Unpredictable You (Chapter 1)

Unpredictable You (Chapter 1)

 

Title                        :               Unpredictable You

Author                  :               Mee-icha

Length                   :               Chapter

Genre                     :               School Life, Friendship

Main Cast              :

  • Nam Ji Hyun
  • Kris
  • Kai

Support Cast         :               Min Young, and others (find when you read it ^_^)

Author Note       :               FF ini udah lama banget aku buatnya, maaf kalau ada kesamaan cerita. Cerita ini dibuat berdasarkan berbagai macam inspirasi #ga penting#. Akan ada banyak TYPO jadi mohon maklum, semoga ceritanya terlalu aneh ya. Enjoy it and Happy reading chingudeul.

 ________________________

Malam ini terlalu melelahkan bagiku, bahkan untuk sekedar makan mengisi perutku yang memberontak belum diisi sejak tadi siang. Kini aku tiba ditanah yang menjadi asal usulku. Ini adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di korea. Orang tuaku bekerja dibagian kedutaan besar asing yang menjadikan kami harus pindah hampir setiap 5 tahun sekali.  Aku lahir dan menjalani masa kanak-kanakku di Prancis, kemudian pindah ke China dan terakhir amerika. Dan kini aku sedang berada dirumah yang cukup nyaman yang seharusnya menjadi tempat tinggalku selama disini. Namun, mulai minggu depan aku akan mulai tinggal di apartment-ku sendiri.  Itu adalah salah astu syarat yang kuajukan pada orang tuaku untuk tinggal dikorea. Aku sebenarnya lebih memilih tinggal di amerika, tapi bagi orang tuaku, aku masih terlalu kecil untuk tinggal dan hidup sendiri secara berjauhan.

Aku memilih tinggal sendiri untuk membuatku terbiasa hidup mandiri dan masih bisa dikunjungi oleh orang tuaku kapanpun mereka mau. Jujur aku ingin tidak ada yang tahu bahwa orang tuaku bekerja sebagai salah satu duta besar dinegara ini, itu akan repot urusannya.

***

“kamu yakin Apartment ini yang kamu pilih?” Tanya eommaku

“ne, kan sudah aku bilang dari awal tujuan memang ingin mandiri. Bukan untuk kesenanganku pribadi saja dengan bermewah-mewah. Apartment ini bagus, tidak terlalu besar, fasilitasnya lengkap dan keamanannya cukup terjamin. Itu sudah cukup bagiku. Tinggal ditambah beberapa perabotan saja. Tidak masalahkan eomma, aboeji??” ucapku serius dengan sedikit manja.

“kamu benar tak ingin yang lebih besar dan lebih baik dari ini? Eomma bisa mencarikannya cepat untukmu.”

“tidak eomma. Ini sudah cukup bagiku. Apartment yang terlalu bagus malah bisa memancing kecurigaan teman-teman sekolahku jika sewaktu-waktu mereka berkunjung. Yang penting fasilitasnya cukup lengkap dan nyaman itu sudah cukup bagiku.”

“yeobo, kau yakin dengan pilihan dia?” eomma masih ragu setelah melihat Apartment pilihanku dan kini meminta dukungan ayahku.

“tenanglah, aku rasa alasannya cukup wajar. Lagiankan ini tidak terlalu jauh dengan rumah kita. Jadi kalau ada apa-apa mudah bagi kita untuk menghubunginya.” Jawab ayahku yang sangat terdengar bijaksana ditelingaku.

gumawo aboeji” ucapku sambil tersenyum. “sudahlah eomma, aku akan baik-baik saja, aku bukan anak manja yang akan mengecewakanmu. eohh? ” lanjutku sambil sedikit merayu eomma supaya setuju dengan pilihanku.

“baiklah kalau begitu.” Akhirnya eomma setuju.

“aku akan minta sedikit perubahan pada warna dinding dan perubahan tata letak barang supaya lebih nyaman. Dan aku bisa minta beberapa fasilitas untuk melengkapinya ya? Akan sangat bosan jika belajar terus tanpa ada hiburan.” ayahku hanya mengangguk sekilas dengan permintaanku.

