jika kau membantu kami membersihkan dorm”, sahut namja yang bernama Baekhyun.

“Aih, arraseo”, ujar namja yang bernama Kai.

Beberapa saat kemudian, dorm mereka sudah terlihat lebih baik dari yang sebelumnya. Lebih lebih lebih baik malahan. Seperti mereka baru menempatinya saja, dorm ini begitu rapi dan bersih. Dan tak lama kemudian, handphone Suho berdering.

“Ah, Appa waeyo?”

“…”

“Iya, tadi kata Jong In dia tidak bisa mendengar jelas suara Appa”

“…”

“Ne, kami hampir kosong sebulan ini. waeyo?”

“…”

“Ne, arraseo. Kirim saja alamatnya ke e-mail ku”

“…”

“Ne”, Suho pun menutup telpon nya.

Disana, para dongsaengnya menatap penuh harapan pada Suho agar menceritakan apa yang baru saja Appa nya katakan.

“Kai, ppali, kita harus ketempat Appa dan Umma sekarang”

“Hah? Waeyo hyung? Entahlah, aku pun tak tahu. Ah, ini alamatnya”

“Alamat apa hyung?”, tanya Sehun sang maknae.

“Aku dan Kai akan pergi sebentar ke alamat ini. kalau ada manager hyung bilang saja begitu ya?”, ucap Suho.

“Neee~”, mereka semua memang dongsaeng yang baik. #author jatuh cinta 😀

Suho dan Kai pun keluar dari dorm. Dan seketika itu Kai muncul lagi dibalik pintu.

“Jangan kotori lagi dorm atau kalian akan aku cincang saat aku pulang nanti. Terlebih kau maknae setan”, ujar Kai langsung pergi menyusul hyung nya.

“Loh, hyung. Apa salahku?”, dengan mata berkaca-kaca Sehun mengatakan hal itu dan disambut oleh pelukan dari para hyung-nya. *ikutan peluk Sehun*

Sedangkan Suho dan Kai sudah memulai perjalan mereka ketempat yang akan mereka tuju.

AT INCHEON AIRPORT…

Ryeona dan Kris yang sudah bersiap-siap oleh penyamaran mereka segera keluar dari pesawat. Dengan sigap, Kris memerintahkan anak buah pesawat untukk mengeluarkan mobil Subaru merah milik Ryeona. Sang anak buah yang ternyata fans berat Shailee Choi yang pastinya sangat mengenali idolanya itu langsung berteriak dan memeluk Ryeona erat.

“KYAA! KRIS! HELP ME!!”, teriak Ryeona saat namja tersebut memeluknya.

“Hei, diam kau! Jika kau diam, aku akan menghadiahkanmu foto dan tanda tangan plus dengan jabatan tangan dari Shailee Choi”

Degan sigap, anak buah itu melepaskan pelukannya dan kembali menjalani tugasnya –mengeluarkan mobil Ryeona— yang disuruh oleh Kris.

“Aigoo, aku seperti menjual diriku saja”, ucap Ryeona masih tersenggal-senggal karena pelukan bocah tadi.

“Itulah resiko dari seorang artis, dan sudah menjadi kewajiban seorang manager untuk selalu melindungi, menemani dan mendukung artis nya”, ucap Kris.

“Ne, gomawo”

—–

Mereka pun melanjutkan perjalanan nya ke Seoul. Melewati beberapa rumah yang ia sering lewati setahun yang lalu. Bersama kawan dan rivalnya, di sekolah itu.

“KIRIN ART SCHOOL”, gumam Ryeona.

Dia menjadi teringat akan kebersamaannya bersama Shinkyung. Meskipun sekarang mereka jarang berkomunikasi, tapi Ryeona tahu bahwa Shinkyung masih menjadi Kyungie nya yang dulu. Tak berubah sama sekali. Namun, sahabatnya yang satu lagi, Chaeri. Entah kemana yeoja satu itu, sudah lama tidak bertemu dan mengetahui berita tentangnya. Ia menjadi sedikit khawatir.

Sekarang, disini, ditempat ini, mereka menginjakkan kaki dan mengetuk pintu yang sedang ada dihadapan mereka sekarang. Tak lama kemudian, seorang wanita yang hampir diinjak umur membukakan pintu untuk mereka. Seorang yeoja yang sangat dirindukan Ryeona. Seorang yeoja yang selalu datang dimipinya yang menandakan sangat rindu kepadanya. Sekarang berada dihadapannya.

“Umma~”, gumam Ryeona lembut.

Tak lama, ia pun langsung membuang kerinduannya, memeluk Umma nya dengan penuh kasih sayang.

“Nae aegi.. kau sudah pulang? Kemana saja kau ini huh? Apakah kau tak merindukan Umma dan Appa mu ini?”, ucap Umma nya sambil mempererat pelukan mereka dan diselangi isakkan dari mereka berdua. Tentu saja, mereka menangis. Menangis bahagia.

“Umma, jeongmal bogoshipoyo hiks”

“Yeobbo!!”, panggil Umma pada Appa.

