We Were In Love (Chapter 5)

“WE WERE IN LOVE”

Author : There’s No Author POV xD

Fb:       –      Radtnha Anggraini (facebook.com/ bbuingbbuing.virus)

–          에피아  (facebook.com/JoUpin.stoleMyheart)

 

Cast    :          

            – Kim Jong In

            – Park Chanhee (OC)

            – Kim Yae In (OC)

            – Park Chanyeol

            – Byun Baekhyun and EXO members

Chanyeol  POV

 

“Yae In-ah” aku mendengar teriakan Chanhee. Kubulatkan mataku saat mengetahui Yae In tak sengaja terkena pukulan dari Jong In. Tubuhnya oleng dan dengan cekatan aku menangkapnya. Yae In hanya meringis kesakitan, sedetik kemudian matanya mulai tertutup, aku yakin dia pingsan.

 

Tunggu dulu, badannya panas. Mungkin akibat dari kehujanan tadi, aku mengangkat tubuhnya bermaksud membawanya ke dalam rumahku. Tanpa berkata apa pun, Jong In mengambil alih tubuh Yae In dan menatapku penuh kekesalan.

 

“Dia adikku, biarkan aku yang membawanya pulang!” Cih, setelah membuatnya terluka dia masih mengakui bahwa Yae in adiknya ? membuatku semakin kesal saja. Saat aku akan menahan mereka, tangan Chanhee sudah terlebih dulu menahanku dan menatapku seolah berkata -jangan lakukan lagi-

 

Aku hanya memandangi kepergian mereka berdua dengan penuh kekhawatiran. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya ? haruskah aku menyusulnya, tapi…….

 

“Arrrghhhhh!!!” aku menendang batu yang ada di depanku “Aww,,” pekik ku kesakitan.

 

“Babo!! Tidak usah bertindak bodoh! itu tak akan membuatku tertawa?” Mwo ? dia pikir aku menghiburnya ? aishh dasar adik sialan, kau membuatku semakin  kesal saja.

 

Kulangkahkan kakiku dengan gontai menuju kamarku, rasa khawatirku pada Yae In mampu  menghilangkan rasa kesalku atas sindiran Chanhee tadi. Aku harus menemuinya besok pagi untuk memastikan keadaannya.

 

 

Ku edarkan pandanganku sekali lagi ke arah gerbang kampus ini. Sudah sejak jam 7 pagi aku menunggu dan sekarang jam di tanganku sekarang menunjukkan pukul 10 lebih 15 menit. Apa dia tidak masuk kuliah ? aku mengacak rambutku frustasi.

 

“Chanyeol-sshi” tanpa sadar sebuah senyuman terukir dari bibirku.

 

“Akhirnya kau datang juga…apa kau baik baik saja? di bagian mana dia memukul mu kemarin ? kemarin tubuhmu juga demamkan? kenapa hari ini masuk kuliah ?” semua pertanyaan yang sulit membuatku tidur meluncur begitu saja dari mulutku.

 

“Aku baik baik saja Chanyeol-sshi” mwo ? Chanyeol-sshi dia bilang ? 😦

 

“Chan…Chanyeol-sshi ?” aku berusaha mengulang perkataannya

 

“Ne..wae ? ada yang salah ? ku rasa tidak. Permisi aku ada kelas sebentar lagi”

 

“Apa dia yang menyuruhmu menjauhiku humb ?” aku menatapnya lekat

 

“Ani, memang ada masalah apa aku harus menjauhimu ? Diantara kita memang tak ada apapun bukan”

 

“N..ne?”

 

“Park Chanyeol-sshi kurasa kau cukup pintar untuk mengerti perkataanku barusan”

 

“Jadi selama ini kau anggap apa diriku ?”

 

“Eobseo” jawaban singkat darinya mampu menyayat hatiku.

 

“Maksudmu ?”

 

“Hah….ternyata kau memang benar – benar bodoh Chanyeol-sshi. You are nothing”

 

“Ahhh~begitu ya, hahaha mungkin aku yang salah mengartikan kedekatan kita dulu. Mianhae sudah mengganggu waktu mu. annyeong”

 

—–

 

@a few days later

 

Chanhee POV

 

“Chanhee? Kau mau kemana?” tanya oppaku bingung melihatku yang mengenakan pakaian rapi dan membawa tas hendak pergi.