***

Setelah hampir sebulan aku tinggal dikorea, ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah yang telah diurus semuanya oleh orang tuaku. Bangun pagi, menikmati sarapan sendiri sudah menjadi kebiasaanku setelah tinggal diApartment ini. Kenapa aku tidak langsung masuk sekolah setelah aku tiba dikorea, itu karena aku harus menyesuaikan bahasa koreaku yang masih sedikit kaku karena jarang sekali digunakan serta untuk sedikit memahami perbedaan materi sekolah antara yang korea dan amerika. Hanya dengan keluargaku saja aku berbahasa korea dan itu intensitasnya sangat jarang sekali.

Berhubung aku masuk ke sekolah ini sebagai anak baru dipertengahan semester ditingkat 2 tepatnya kelas 2-E, tak mudah bagiku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan disini.  Tapi kebiasaan yang hampir terjadi setiap 5 tahun sekali mengajarkanku satu hal, yaitu tidak perlu peduli tanggapan lingkungan barumu saat kamu baru pindah, semua akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu. Atas dasar itu, aku jadi siswa yang cukup cuek dan santai walaupun aku belum merasa benar-benar mendapatkan teman dekat meski telah masuk disekolah ini selama seminggu.

Tak terlalu sulit bagiku untuk mengikuti materi pelajaran disini, apalagi pelajaran bahasa inggris yang sudah jadi aktifitasku sehari-hari selama di amerika. Bukannya sombong, tapi bisa dibilang aku anak yang pintar, sebelumnya aku selalu masuk dalam peringkat 3 besar dikelas. Tak banyak yang bisa aku lakukan selama jam istirahat berlangsung, pergi kekantin memang menjadi tujuanku saat pertama kali masuk disekolah ini tapi tidak lagi setelah seminggu aku berada disini. Kantin terlalu ramai jadi aku memilih untuk selalu membawa bekal siang meskipun hanya sebungkus roti dan menikmatinya diperpustakaan sambil membaca buku.

Siswa-siswa lain menganggapku sebagai anak kutu buku, tapi menurutku berdiam diri diperpustakaan tidak selalu berarti kamu harus belajar dan membaca buku pelajaran. Bagiku perpustakaan adalah satu tempat tenang yang bisa sedikit merilekskan otakku setelah diperas bekerja berjam-jam, lagi pula diperpustakaan banyak buku cerita dan novel yang bisa dibaca.

Siang ini, seperti biasanya aku langsung melangkahkan kaki menuju ke perpustakaan  tapi ada hal yang tidak biasa terjadi hari ini. Ada keramaian yang terjadi ditengah lapangan basket. Segera saja aku ikut terjun dalam keramaian itu. Aku melihat  min young diantara para penonton dan aku memilih duduk bersebelahan dengannya karena dia itu adalah satu-satu orang yang bisa dibilang dekat denganku karena kami memang duduk satu meja.

“hai min young-a, ada pertandingan apa ini sampai menimbulkan keramaian seperti ini? Kalau pertandingan basket biasa tidak mungkin seperti ini kan keramaiannya?” ujarku penasaran

“oh ini ada pertandingan satu lawan satu, antara kai sunbaenim dengan kris sunbaenim” jawab min young tanpa melepaskan pandangannya dari arah lapangan mencari sosok yang diucapkannya barusan.

“memangnya siapa mereka sampai bisa menimbulkan keramaian seperti ini?”

“hah? Kau belum tau siapa kai sunbaenim dan kris sunbaenim?” ujarnya kaget dan kini pandangan telah tertuju padaku.

“yang aku tau mereka itu sunbaenim-ku disekolah ini.” Jawabku enteng

oh my god, ngapain aja kamu selama ini. Sudah hampir sebulan kamu disini dan kamu masih belum tau siapa mereka. Ji hyun-a, aku rasa kau terlalu cuek dan seringnya berada diperpustakaan membuat menjadi sangat kuper akan lingkungan sekolah.  Kai sunbaenim adalah satu pemain basket andalan disekolah ini dan kris sunbaenim adalah ketua basket disekolah ini. Mereka berdua bertanding karena sedang ada masalah memperebutkan hati gadis mereka berdua sukai. Dan gadis itu adalah anak kelas 1-A yang bernama choi ha na. Oh betapa beruntungnya dia.” Ucap min young dengan berapi-api.