“Wae geurae—“, Appa yang tadi terlihat sangat panik. Berlari kearah pintu dibarengi dengan tamu spesial mereka sebelumnya, Kim Jong Dae dan Kim Seo Hyun.”Ryeonie? ini kah.. kau?”

Tak lama lagi keluarga bahagia itu pun langsung memeluk satu sama lain. Meluapkan kerinduannya. Tapi, selain itu. Kris yang sedari tadi hanya mematung malah ikut menangus terharu atas 3 orang yang menyebarkan virus kerinduannya.

Sedangkan, Suho dan Kai sedikit bingung karena dari siang tadi alamat yang akan mereka tuju tak kunjung mereka temukan.

“Aigoo, hyung. Bagaimana ini? apakah benar alamatnya disitu?”, tanya Kai.

“Tentu saja Kai, tapi didaerah mana memangnya? Kenapa kita tak menemukan jejak-jejaknya sama sekali?”

“Sini aku lihat alamatnya.. Aigoo hyung! Ini daerah perumahan yang tadi hyung! Aish, apa aku bilang kan?”

Mereka pun memutar arah, kembali mengelilingi kota Seoul yang sangat luas.

—–

Setelah acara berpelukan itu…

“Ryeo, nugu—“

“Ah, Umma, perkenalkan ini Kris. Dia managerku”, ujar Ryeona.

“Annyeong haseyo, Kris imnida, bangapseumnida”, ujar Kris memperkenalkan diri.

“Aigoo, tinggi sekali. Kau pun bertambah tinggi Ryeonie”, sahut Appa.

“Ahaha, selain itu, aku juga memakai high heels, Appa”

“Tapi tetap saja kau hampir mengalahkan Appa mu ini”, sahut Appa.

“Begitukah? Ahahaha, arra arra. Ah itu—“

“Ryeonie, perkenalkan ini teman Umma dan Appa”, ujar Umma sambil menghampiri kawan-kawan nya itu.

“Oh, annyeong haseyo, ahjushi, ahjumma”, sapa Ryeona sambil membungkukkan badannya.

“Panggil saja aku abeonim, okey?”, sahut Jong Dae.

“Dan panggil aku bumonim hehe”, lanjut Seo Hyun.

“Bu-bumonim?”, tanya Ryeona bingung.

“Ah, begini Ryeo. Umma dan Appa berniat menjodohkan anak mereka denganmu”

“M-mwo?”, pekik Ryeona kaget.

—–

“Hyung,  sepertinya dari sini kita harus melihat papan nomor rumah satu persatu deh”, ujar Kai.

“Hmm, benar sekali. Tapi, apakah itu tidak akan memakan waktu? Ini sudah terlalu larut Kai”, ujar Suho.

“Benar juga, yasudahlah kita lanjutkan saja perjalanan. Aku yang akan melihat nomor itu dari jauh”

“Huh, sebenarnya apa yang mereka inginkan sih? Ini seperti sebuah teka-teki saja”, ucap Suho sambil mempouting bibirnya.

“Hhh, entahlah hyung. Tapi yang pasti kita harus cepat berada ditempat itu”

—–

Dimeja makan, hanya terdengar dentingan jam dan peperangan antara sendok dan garpu yang berada ditangan 3 pasang manusia. Tak ada yang memulai pembicaraan karena mereka semua sibuk dengan makanannya masing-masing. Hingga akhirnya mereka semua telah selesai memasukkan sesuatu kedalam mulut mereka.

“Jadi.. tentang perjodohan itu—“, Ryeona memecah keheningan dengan mengambil topik yang sangat pas untuk dibicarakan.

“Begini, Ryeo. Umma dan Appa adalah kawan baik dari Seo Hyun ahjumma dan Jong Dae ahjushi. Sudah lama kita tak bertemu dan dipertemukan kembali dalam keadaan sehat wal’afiat didalam perundingan tentang perjodohan keturunan kami”, jelas Umma dan dibarengi dengan anggukan dari Ryeona.

“Appa memutuskan untuk menikahkanmu dengan salah seorang dari anak mereka. Terserah siapa yang mau kau pilih karena dua-duanya namja”, ujar Appa.

“Tapi—“

“Appa sudah memikirkan masalah ini secara matang dan Appa juga sudah membuat keputusan yang bulat untuk menjodohkanmu dengan anak teman Appa ini. jangan mencoba untuk menolak, Choi Ryeo Na”, ujar Appa dengan nada serius.

Bukan hanya Appa yang serius, bahkan seisi rumah pun langsung terdiam saat mendengar ucapan Si Won Appa barusan. Tak lama kemudian, keheningan menyelimuti mereka.

“Ah, Ryeonie, aku dengar kau artis dari Kanada itu ya? Ternyata kau sangat populer di Korea, membuat kami bangga saja haha”, ucap Seo Hyun menghidari mereka dari keheningan dengan basa-basi yang ringan.

“Ne, ahjumma. Aku mendapat dukungan dari keluarga dan juga sahabatku. Oh iya, tak lupa juga aku ingin mengucapkan terima kasih pada rivalku yang sudah menuntunku untuk menjadi artis yang hebat”, ucap Ryeona dengan semangat.

“Rival? Kau punya rival? Siapa? Artiskah?”, tanya Jong Dae.