 

“Jja! Kita ke rumah keluarga Kim..” ajakku sembari menyisiri rambut sebahuku yang sialnya harus menyangkut pada sisirku. Membuatku mau tidak mau harus kehilangan beberapa helai rambutku. Ppfft..

 

“Mwo? Keluarga Kim? Kau mau cari masalah lagi..?”

 

“Ini adalah untuk yang terakhir kali oppa..aku tidak mau hubungan baik antara keluarga kita harus rusak begitu saja karena ulahku. Aku akan meminta maaf sekali lagi.”

 

“Aku tidak mau! Untuk apa kesana?” tolaknya sembari melipat tangannya di depan dada.

 

“Oppa…kau harus menjalin hubungan baik dengan Yae In!”

 

“Apa maksudmu, heh?! Aku sudah tidak punya hubungan apa pun dengan yeoja itu!”

 

“Oppa! Jangan mengecewakanku..aku mohon..”

 

“Aku hanya akan mengantarmu untuk menemui orang tua mereka. Bukan untuk menemui Yae In atau pun Jong In..”

 

“Baiklah..kajja!” akhirnya dengan sedikit paksaan, oppaku pun menuruti kemauanku. Yah! Walau pun aku tidak akan bisa bertemu Jong In.

 

 

Ya disinilah kami di depan rumah keluarga Kim. Hanya aku yang keluar, sedangkan Chanyeol oppa menunggu di mobil. Ada sedikit perbedaan yang kurasakan. Rumahnya tampak sepi. Apakah para penghuninya sedang tak ada dirumah ?

 

“Chanhee-sshi apa kau datang mencari Nona kecil ?” tanya Lee ahjumma pengurus dirumah Yae In.

 

“Ne, ahjumma. Kenapa rumah tampak sepi?” tanya ku penasaran

 

“Nona tidak tahu ? Keluarga Kim baru pindah ke Pulau Jeju tadi pagi”

 

“Pindah ?”

 

“Apa nona kecil tidak memberitahu anda ?” aku hanya menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari Lee ahjumma. Kaget? Tentu. Bagaimana tidak, mereka bahkan tak ada yang mengabari kami. Setelah berpamitan, aku segera berjalan kembali ke mobil kakak ku.

 

“Ada apa ?” Tanya oppa ku

 

“Mereka semua sudah pindah ke Jeju” jawabku singkat dan menutup wajahku dengan kedua tanganku. Perasaan ku kacau balau sekarang, dia sudah tak ada disini. Rasa bersalah semakin menghantuiku. Mungkin ini memang saatnya kami semua berpisah dan memilih jalan masing – masing.

 

 

2 tahun kemudian….

 

“Chagiya semuanya sudah kan ? kkaja kita pulang!” Baekhyun oppa menghampiriku yang sedang membayar undangan pernikahan kami yang kami pesan. Ya kami akan menikah sekitar 2 minggu lagi, Baekhyun oppa sudah sangat sabar menantiku.

 

“Eumm…Kkaja!!” aku menggenggam tangannya erat dan berjalan keluar dari gedung percetakan ini.

 

“Park Chanhee-sshi” baru dua langkah aku berjalan, seseorang dengan suara yang sangat ku kenal baik memanggilku.

 

“Yae In-ah…” Mataku tak hentinya menatap sosok yang berdiri di depanku kini. Orang yang juga berarti di hidupku yang juga meninggalkan kami 2 tahun lalu itu juga. Tak banyak perubahan dalam dirinya, dia tetap sahabatku sama seperti dulu.

 

“Kita bertemu lagi Nona Park” ku alihkan pandanganku pada wanita paruh baya disampingnya.

 

“Kim ahjumma, annyeong haseyo” ku bungkukkan badan ku 90 derajat untuk memberi salam.

 

“Siapa pria yang ada di sampingmu itu Nona Park ?” Tanya Kim ahjumma, sepertinya dia masih marah padaku.