“ohhh, berarti hoobae–ku disekolah ini”

“sudah, perhatikan saja pertandingannya. Sepertinya sebentar lagi pertandingannya akan dimulai”

“yang mana kai sunbaenim dan kris sunbaenim?”

“kai sunbaenim yang berkulit agak hitam, sedangkan kris sunbaenim yang satunya lagi. Pertandingan hari ini sepertinya akan jadi pertandingan yang seru. Jarang sekali melihat dua orang kebanggaan tim basket sekolah bertanding satu lawan satu” Ucapnya bersemangat dengan pandangan sudah tertuju pada lapangan basket itu.

Gemuruh suara para siswa yang menyaksikan pertandingan ini terdengar jelas saat kedua sunbaenim itu sudah berada ditengah lapangan. Masing-masing mulai meneriakkan nama jagoannya. Kris atau kai, dua kata itulah yang mengisi udara siang ini. Pertandingan pun dimulai saat seorang siswa meniupkan peluit ditengah lapangan.

Awal pertandingan terlihat seru karena masing-masing saling menyusul skor lawan sejak awal. Tapi semakin lama pertandingan ini berlangsung, aku mulai merasa ada yang aneh dengan salah pemain basket itu, tepatnya kris sunbaenim.

“dia aneh” gumamku

“hah?” sambar min young “kenapa, siapa maksudmu? Bagiku keduanya normal saja dan mereka terlihat hebat. Apalagi kai sunbaenim… uwaaaa…”lanjutnya

“bukan, bukan dia. Itu, yang satu laginya, yang  badannya lebih tinggi itu.” ucapku kini mulai serius memperhatikan gerak geriknya ditengah lapangan.

“oh, kris sunbaenim. Kenapa dia?”

“kakinya. Ada yang aneh dengan kakinya. Aku tak yakin dia bisa bermain konsisten seperti diawal tadi.”

“hah? kakinya? Keliatannya baik-baik saja.” min young kini juga mulai serius memperhatikan gerakan kris sunbaenim “eh iya, agak sedikit aneh  sih. Tapi kris sunbaenim itu hebat loh, ga mungkin kalah dengan hal seperti itu, dia kan ketua klub basket. Tapi aku juga tak mau kai sunbaenim kalah” lanjutnya mulai dilemma.

Kakinya memang aneh, tapi bukan itu masalahnya sepertinya, pikirku lagi. Sesaat aku menoleh kearah papan skor masing-masing pemain. Benarkan!!! Ada yang aneh dengannya, skornya kini sedikit tertinggal, batinku lagi. Tapi sepertinya kris sunbaenim itu tak akan mau kalah dengan mudah, dia tetap berjuang mengejar ketertinggalan skornya. Tetap berlari kesana kemari mengejar bola dan meraihnya dari tangan lawan setiap ada kesempatan. Kini dia sedang mencoba menciptakan lemparan two point-nya dan masuk, tapi jika diperhatikan mukanya terlihat sedang menahan sakit. Ah, itu rupanya, pergelangan tangannya sepertinya yang cidera. Itu yang membuatnya tak mau melakukan lemparan three point walaupun sebenarnya tubuhnya mendukung untuk melakukannya, pikirku sambil mengangkat sedikit sudut kiri bibirku.

“ah, itu dia masalahnya” gumamku pelan. “dia terlalu memaksakan diri untuk menciptakan skor besar.” Lanjutku

“hah? kenapa lagi? Kris sunbaenim lagi?” tanya min young.

“hmmm..” aku menggangguk. “akan beresiko baginya menciptakan point-point besar” lanjutku

“maksudmu?”

Saat min young sedang bertanya padaku, kulihat ditengah lapangan kai sunbaenim sedang berusaha untuk melakukan lemparan three point-nya tapi kelihatan ragu-ragu karena tubuh kris sunbaenim yang tinggi mudah baginya menghalangi masuknya bola jika lemparannya tak sempurna.

just shoot it !!! his hand got injured” teriakku sambil berdiri padanya ditengah lapangan.

Sebagian besar siswa menoleh kearahku saat aku mengucapkan itu, tak terkecuali dengan min young, bahkan ia terlihat sangat kaget karena sebelumnya aku sedang berbincang dengannya. Benar saja kai sunbaenim melakukan lemparan three point-nya dan tidak dapat dicegah oleh kris sunbaenim. Terlalu bodoh dan beresiko kalau dia mencoba menahan bola basket dengan kondisi pergelangan tangannya seperti itu.

