“An EXO Fanfiction”
By : Lin Hu Na
Rate : T
Genre : Romance/School-life
Main cast : You, Xi Lu Han
Warning : OneShoot, OC, OOC, Typo
Don’t be a silent reader!
Don’t Like? Don’t Read!
O.o.O
“His Name’s Luhan”
O.o.O
Bagiku, untuk bisa melihatnya dari jauh pun sudah merupakan kebahagiaan. Saat mataku menangkap semua kegiatannya, ekspresi wajahnya. Saat telingaku dapat mendengar setiap gelombang suaranya. Saat indera penciumanku bertemu aroma tubuhnya, adalah saat yang sangat membahagiakan untukku. Dia adalah mimpiku, harapanku, dan.. cintaku. Seluruh cintaku telah kuberikan untuknya. Walau, aku tak tahu kapan cinta itu akan terbalas.
Namanya Luhan. Sekarang, ia adalah teman sekelasku. Kejadian yang membuatku jatuh cinta padanya terjadi dua tahun yang lalu. Saat itu, aku duduk di kelas akhir sekolah menengah. Dan aku tengah menunggu eomma menjemputku di sekolah, hal yang selalu kulakukan setelah bel pulang berdering. Aku tak mengerti kenapa eomma selalu terlambat menjemputku –bahkan sampai sekarang. Aku selalu menunggu dengan sabar. Menatap kepada kendaraan yang lalu-lalang di depanku. Terkadang, aku bahkan melihat beberapa temanku telah mengenakan pakaian rumah.
Lalu, saat aku dilanda kebosanan karena menunggu eommaku, seorang namja –dengan seragam sekolah yang tak sama denganku- melangkah melewati sekolahku. Aku hanya diam menatapnya. Matanya sayu, namun terkesan tajam. Kulitnya putih susu. Bibirnya kemerahan dan.. hei, ada apa dengan tangannya itu?
Kulit tangannya yang putih meneteskan titik-titik cairan berwarna merah.
Darah…
Ketakutanku akan darah membuatku langsung menarik keluar sapu tangan dari dalam tas ranselku. Kucepatkan langkahku ke arahnya. Tanpa mengucapkan apapun, kuraih lengannya hingga langkahnya terhenti. Aku langsung melihat telapak tangannya. Darah itu mengalir dari sana. Dari luka sayatan sepanjang dua sentimeter.
Ia menatap padaku penuh keheranan dan berusaha menarik lengannya dari genggamanku. Namun, aku tak peduli. Langsung saja kubalutkan sapu tanganku di telapak tangannya. Mencoba sekuat tenaga untuk tak menangis karena darah itu. Dan ia semakin menatap heran padaku.
Hingga akhirnya, selesai juga urusanku pada lukanya. Aku langsung menunduk sekilas dan kembali ke tempat aku menunggu ibuku. Ia masih juga berdiri di tempatnya dan menatapku heran bahkan sampai eomma datang beberapa menit setelahnya.
Sejak kejadian itu, setiap kali aku menunggu eomma, aku selalu melihatnya melewatiku. Tanpa menatapku sama sekali. Lain halnya denganku yang selalu menatapnya, berharap ia akan mendatangiku dan mengembalikan sapu tanganku. Tapi, oh.. baiklah. Sepertinya ia memang tak berniat mengembalikan sapu tanganku itu. Lupakan saja.
Aku terus saja menatapnya, memperhatikan mimik wajahnya. Hingga akhirnya, hal itu menjadi kebiasaan. Aku selalu buru-buru keluar kelas setelah bel pulang berdering. Agar aku bisa melihat namja itu lagi. Tujuanku bukan lagi untuk sapu tanganku, namun untuk melihatnya. Matanya yang tajam dan terkesan begitu cool. Melihat bibir mungilnya yang selalu tertutup rapat. Tangan kanannya yang selalu ia sembunyikan di balik kantung seragamnya. Berbulan-bulan aku terus memperhatikannya.
Sampai akhirnya, aku lulus dari sekolah itu. Aku tak melihatnya, dan tak yakin masih bisa melihatnya atau tidak. Aku sadar akan apa yang kurasakan, cinta. Aku jatuh cinta padanya, pada tatapannya. Namun.. kurasa perasaan ini sia-sia. Percuma aku mencintainya jika aku tak tahu keberadaannya. Huh!
Lalu, aku pun menjadi seorang siswi sekolah menengah atas. Aku sedikit kecewa karena tak ada seorang pun yang kukenal di sekolah baruku. Tak ada teman-temanku semasa di sekolah menengah pertama. Sedih, aku merasa kesepian.