 

“Annyeong haseyo Byun Baekhyun imnida. Saya adalah calon suami dari Park Chanhee” Baekhyun oppa dengan semangat 45 (?) memperkenalkan dirinya.

 

“Menikah…? Ku harap kau tak mengulang kesalahan mu yang dulu Nona Park”

 

“Eommunim…geumanhae. Sebaiknya eommunim masuk dulu, aku akan segera menyusul, ne!” Eommunim ? bukankah Yae In dulu hanya memanggilnya umma. Dengan berat hati Kim ahjumma meninggalkan kami bertiga.

 

“Maaf atas perlakuan eommunim tadi, Chanhee~sshi.” Aku masih menatap penuh kebingungan. Seakan dia bisa menebak, dia melanjutkan kalimatnya, “apakah kau ada waktu luang ? eum…Baekhun sunbaenim..bolehkah ?”

 

“Ah, baiklah. Aku akan menunggu di dalam mobil”

 

 

Yae In POV

 

Aku membawanya ke sebuah coffee shop terdekat. Setelah memesan 2 cangkir kopi kami hanya diam. Dia menundukkan wajahnya sedangkan aku terus memandangnya. Tak berapa lama pesanan kami pun datang. Namun, tak ada dari kami yang memulai pembicaraan.

 

“Jadi, bagaimana kabarmu ?” Tanya nya memecahkan keheningan.

 

“Kami semua baik. Chukkae, kau akan menikah sebentar lagi. Kau tak berniat mengundangku ?” aku menyusup sedikit kopi ku.

 

“Aniya…tentu aku akan mengundang mu” dia mengeluarkan sebuah undangan dari dalam tasnya.

 

“Kau ternyata tidak berubah selama 2 tahun ini.Hmmm…Aku berpikir kau pasti bingung, kenapa aku memanggilnya eommunim?”

 

“Ne?!” dia segera tersadar dari lamunannya..

 

“Dia akan segera menjadi Ibu mertuaku..” kini dia membulatkan matanya, mungkin kaget. “Jika kau bertanya mengapa. Maka jawabannya adalah Karena aku dan Jong In bukanlah saudara kandung”

 

“Akupun baru mengetahuinya setelah kami tiba di Pulau Jeju, awalnya aku tak percaya dan itu semakin menambah beban pikiranku saat itu. Perbedaan usia kami yang hanya terpaut 11 bulan itu yang membuatku semakin percaya” lanjutku, aku meliriknya sebentar. Dia semakin menundukkan kepalanya.

 

“Saat itu keadaan berbalik, bukan dia yang mengacuhkanku tapi aku yang mengacuhkannya. Perlahan sikapnya mulai membaik dan mulai menerima ku kembali walau bukan sebagai adiknya. Aku harus berterimakasih padamu Chanhee-sshi, jika kau tidak membatalkannya dulu mungkin aku tak akan bisa menikah dengannya”

 

“N…ne ?”

 

“Aku akan segera menikah dengannya bulan depan” aku sunggingkan sebuah senyuman padanya.

 

“Apakah….kau men…cin…tai nya ?”

 

“Pertanyaanmu itu apakah aku mencintainya ataukah lebih pada ‘Apakah dia masih mencintaimu?’ benar begitukan” kali ini senyumanku semakin lebar, mungkin mendekati kata smirk.

 

Aku meliriknya sedikit, dia memang benar – benar tak berubah. Perlahan dia ingin mengangkat gelas kopinya.

 

“Jangan kau angkat gelas dihadapanmu itu. Jika kau lakukan maka aku akan tau bahwa kau sekarang sedang gugup” Bisakah aku dikatakan bahwa aku menang sekarang ? entahlah…aku hanya senang bisa berkata seperti itu padanya.

 

Aku berjalan pergi meninggalkan dirinya yang masih mematung di tempatnya.

 

—–

 

Chanyeol POV

 

Akh! Benar – benar melelahkan hari ini. Ini hari pertama aku menerima job sebagai fotografer. Dan itu cukup menyenangkan untuk sebuah part time. Ku rebahkan tubuhku di sofa dan meniup – niup lembut ujung rambutku.