“yaaeeeeeiiiiiii… “ terdengar kompak dari para pendukung kai sunbaenim. Masuk, walaupun sempat berputar sebentar di ring basket.

“wow, bagaimana kau tahu itu?” sambar min young cepat setelah melihat bola itu masuk ke ring.

“kan, sudah kubilang ada yang aneh dengannya sejak dia bertanding tadi.” Ucapku santai, “dan aku yakin ini tak akan bertahan lebih lama lagi. Bertahan lebih lama hanya menunjukkan kelemahannya saja. Percaya dirinya bagus, tapi kondisinya tidak bagus apalagi tangannya. Itu hanya menghancurkan image-nya saja.” lanjutku.

Saat aku melihat ketengah lapangan, aku merasa pandangan kris dan kai sunbaenim melihat  kearahku sebelum mereka melanjutkan pertandingannya. Aku sedikit kaget karenanya.

“aku  pergi dulu ya, selamat menikmati pertandingannya min young-a” aku mulai beranjak berdiri

“kau tidak ingin melihatnya sampai pertandingannya selesai?” tanyanya

“buat apa? toh hasilnya sudah bisa ketebak siapa yang akan menang.” Ujarku enteng sambil tersenyum. “bekal makan siangku besok untukmu kalau kris sunbaenim bisa membalik skornya dan memenangkan pertandingan ini. Sudahlah, annyeong min yong-a, sampai bertemu dikelas.”

***

Kriiing… kriiiing…

Dengan cepat kulangkahkan kaki keluar dari perpustakaan menuju kelas setelah mendengar lonceng sekolah berbunyi. Begitu tiba didalam kelas, beberapa siswa menatapku aneh dan saling berbisik, tapi sebenarnya bisa kudengar dengan jelas kalimat mereka, tentang “keberaniaan”ku berteriak seperti tadi saat pertandingan itu berlangsung. Tak kupedulikan semua itu dan segera menuju kemejaku.

“hai, min young-a” sapaku santai namun masih ngos-ngosan karena berlari menuju kelas,

“oh ji hyun-a, akhirnya kau datang juga. Ahhh, terima kasih ya, beneran deh makasih.. hehe”ucapnya sambil cengengesan

“hah? terima kasih? Kenapa?”

“karena apa yang kau lakukan tadi, kai dan kris sunbaenim menghampiriku secara bergantian dan mengobrol denganku walaupun Cuma sebentar. Ahhhhh.. aku benar-benar senang. Ga nyangka 2 orang idola sekolah mendatangiku secara bergantian walaupun yang sebenarnya mereka lakukan itu karena ingin tahu tentangmu.” Ucapnya bersemangat

“hah? aku? Kenapa aku?”

“ya karena apa yang kau lakukan tadi, berteriak saat mereka sedang bertanding. Jujur ya, bukan hanya mereka  yang datang untuk bertanya tentangmu. Bahkan sunbaenim dan hoobae lain yang tak pernah kukenal menyapaku untuk tau siapa dirimu. Kau sungguh deabak!! hehe” jawabnya sambil mengacungkan kedua jempolnya.

“ah, kau membuatku merasa menjadi artis sehari. Kesana kemari ditanyai terus meskipun yang dibicarakan tentang dirimu, aku juga jadi terkenal karenamu. By the way, sepertinya kris sunbaenim ingin bertemu dengan saat pulang sekolah nanti dan kai sunbaenim berterima kasih padamu karena langsung yakin bisa padahal sebelumnya dia sempat ragu-ragu untuk melakukan lemparannya tadi. Kau memang deabak!!! tapi Kau tahu hal itu dari mana? Bahkan tak banyak orang yang menyadari cidera tangan yang diderita kris sunbaenim, ayo ceritakan padaku, aku sudah terlanjur penasaran!” ucapnya sambil sedikit memaksa padaku.

“jadi benar ya tebakanku, kai sunbaenim yang menang??” ucapku santai “well, aku tak perlu khawatir tentang bekal siangku besok. Hahaha”

“iya, kai sunbaenim menang. Benar dugaanmu, sekarang ceritakan padaku, kenap…” ucapannya terputus  karena Kim songsaenim udah keburu masuk kelas.