Namun, perasaan itu hilang seketika saat menatap namja yang baru memasuki ruang kelas di hari pertama. Namja itu terlihat bercanda dengan temannya, memasuki ruang kelas dan menuju ke meja barisan belakang. Aku terus mencoba meyakinkan diriku bahwa aku tak salah lihat, bahwa aku tak salah mengenali seseorang. Dia.. itu.. adalah dia. Namja yang membuatku jatuh cinta hanya dengan tatapannya.
Setelah itu, baru kuketahui kalau namanya adalah Lu Han. Xi Lu Han. Ia sering di panggil dengan sebutan ‘deer’ oleh temannya –terkadang ia akan marah karena ‘deer’ terdengar seperti ‘dear’. Pada awalnya, aku bingung kenapa ia dipanggil dengan sebutan itu. Rusa? Kenapa rusa?
Sedikit demi sedikit kuketahui bahwa ia adalah Chinese. Dan dalam bahasa Mandarin, Luhan dapat diartikan dengan ‘rusa’. Aku terkikik kecil saat mendengar itu dari teman semejaku. Aku pun mulai suka membeli barang-barang berbentuk atau bergambar rusa. Boneka rusaku pun sudah berjejer rapi di kamar. Dari yang terkecil hingga terbesar. Memiliki mereka akan membuatku merasa dekat dengan Luhan. Aku mencintainya, walau aku tak tahu apa yang ia pikirkan tentangku. Namun, aku bahagia karena bisa terus melihatnya dengan jarak dekat. Melihat senyumnya, tawanya, dan bahkan melihat ekspresi kesal dan marahnya. Aku.. sangat senang.
Sekarang ini, aku tengah berdiri di sekitar lapangan basket sekolah. Melihatnya memainkan olahrahga itu bersama teman-teman sekelasku yang lainnya. Aku menyadari dirinya sangat popular di antara teman-teman wanitaku. Tiap ia berhasil mencetak angka, seluruh sorakan di sisi lapangan akan tertuju padanya. Aku pun turut tersenyum.
Dan, tanpa kuduga, sebuah kecelakaan terjadi. Akibat aku yang terlalu sibuk memperhatikan gerak-geriknya, aku tak melihat sebuah bola berwarna oranye melayang ke arahku. Setelah beberapa seruan teman-temanku yang memintaku untuk segera menghindar, bola itu pun menghantam bahu kananku, hingga aku tumbang dan sikuku bergesekan keras dengan semen kasar di pinggir lapangan. Jeritan kesakitan pun keluar dari bibirku. Perih. Aku merasakan perih di sikuku.
Aku langsung bangun dan melihat keadaan lengan kiriku. Lecet. Tak terasa, air mataku pun turun melihat kulitku mengeluarkan sedikit demi sedikit darah. Teman-temanku langsung menghampiriku dan menanyakan keadaanku. Yang kulakukan hanya menangis dan mengatakan “Sakit.”
Saat tiba-tiba, jemari seseorang menggenggam pergelangan tanganku. Ia menatap sikuku yang masih mengeluarkan darah. Buru-buru ia mengeluarkan sesuatu dari kantung celana basketnya. Sapu tangan. Sapu tangan yang sama dengan milikku yang –akhirnya kuputuskan- kuberikan pada Luhan beberapa bulan lalu. Namja itu membersihkan sikuku perlahan dari pasir-pasir yang masih menempel, lalu mengingatkan sapu tangan itu perlahan. Menutupi lukaku. Aku mulai berhenti mengeluarkan air mata walau rintihanku masih terdengar. Dan aku pun mulai mendongak. Menatap namja yang barusan mengurusi lukaku.
“Luhan’ssi?”
-END-
A-annyeong… Fict. ini sudah lama menjamur di hapeku. Nggak pernah berniat untuk ngetik di Leppie. Tapi, kok belakangan ini pengen ikutan nge-share. Yaudahlah, saya coba. Sebelumnya saya buat fict. untuk fandom AniManga di http://fanfiction.net/ Dan sekarang, saya mencoba sesuatu yang baru #hahaseek. Kritik dan Saran ditunggu.. Flame juga… yaa… bolehlaah.
Oya, sekuelnya… tergantung mood J
Ah! Oya.. HuNa punya fict YAOI di blog, yang mau silahkan kunjungi http://gakyuura.blogspot.com/
Regards
_Lin Hu Na_
bagus sekali *-* gantung tapi /?
gantung bangeeeet~
sebel ah-_- padahal ffnya keren
bikin sequel yaaaa.. jebaalll~
haduh, nggantung bgtbgt-____-
wajib sequel nih thor, Keep writing ya^^
gantung sekalih
need sequel thor
sekuel mana sekuel??
sequel please…. :3
aaaaa….
sukaaaaa….
tp gantung..😥