Can I? (Chapter 1)

“Can I?”

Author  : @triZa28

Genre   : you will know if you read this ^^

Cast       :

– Lee Yoonhee

– Park Chanyeol

–  Kim Minhee

– Xi Luhan

– Do Kyungsoo

– Byun Baekhyun

–  Zhang Yixing

Note      : Halo.. saya kembali.. >.< . setelah ff ‘How to forgive me?’ , akhirnya saya mebawa ff baru lagi.. judulnya ‘Can I?’. Ini agak berbeda dari ff sebelumnya. Jadi saya mohon dukungannya ya ^^. Ahh.. komennya juga saya tunggu >.<

NB          : Harap dimaklumi kalau ada typo ^^

Happy reading… ^^

(***)

“KYAAA!!”, terdengar teriakan-teriakan dari para wanita yang sedang berebut sebuah buket bunga yang dilempar oleh pengantin wanita. Tak seperti wanita yang lain, wanita yang sedang menatap ke arah kedua pengantin itu sama sekali tidak berusaha merebut buket bunga seperti wanita-wanita lainnya, dia hanya diam dan menatap keduanya.

“A…apa?”, tiba-tiba saja wanita itu terpengarah kaget. Buket bunga yang baru saja dilihatnya direbutkan oleh wanita-wanita itu sekarang jatuh di tangannya! Belum sempat dia melemparkannya lagi, tepuk tangan orang-orang disana sudah memenuhi halaman.

Terpaksa dia tak punya pilihan apapun selain menerima buket bunga yang ada di tangannya.

(***)

“Sudah kubilang! Aku tidak merebut buket bunga ini, tadi aku sedang melihat ke arah lain dan tau-tau buket bunga itu sudah jatuh dalam tanganku!”, jelas Lee Yoonhee, nama wanita itu, yang entah keberapa kali selalu menggema di telinga sahabat-sahabat di depannya.

“Sudahlah, Yoonhee-ah.. kau harus menerima bahwa buket bunga itu sudah ada dalam tanganmu..”, ujar sahabatnya, Byun Baekhyun, yang sedang meminum wine anggurnya. Wanita itu, Lee Yoonhee, tetap saja merengut. Sahabatnya yang berada di dekatnya, Xi Luhan, melihatnya dengan tersenyum.

“Yoonhee-ah, kau tau arti buket bunga itu kan? Kalau menerima buket bunga yang dilempar oleh pengantin wanita.. berarti selanjutnya kau yang akan menikah, kau tau kan?”, Yoonhee yang mndengar perkataan Do Kyungsoo itu hanya tersenyum tipis.

Menikah? Tidak mungkin.

“Tentu saja kau harus menikah, kau lupa umurmu, hah?? Kau sudah menginjak 31 tahun dan aku juga tak pernah melihatmu dengan laki-laki, dan tentu saja aku tau kau masih jumbo. Tapi Yoonhee-ah, tolong pikirkan hidupmu, oke? Diantara semua wanita sekelas kita, hanya kau saja yang belum menikah.. kau tak bisa terus memikirkan karirmu, kau harus memikirkan hidupmu..”.

Dan lagi-lagi, Yoonhee hanya terdiam.

Setahunya, dia memang tidak punya namjachingu..

Seingatnya, dia memang tidak ingin menikah..

Baginya tak menikah pun tak apa.

Selama hidupnya, dia hanya mencintai 1 orang.

Dan orang itu…

Dengan otomatis, mata Yoonhee menerobos semua orang yang sedang berjalan kesana dan kemari. Tanpa hitungan menit, dia sudah menemukan apa yang dicari. Pria berjas hitam yang sedang tersenyum ke arahnya. Yoonhee tak bisa tak tersenyum melihat laki-laki itu. Bagaimana bisa tidak?

Pria itu terus berjalan sampai hanya dia hanya berjarak beberapa meter dari Yoonhee. Pria yang masih tersenyum menatapnya.

“Chanyeol!”, pria berjas hitam yang semula menatap Yoonhee itu berpaling ke arah suara. Yoonhee tahu benar suara ini. Suara sahabatnya semenjak SMA..

“Minhee, jangan berteriak seperti itu. Kita bukan lagi pasangan yang berpacaran. Kita sudah menikah..”. walaupun jarak mereka cukup jauh, Yoonhee mendengar perkataan Park Chanyeol dengan jelas. Sementara, wanita disampingnya itu tertawa lalu menggenggam tangan Chanyeol.

Kalian pasti sudah bisa menebak.

Ya..

Laki-laki yang dicintai Yoonhee adalah laki-laki itu, Park Chanyeol.