 

Cklekkk. Suara pintu dibuka. Chanhee? Kenapa dengannya? Kenapa dia terlihat begitu sedih? Dia melangkah kearah dapur dan segera meneguk habis segelas air putih. Nafasnya memburu seakan dia menahan emosi. Ada apa sebenarnya?

 

“Gwenchanha?” aku menepuk bahunya pelan. Dia langsung menghambur ke pelukanku, terisak.

 

“Aku bertemu dengannya.” Suaranya sedikit bergetar.

 

“Humm? Nuguya?”

 

“Yae In.” Yae In? Nama itu…benarkah yang kudengar ini? Dia kembali? Tapi kenapa?

 

“Yae In?” tanyaku masih memastikan kalau aku tidak salah dengar. Dia hanya menggangguk sembari mengusap pipinya yang basah.

 

“Eodie?”

 

“Di percetakan undangan…” aku segera melepaskan pelukan Chanhee dan beralih mencari kunci mobilku. Ku sambar jaketku asal dan segera pergi mencari Yae In.

 

 

“Gamsahamnida…” Aku melihat punggung gadis itu sedang membungkuk kearah pegawai percetakan itu.

 

Matanya membulat sempurna ketika melihatku yang kini sudah berada di hadapannya. Ibunya pun terlihat kaget melihatku.

 

“Eommunim akan pulang dulu. Sepertinya kau ada sedikit urusan dengan pria ini.” Ibunya menundukkan kepalanya ke arahku dan aku pun membalasnya.

 

“Bisakah kita bicara di mobilku?” ucapku dingin.

 

“Hmmm…” aku segera berjalan mendahuluinya dan dia pun mengikutiku. Aku membukakan pintu mobilku, setelah dia masuk aku menutup pintu mobilku sedikit keras. Aku tahu dia sedikit tersentak. Aku segera melajukan mobilku dengan kecepatan diatas rata – rata.

 

“Apa yang kau lakukan pada Chanhee?”

 

“Cihhh…jadi kau bertemu denganku hanya karena ingin menanyakan hal tersebut?” dia melipat kedua tangannya di dada.

 

“Tidak puaskah kau membuatku terluka dulu? Kenapa harus adikku juga?”

 

“Tidak ingatkah kau bahwa aku pernah menjadi sahabatnya? Mana mungkin aku tega menyakitinya.”

 

“Tidak usah bertele – tele!”

 

“Kau mudah sekali marah.”

 

“……”

 

“Aku hanya mengatakan padanya kalau aku akan segera menikah dengan Kim Jong In..” tanpa sadar aku menginjak rem mobilku mendadak dan membuat tubuh kami sedikit terdorong ke depan. Aku sedikit meliriknya. Dia tersenyum licik ke arahku. Dia benar – benar berubah. Dia bukan Yae In-ku yang dulu lagi. Aku melajukan mobilku sedikit tenang kali ini. Jauh dari kesan ‘mengebut’ seperti tadi.

 

“Kau menikahi kakakmu sendiri?”

 

“Kenyataannya aku dan dia bukanlah saudara kandung…dan kurasa, bertahun – tahun mengenalnya adalah waktu yang cukup untuk saling memahami karakter kami masing – masing.”

 

“Kapan kalian akan menikah?”

 

“Bulan depan.” Jawabnya dingin. Aku menghela nafas, berusaha untuk menenangkan pikiranku yang juga kacau kini. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku…aku masih terlalu mencintai yeoja disampingku ini.

 

“Kau tahu kalau itu akan semakin menyakiti hati adikku..”

 

“Adikmu? Heh…masih ingatkah dia pada Jong In? aku rasa dia sudah mengubur perasaannya.”

 

“Yae In~ahh! Jika kau memang sahabatnya, seharusnya kau tahu seperti apa perasaan Chanhee.. dia bukan yeoja yang begitu mudahnya jatuh cinta.”

 

“Tapi ini lebih baik..”

 

“Kau memperburuk keadaan!” aku sedikit membentak. Sesak yang sedari tadi kurasakan, semakin sakit terasa penuh dalam diriku.