“selamat siang anak-anak, ayo buka buku kalian halaman 145 sekarang, jangan ada yang mengobrol lagi” seru Kim songsaenim saat memasuki kelas dan mendapati kelas sangat ribut.

***

Jam  pelajaran sebentar lagi akan berakhir, tak kurang dari 5 menit lagi. Min young bilang tadi siswa-siswa sekolah ini mulai mencari tahu siapa aku karena apa yang aku lakukan saat pertandingannya tadi. Sepertinya aku jadi selebritis mulai besok, dan akan banyak mata yang manatapku. Jangankan besok, hari ini juga aku bisa jadi pusat perhatian. Ah, apa yang aku pikirkan sampai aku melakukan hal tadi? Pikirku sambil memejamkan mata.

“ji hyun-a, kau kenapa? Sakit?”

“hah? ah, tidak. Ehhhmm,, iya” ucap ragu-ragu

“kau sakit apa tidak? Dari tadi sikapmu aneh?” tanya  min young meyakinkan dirinya

“iya, kepalaku sedikit pusing. Pelajarannya Kim songsaenim benar-benar memusingkan otakku.” Bohongku sambil sedikit meringis.

“hmmm…. Aku duluan min young-a, annyeong” ucapku sambil melambaikan tangan padanya

“ya, ji hyun-a, nanti kalau kris sunbaenim datang kesini mencarimu bagaimana?”

“ya, bilang saja aku sakit, kau juga tahu itu kan? Sudahlah, annyeong” aku beranjak tanpa peduli lagi kalimat yang keluar dari mulut min young.

Saat Kim songsaenim bergerak menutup buku dan melangkah keluar aku segera memasukkan dengan cepat semua buku-buku milikku dan mengejar Kim songsaenim untuk sekedar bertanya hal-hal kecil tentang materi yang barusan beliau jelaskan. Ini adalah caraku menghindari siswa-siswa itu kalau mereka menatapku atau ingin berbicara denganku. Benar saja dugaanku, saat aku berjalan dilorong-lorong kelas, aku melihat mata siswa-siswa itu menoleh kearahku dan berbisik tentangku. Dengan sikap cuek aku melalui mereka dan setelah sampai didepan ruang guru segera saja aku pamit pulang dan kabur dari sekolah itu. Tak mau berlama-lama disekolah ini, hari ini aku memutuskan untuk naik taksi saja dari pada menunggu bus seperti biasanya sebelum siswa-siswa lain keluar dari sekolah.

***

Pagi ini aku berangkat sekolah dengan persiapan mental yang lebih dari kemarin. Apalagi sebabnya kalau bukan karena ulah bodohku kemarin. Sampai disekolah tanpa mau melihat kanan kiri aku langsung menuju kelasku yang berada dilantai 2. Biasanya aku cukup santai melewati pagi-pagiku sebelumnya tapi sekarang aku merasa jarak untuk bisa sampai ke kelas itu sangat panjang. Baru tiga langkah kakiku menaiki anak tangga, aku sudah dikagetkan oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan teman semejaku, min young.

“pagi ji hyun-a, dari tadi aku memanggilmu dan kau tidak menoleh sedikitpun. Huh” ucapnya sambil memonyongkan bibir. “oh ya, kau benar-benar terkenal, sepanjang lorong kelas aku mendengar anak-anak membicarakanmu. Hehe. By the way, kemarin kris sunbaenim benar-benar datang ke kelas mencarimu beberapa menit setelah kau keluar mencarimu.” Lanjutnya.

“terus kamu bilang apa?”

“yah, aku bilang aja kamu udah pulang duluan karena kepalamu pusing.”

“terus?”

“dia Cuma bilang ‘oh’, terus pergi”

“oohhh, ok. Biarkan saja kalau begitu” ucapku santai sambil masuk kedalam kelas.

“ji hyun-a, sepertinya ada yang benar-benar ingin dia tanyakan padamu. Dia terlihat sedikit serius saat menanyakanmu.”

“oh ya?”