Dan wanita yang disamping Chanyeol adalah, Kim Minhee. Merke berdua baru saja menikah. Buket bunga yang tadi diterima Yoonhee adalah buket bunga Minhee. Mereka berdua saling mencintai. Chanyeol, sahabatnya sejak kecil, mencintai sahabat SMA Yoonhee, Kim Minhee. Tapi kisah cinta mereka tak berjalan mulus. Kemudian, 3 tahun yang lalu mereka bertemu lagi dan begitulah, kisah cinta mereka terus berlanjut sampai akhirnya Yoonhee berada di halaman sebuah gereja, tempat pelaminan mereka.

Lagi-lagi, Yoonhee menggigit bibir bawahnya. Dia paling benci menangis. Dia paling benci dikasihani. Selama 33 tahun hidupnya dia tak pernah menangis. Bahkan ibunya juga berkata padanya bahwa sejak Yoonhee bayi, dia tak pernah menangis. Kalaupun Yoonhee kecil melakukan kesalahan, dia hanya diam dan tak melakukan apapun. Maka dari itu, dia benci menangis. Menangis membuat seseorang lemah. Jadi, ketika dia sudah benar-benar tidak kuat atau kesabarannya sudah mencapai batas meksimal, dia selalu menggigit bibir bawahnya, menekan air matanya yang mau terjatuh dengan rasa sakit. Akibatnya, bibirnya selalu penuh dengan luka.

Dia melakukannya lagi..

Menggigit bibir bawah dengan kasar..

“Yoonhee-ah!! Kau melakukannya dengan baik! Kau menangkap bungaku dengan tepat!”, ujar Minhee ketika dia dan Chanyeol sudah berada di antara Yoonhee dan sahabat-sahabatnya. “Bunga itu.. jatuh di tanganku sendiri..”, jawab Yoonhee yang mengalihkan pandangannya dari pasangan yang berpegangan tangan erat itu dengan meminum wine anggur di depannya.

“Baiklah-baiklah.. tapi bungaku jatuh di tanganmu!”, tiba-tiba saja Minhee melirik Yoonhee jahil, “Dia juga tidak terlalu buruk kok, terlalu baik malah..”, Yoonhee menatap Minhee dengan bingung, tapi kemudian Minhee melirik namja disampingnya. Luhan? Oh astaga.. apa Minhee lupa? Luhan sudah mempunyai yeojachingu!

“Ehm… Kurasa benar. Kita semua rata-rata berumur 31 tahun. Baekhyun dan Kyungsoo sudah menikah. Aku dan Minhee baru menikah. Luhan belum menikah tapi mempunyai yeojachingu. Yoonhee tak mempunyai pacar apalagi menikah.. Yoonhee-ah, kurasa kau perlu mengurangi pekerjaanmu dan mencari laki-laki yang cocok untukmu..”, ujar Chanyeol sambil menatap Yoonhee. Sementara Yoonhee menatapnya dengan diam. Dia menggigit bibir bawahnya lagi, dengan keras.

“Astaga.. kenapa kalian merecokiku tentang pernikahan? Kalian tahu aku, aku lebih suka bekerja daripada menikah. Dan lagi, aku tak menangkap bunga ini, bunga ini yang jatuh ke dekapan tanganku”, Yoonhee tahu dia benar-benar pembohong hebat, dia mengatakan itu semua dengan tertawa. Kalian tahu apa yang ingin dia lakukan sekarang?

Merobek hatinya. Yang terlalu banyak memakan sakit hati.

Merobek jantungnya. Yang terlalu banyak berkorban untuk hidup yang menyedihkannya.

Dia tak ingin berlama-lama disini. Tempat ini membuatnya sesak, susah bernafas. Dan membuatnya berpikiran tentang mengakhiri hidupnya.

“Sudah jam 12, aku harus pulang.. aku ada banyak pekerjaan di kantor yang menumpuk”, Yoonhee menatap sahabatnya satu persatu, kemudian matanya berhenti di mata itu. “Ah ya, untuk pernikahan kalian… selamat..”

(***)

Yoonhee mengobati bibirnya dengan es batu. Hari ini dia terlalu banyak menggigit bibirnya dengan kasar dan keras. Akibatnya, darah mengucur dari bibir bawahnya itu. Dia meringis pelan. Tapi sejujurnya itu yang dia inginkan. Sakit ini akan membuatnya tak ingin menangis.

Tiba-tiba saja handphone touch-screennya, berbunyi keras. Ah, ada pesan.

“Kau baik-baik saja? Kau terlalu banyak menggigit bibirmu hari ini.. Luhan”.