 

“Tak bisakah kau menghargai perasaannya juga perasaan…ku” ucapanku sedikit melemah kali ini. Aku sedikit meliriknya. Tatapan lembutnya kini kurasakan kembali. Seakan aku menemukan Yae In-ku dulu. Dia hanya terdiam.

 

“Kau mencintainya?” tanyaku lagi. Aku menunggu, berharap kata ‘tidak’ akan keluar dari mulutnya.

 

“Sepertinya itu sudah terjadi. Yah! Aku mencintainya.” Deg. Sakit. Seperti inikah perasaannya jika seseorang yang sangat kau cintai secara terang – terangan mengatakan bahwa dia mencintai orang lain?

 

Tanpa terasa aku menambah kecepatan mobilku kembali.

 

“Chanyeol~sshi, apa kau berniat untuk bunuh diri ?” Dia sekarang menghadapku menatap ku dengan perasaan melecehkan. “Baiklah..lanjutkan. mungkin ini jawaban yang dulu pernah kita pertanyakan”

 

Mendengar perkataannya aku semakin tak bisa menahan emosiku. Ku percepat laju mobilku, semakin cepat bahkan mungkin aku bisa masuk penjara karena berkendara dengan kecepatan diatas rata-rata.

 

Yae In malah tersenyum menyeringai dan justru melepas seatbeltnya. Mwo ? melepas ?

 

“Ya!! Apa yang sedang kau lakukan ?” ku tolehkan kepalaku kepadanya

 

“Bunuh dirikan ? bukankah apa yang sedang aku lakukan akan mempercepat prosesnya ?” apa dia benar – benar berniat untuk melakukannya ? saat aku kembali fokus pada jalanan ada sebuah mobil dari arah berlawanan melaju dengan sangat cepat.

 

Otomatis tanganku membanting setir kearah kanan. Sejurus kemudian mobil yang kami tumpangi oleng dan berguling satu kali.

 

——

 

Jong In POV

 

Dengan cepat aku menyusuri koridor rumah sakit. Apa yang sebenarnya ada di dalam otaknya. Dasar bodoh!! Untung tadi aku yang mengangkat telepon dari pihak rumah sakit jika tadi umma yang menerimanya bisa habis aku di cincangnya.

 

“Hah…dasar bodoh!! Sebenarnya apa mau mu!!” aku menyentil dahinya.

 

“YA KKAMAN JONG IN!! Kau ingin membunuhku lagi huh! Jika tangan ku tidak patah maka aku sudah mencekikmu” hei….kenapa dia marah. Yang seharusnya marah kan aku.

 

“Bakka!! Bakka!!  Bagaimana jika umma tau ? aku bisa mati terlebih dulu daripada kau!!” aku menoyor kepalanya agar dia sadar.

 

“Aishhh….justru kau yang bodoh!! Harusnya kau berterimakasih, pada orang yang sudah melakukan ini padaku!!” eh ? Apa benar begitu ya ?

 

“Benar juga” aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.”Keurom, dimana orangnya?” aku melongokan kepalaku ke kanan dan ke kiri. Kami berada di ruangan umum yang biasanya hanya untuk korban luka ringan. Tentu banyak pasien juga disini.

 

Sreekkk……. Yae In membuka tirai pembatas di samping kanannya dan WTH aku melihat dua orang yang sangat aku kenal.

 

“Jja…berterimakasihlah sekarang juga”

 

“Ne?” aku menatap Yae In penuh tanya.“Maksudmu, Pria yang terbaring di samping itu yang membuatmu celaka ?” aku menuding Park Chanyeol yang kini menatapku bingung. Sedangkan wanita di sampingnya, malas sekali untuk menyebut namanya.

 

“Bingo!!! Palliwa…”

 

“Aro…Park Chanyeol-sshi jeongmal Kamsahaeyo”

 

“Eh ?” mungkin dia bingung sekarang ini. Bagaimana tidak, dia yang membuat calon istriku celaka dan aku justru berterimakasih padanya.