“ji hyun-a, kok kamu tuh santai banget sih. Yang nyari kamu tuh ketua basket sekolah, kris sunbaenim. Wahhh.. kamu emang hebat. Yeoja lain susah banget mau dekat dengannya, banyak loh yeoja dari disini bahkan dari luar sekolah ini yang menyatakan cinta padanya tapi tak pernah digubris olehnya. Dan karena sikapmu kemarin dia bahkan sampai datang ke kelas kita mencarimu. Kau tak melihat betapa histerisnya yeoja-yeoja dikelas kita pada saat dia datang.” Ucapnya sambil berbisik dan melihat kearah ruang kelas ini.

“terus kamu mau aku ngapain? Yah kalau memang dia mencariku, ntar juga ketemu. Kalau takdirnya mesti ketemu ya ketemu aja, entah itu dicari atau nggak, ya kan?”

“haha, iya juga sih. By the way lagi, kamu emang pernah jadi pemain basket atau gimana, sampai kamu bisa berkomentar seperti kemaren? Habisnya dari caramu berpenampilan, kamu terlihat cukup feminim untuk ukuran pemain basket.” Ujarnya sedikit menyelidik.

“hah? aku terlihat feminim, ga cantik ya? Cuma feminim aja?” seruku sedikit centil yang dibuat-buat sambil memegangi kedua pipiku.

“hahaha. Cantik kok. Tapi, aku serius neh.”

“serius apanya?? aku cantik? Haha… ga usah segitunya” ucapku jahil

“ih, kamu tuh, dipuji dikit langsung berubah”

“terus apanya?”

“itu tadi, tentang basket.”

“oh itu. Kita tidak perlu menjadi ahli dalam satu bidang untuk mengerti apa yang terjadi, yang perlu kamu lakukan Cuma mengamati dengan baik. kira-kira begitu.”

“kamu ngomong apa sih? Intinya kamu pernah main basket ga ?”

“hahaha… penasaran nih yeeeee” aku mulai tertawa dengan sikapnya “kalau Cuma main mah pernah, jam olahraga juga bisa main basket kan ???” tambahku sambil tersenyum. “by the way, minggu depan kita ambil nilai olahraga basket ya?”

“oh iya ya, ah aku nggak pandai main basket. Bisa-bisa nilai olahragaku jelek lagi.”

“hahaha” aku hanya tertawa mendengar omongannya. Sebenarnya aku adalah salah satu pemain basket andalan disekolahku sebelumnya. Aku sangat tomboy sejak kecil, sebagian besar teman-temanku lebih banyak cowok dan orang tuaku mengkhawatirkan perkembangan masa depanku jika aku tetap bersikap tomboy sampai dewasa. Orang tuaku memutuskan aku tak boleh ikut ekstrakulikuler basket dan harus berpenampilan feminim disekolahku yang sekarang dan dikehidupan sehari-hariku kalau aku mau tinggal diApartment-ku sendiri dan punya mobil pribadi sendiri yang akan kudapat setelah aku naik kelas nanti, itu adalah salah satu syarat mereka dan itu mutlak, tak bisa ditawar lagi.

Kriiiing…kriiiinggg

Tak terasa jam pelajaranpun dimulai dengan masuknya Lee songsaenim  yang membawa setumpuk kertas, yang berarti ada ujian dadakan pagi ini. Semangat pagi kelas ini terasa melayang entah kemana setelah kertas-kertas itu dibagikan seluruh penjuru kelas.

***

Kriiiiin… kring…

Setelah mendengar bunyi lonceng sekolah nyaring yang menandakan jam istirahat tiba, para siswa mulai keluar dari kelas masing-masing membanjiri kantin sekolah untuk mengisi perut mereka atau sekedar berkumpul dan ngobrol bareng siswa lain. Aku seperti biasa, dengan bekal makan siangku beranjak menuju perpustakaan untuk mencari ketenangan siang.

“ji hyun-a, kau mau ke perpustakaan lagi ?” tanya min young sebelum aku beranjak pergi

“begitulah, seperti biasanya. Kenapa?”

“ gak kok, ga ada apa-apa. ya sudah, aku mau ke kantin dulu.” Lanjut min young dan kami berpisah saat itu.