“Aniya, ahjushi. Aku juga tak tahu dia ada dimana. Yang pasti dia itu orang nya nyebelin dan Cuma bisa bikin aku kesel dengan tingkah nya. Dia juga berhasil mengalahkan bakat dance ku dan mengambil kesempatan untuk menjadi trainee di SMEnt. Kalian tahu kan SMEnt?”

“Tentu saja kami tahu”, ucap Seo Hyun dan Jong Dae bersamaan.

“Nah, akhirnya Appa memutuskan untuk menitipkanku pada rekan kerja nya di Kanada. Akhirnya aku lulus dan menjadi seorang aktris, meskipun belum aktris sih. Masih artis, karena aku belum membintangi film layar, film kaca, film monitor dan sebagainya”

“Tunggu, trainee SMEnt? Anak kam—“

Careless, careless

Shoot anonymous, anonymous

Heartless, mindless

No one, who care ‘bout me?

“Ah! Sebentar ya, aku mau mengangkat telpon dulu. Kris, kajja!”

Ryeona dan Kris pun meminta izin untuk bertelpon dulu diluar. Dan yang menelepon Ryeona adalah Produser film Shiver alias film action yang diidamkan Ryeona. Tentu saja Ryeona ingin membintangi film itu. Hanya sekilas saat ia membaca novelnya, tiba-tiba ia ingin membintangi film nya dimasa depan. Dan sekarang.. Produser film nya sedang meneleponnya langsung!

“Kris, olehmu saja eo?”

Tanpa ba bi bu Kris langsung menyambar I-Pad Ryeona dan langsung menjawab panggilan dari Produser film tersebut.

“Hello?”

“…”

“Yes, i’m her manager. Can I help you, Sir”

“…”

“Yes, of course”

“…”

“Yeah, we can”

“…”

“Yes, thank you very much”, kata Kris sambil membungkukkan badan, padahal sang penelpon tidak ada dihadapannya.

“What is it? Am i in?”, kata Ryeona gugup sambil menunggu jawaban dari Kris.

“I’m sorry.. you’re not out!”

Wajah Ryeona yang tadi sempat cemberut sekarang menjadi sumringah kembali atas apa yang Kris nyatakan.

“Aku masuk! Yeah! My dream will come true!! KYAA Krisuuu!! Saranghae!!”, ucap Ryeona sambil jingkrak-jingkrak (?) dan langsung memeluk Kris dengan erat.

Ryeona’s POV

“I’m sorry.. you’re not out!”, kata Kris dan wajahnya tiba-tiba berubah menjadi tampang senang.

Wajahku yang tadi sempat cemberut sekarang menjadi sumrinagh kembali atas apa yang Kris nyatakan. Sungguh tak kusangka.

“Aku masuk! Yeah! My dream will come true!! KYAA Krisuuu!! Saranghae!!”, ucapku sambil jingkrak-jingkrak (?) dan langsung memeluk Kris dengan erat. Aku memeluknya dan membimbingnya untuk berputar-putar sambil berpelukan. Kami sudah seperti telettubies saja ahaha.

“Laa la la, lala laa tta tara tta, la laa laaa~”, kami pun bernyanyi dan masih berpelukan seperti orang gila.

Seketika pelukanku itu melonggar, saat aku menyadari bahwa sedari tadi ada yang memperhatikanku bersama Kris. Dekat, sungguh sangat dekat. Dengan berdiri disamping mobil Porsche putihnya, ia memakai kemeja dan jeans hitam (mirip-miripin ama teaser satu lah hehe) Meskipun malam ini tak ada bintang dan hanya ada bulan sabit, tapi aku mengenali namja ini. jelas dan sangat jelas dimataku.

Jantungku mulai berdetak tak karuan lagi saat melihatnya. Mengingat insiden “Wrong Kiss” ku dengannya waktu itu. Dan bagaimana dia mencium ku dibelakang tenda. (baca chapter 1) Dan sekarang aku menemukan tatapan itu lagi, tatapan yang membuatku semakin ingin menatapnya. Mengikatku dalam keteduhan matanya yang tajam itu.

Meskipun aku tahu aku mungkin salah lihat, tapi kata yang sudah ada ditenggorokanku sudah tak sabar ingin keluar.

“Kim Jong In..”

TBC ^^

Huaahh, eottae reader-deul? Baguskah? Jelekkah?

Kepanjangankah? Kependekankah?

Kalo jelek sih iya deh dimaklumin coz author juga ngga yakin kalo ff ini bagus -_-

Mian banget kalo buanyak typo ya guys hehe

Dimohon untuk meninggalkan jejak kalian dengan kritik dan saran yah,

biar di next chap author bisa memperbaiki kesalahan author yang disini 😀 hehe

Gomawo buanget udah mau baca ^^

45 pemikiran pada “Hard To Be Love (Chapter 2)

  1. Ngekk?/ dijodohin? Ryeona pilih Jongin aja, biar Suho nya sama Aku :3 :v
    FFnya seru bangett!!
    Always keep writing!!

Tinggalkan Balasan ke baeksekyung24 Batalkan balasan