 

“Entahlah mungkin dengan ini dia akan sadar dari kegilaannya” jawabku sekenanya

 

“Ah~ ne…”

 

“hummm, kalau begitu kami berdua pamit dulu. Annyeong Chanyeol-sshi, dan Chanhee-sshi. Senang bertemu kalian” aku mengisyaratkannya untuk memberi salam juga pada mereka. Tapi dia hanya menggelengkan kepalanya

 

“Palli” desisku padanya. Aku menoyor kepalanya sekali lagi agar mau membungkuk dan memberi salam pada mereka.

 

“Ara…ara” dia menepis tangan ku “Annyeonghi gaseyo. Bisakah kau menggendongku ? kepalaku sedikit pusing saat ini” aku melirik Park bersaudara mereka saling bertatapaan seolah bicara melalui hati.

 

Hey tidak salah kan aku menggendong calon istriku ? setelah sekian lama berpikir, aku mengangguk pada Yae In. dia terlihat sangat senang.

 

—–

 

Chanhee POV

 

“Annyeonghi gaseyo. Bisakah kau menggendongku ? kepalaku sedikit pusing saat ini” Sontak aku menatap Chanyeol oppa. Begitu pun Chanyeol oppa.

 

Bertahun – tahun aku mengenal Yae In, dia tak pernah semanja ini pada kakaknya. Jadi benar, mereka sudah saling menyayangi satu sama lain. Ah ani, mungkin bisa dibilang mereka saling mencintai. Dan ini berhasil membuatku…akh! Lupakan perasaanmu bodoh!, batinku.

 

“Kau tidak apa – apa?” tanya Chanyeol oppa yang sukses mengalihkan perhatianku.

 

“Eh?! Wae?”

 

“Ekspresimu…aneh! Apa kau kecewa?”

 

“Bolehkah aku merasa seperti itu? Aku tidak punya hak untuk itu.”

 

“Tentu kau punya. Jelas – jelas kau masih mencintainya.”

 

“Entahlah…aku berusaha melupakannya dan menggantinya dengan Baekhyun oppa..tapi saat dia muncul kembali, perasaan itu mulai muncul kembali.”

 

“Chanyeollie!!!” tiba – tiba sebuah teriakan keras masuk dalam gendang telingaku. Baekhyun oppa berjalan sedikit terburu – buru kearah kami. Baekhyun langsung memeluk oppaku dengan ekspresi kekhawatirannya yang ..hhh..sedikit berlebihan itu.

 

“Chanyeollie, gwenchanhayo? Apa yang terjadi?” tanyanya antusias. Iish…dasar BaekYeol couple. -____-”

 

“Baekhyun~ah, aku baik – baik saja! Lepaskan pelukanmu bodoh!” oppaku menggeliat berusaha melepaskan pelukan sayang Baekhyun oppa. Aku hanya tersenyum melihat dua couple tak terpisahkan ini xD.

 

“Ehheem…”

 

“Hehehe..chagiya~ mianhae!” dia mengusap tengkuknya sembari menunjukkan senyum polosnya padaku.

 

“Kalian berlama – lama pun tidak apa – apa..” jawabku kemudian.

 

“Ani..ani! kau cemburu pada kakakmu? haha” dia pun menghampiriku dan akhirnya pun memelukku.

 

“Hey! Hey..jangan pamer kemesraan disini! Aku single disini, okay!” runtuk oppaku.

 

“Yah! kau bukan single. Tapi hanya belum ada yang menyukaimu saja. Haha” Suasana berubah menjadi gelak tawa saat Baekhyun oppa datang kemari. Seharusnya aku beruntung sekali mendapatkan orang sebaik dia, tapi..mengapa hatiku masih belum bisa menerimanya?

 

TBC—-

 

6 pemikiran pada “We Were In Love (Chapter 5)

  1. ahhh min…. aku ga rido kalau kai sama yae in !! semoga chanheerinnya kecelakaan sampai mau mati terus kai baru sadar deh kalau dia masih cinta sama chanhee. jaebal minnn >_< ^^v

    • SETUJU !! nanti klo kai sama chanhee , chanyeol ama yae in……………….baekhyun ama……………………ME !! hehehe v(^_^)

Tinggalkan Balasan ke krisbaekyeol Batalkan balasan