Mata para siswa masih menatapiku yang berjalan diantara mereka tapi sudah tak kupedulikan semua itu. Kini aku berjalan menuju perpustakaan sambil mendengarkan musik dengan headset terpasang ditelingaku. Mataku manatap lurus ke depan sambil kepalaku sedikit mengangguk mengikuti irama musik yang sedang kudengar.

“annyeonghayeso ajusshi” sapaku pada petugas penjaga perpustakaan ini dan melepaskan headset ditelingaku.

“oh, ji hyun-a, annyeong. Sepertinya kamu bahagia sekali hari ini ?”

“benarkah? Tapi menurutku biasa saja. Malahan hari ini aku mengalami beberapa hal yang tak menyenangkan, tapi aku memilih cuek dan tak memikirkannya. Hehe” ucapku santai sambil sedikit cengengesan. Aku bisa bersikap seperti itu padanya karena memang hanya dialah yang kurasa paling dekat denganku sejak pertama kali aku masuk ke sekolah ini. Shin ajusshi memang sangat ramah dan baik padaku, makanya aku bisa sedikit terbuka dan santai padanya. Dia layaknya seorang paman bagiku.

“ji hyun-a, kurasa ada yang mencarimu. Kurasa dia berada diantara rak-rak buku itu.” Ucapnya sambil menunjuk pada salah satu rak buku yang berjejer diperpustakaan itu.

“hah? siapa?”

“aku tak kenal dia. Seorang namja, mungkin namjachingu-mu. Dia sungguh tampan dan juga tinggi.”

namjachingu? Aku tak ingat pernah punya namjachingu, ajusshi. Mungkin hanya or- “

“itu dia, dibelakangmu” serunya memotong kalimatku saat melihat orang yang dimaksud. Segera saja aku menoleh ke belakangku dan JLEB…  “kris sunbaenim” gumamku sambil menganggukkan sedikit kepalaku.

“dia Cuma sunbaenim-ku kok ajusshi. Oh ya, ini buku yang aku seharusnya aku kembalikan kemarin. Maafkan aku, ajusshi. Tapi aku akan tetap membayar dendanya kok. Hari ini aku butuh beberapa buku pendukung  untuk tugas fisikaku. Hehe… aku kesana dulu ajusshi, annyeong

“ne, tenang saja akan kuhitung kok. Haha. Pergilah sepertinya dia sudah menunggumu dari tadi.”

Aku kini berjalan menuju arah sunbaenim-ku itu. Dari jarak sedekat ini, badannya benar-benar terlihat sangat tinggi. Saat berjalan kearahnya aku berusaha tidak melihat kearah matanya, sepertinya emang ada hal penting yang ingin dia bicarakan denganku sampai dia datang keperpustakaan mencariku, batinku.

annyeonghayeso sunbaenim” sapaku sambil menganggukkan kepalaku

“kau orang yang kemarin berteriak saat aku bertanding itu kan?” tanyanya to the point.

“emm… ne, sunbaenim.” Jawabku sambil menunduk.

“baiklah, ikut aku sekarang.” Ucapnya seraya berjalan dari tempatnya berdiri menuju pintu keluar perpustakaan.

waeyo?”

“sudah ikut saja” ucapnya dengan sedikit memerintah

waeyo? Kenapa tidak disini saja?”tanyaku bersikeras terhadap sifatnya itu.

“kenapa kau bawel sekali sih. Ikut saja.” Dia mulai tak sabaran.

shireoyo. Disini saja.”

“sudah bawel, sekarang keras kepala pula, ikut saja.” lanjutnya lagi. Namun aku masih diam ditempat karena tidak setuju dengan permintaanya yang tak jelas itu. Dan tanpa banyak kata, dia langsung menggenggam lenganku dan menarikku keluar. “ikut!!!”.

 

To be Continued

Segini dulu ya chapter 1, seru ga ceritanya??? Jangan lupa comment ya, mau itu ceritanya atau bentuk penulisannya. Maklum author masih amatiran jadi butuh banyak masukan. Gumawo chingu.

19 pemikiran pada “Unpredictable You (Chapter 1)

  1. aaaaaah thor serius suka sama temanya kyakyakya basket gitu jadi tambah semangat nih bacanya wkwk lanjut terus thor ditunggu.chapter chapter selanjutnya!!!!!

Tinggalkan Balasan ke krissmekris Batalkan balasan