Ah, dia lupa.. hampir semua sahabatnya tahu rahasia Yoonhee. Rahasia kanapa Yoonhee menggigit bibirnya.Bahkan, Chanyeolpun tahu. Tapi ia rasa, itu tidak penting bagi Chanyeol. Dia telah menikah, sudah mempunyai wanita disampingnya, tapi kenapa ia masih terus berharap pesan itu yang mengirim adalah Chanyeol?

(***)

-3 tahun kemudian-

Yoonhee terlihat sibuk dengan tumpukan file dihadapannya sambil sesekali mengecek file tersebut di laptop dihadapannya, saking sibuknya dia tak menyadari pintu ruang kerjanya sudaah terbuka. Terlihat sesosok pria yang memandangnya dengan tangan bersedekap.

“Astaga, Lee Yoonhee!! Kau sama sekali tak mendengar pintu terbuka huh?”. Kontan saja Yoonhee kaget dan menatap pria di depannya.

“Luhan? Sejak kapan?”

“Baru 2 menit! Astaga, Yoonhee-ah! Kau harus menjauhkan dirimu dari pekerjaanmu itu! kau harus memikirkan sessuatu selain pekerjaanmu!”, omel Luhan. Bagi Yoonhee, omelan tersebut sudah sangat sering didengarnya. Jadi dia tak begitu merespons dan hanya memandang Luhan tertawa.

Yoonhee beranjak dari tempat duduknya yang panas karena diduduki sejak pagi. “Baiklah, kita mau kemana?”.

(***)

Yoonhee sudah berumur 34 tahun. Dan ya, dia sama sekali tak ada minat untuk menikah meskipun banyak orang menawarinya membantu mencari jodohnya. Dia tak ingin menikah. Baginya, tak menikahpun tak apa. Itulah yang selalu dibicarakan olehnya jika sahabat-sahabatnya merecokinya terus.  Dan itulah mengapa dia selalu mendapatkan omelan-omelan dari sahabatnya.

Dan tiba-tiba saja handphonenya melengking, dengan ceat dia membuka handphonenya.

“Kau di apartemen?”.

Dari Chanyeol. Hmm,

“Eum, baru saja. Kenapa?”, balasnya. Dan tak perlu menunggu lama, HP nya berdering lagi.

“Boleh aku kesana?”, Yoonhee terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya dia mengetik,” Tentu saja”

(***)

“A..pa? tu..tunggu, kalian serius?”, Yoonhee hampir saja tersedak mendengar cerita dari mulut Chanyeol.

Chanyeol menatap Yoonhee serius, “menurutmu wajahku tidak serius?”.

“Bu..bukan itu maksutku, tapi kurasa kalian perlu memikirkan matang-matang lagi. Kalian kan sudah berpacaran lama sebelum menikah?”, Chanyeol menatap minuman di depannya. “Tapi Yoonhee-ah, aku tidak tahu harus berbuat apa. Apa dulu aku terlalu tergesa-gesa untuh menikah?”.

“Tapi kalian juga tidak bisa seenaknya memutuskan bercerai! Kalian saling mencintai bukan?”, ujar Yoonhee membuat Chanyeol menatapnya.

“Sebenarnya.. aku mulai ragu tentang itu..”. Sebelum Yoonhee mengangkat mulutnya untuk bertanya maksud Yoonhee, Chanyeol langsung meneruskan pembicaraanya lagi, “entahlah, aku tidak tahu. Rasanya cinta yang aku rasakan dulu dan sekarang berbeda.. ah, aku tidak tahu..”

“Chanyeol-ah, aku tahu kau sedang bingung. Tapi kau harus ingat satu hal. Kalian menikah karena saling mencintai bukan? Minhee, aku tahu dia memang berpikiran sempit, tapi dia mencintaimu. Sekarang yang harus kau lakukan adalah pulang ke rumah, katakan padanya dengan keras kau mencintainya. Dan katakan juga kau tidak ingin bercerai”. Chanyeol menatap Yoonhee tersenyum, “Kau benar, Yoonhee-ah.. kau benar..”.

Dan tak butuh waktu lama, Chanyeol sudah pergi dari apartemennya.

“DUG! DUG!”, Yoonhee menepuk nepuk dadanya yang terasa sesak.

Ahh, kenapa rasanya masih terlalu sakit?

(***)

To be Continue..

Mau lanjut kah?

Ditunggu komentarnya.. >.<

Khamsa hamnida.. *bow*

73 pemikiran pada “Can I? (Chapter 1)

Tinggalkan komentar