Unpredictable You (Chapter 2)

Unpredictable You (Chapter 2)

 

Title                        :               Unpredictable You

Author                  :               Mee-icha

Length                   :               Chapter

Genre                     :               School LIfe, Friendship

Main Cast              :               Nam JI Hyun

Kris

Kai

Support Cast         :               Min Young, and others (find when you read it ^_^)

Author Note       :               HoHo.. I’m back again with next chapter. Setelah sekian lama penantian akhirnya chapter  1 nya dipublish, kirain ditelan bumi #ga penting#. Sempat ga mau ngelanjut nulis, ternyata eh ternyata kok chapter 2 nya udah selesai aja, dengan segala jerih payah dan kerja keras mata, hati dan telinga #haha.. making a penting# and this new chapter I present to all of you, enjoy it and Happy reading chingudeul

Ji hyun POV

~Sebelumnya~

“kenapa kau bawel sekali sih. Ikut saja.” Dia mulai tak sabaran.

shireoyo. Disini saja.”

“sudah bawel, sekarang keras kepala pula, ikut saja.” lanjutnya lagi. Namun aku masih diam ditempat karena tidak setuju dengan permintaanya yang tak jelas itu. Dan tanpa banyak kata, dia langsung menggenggam lenganku dan menarikku keluar. “ikut”.

~Lanjut ya~

“aw.., lepaskan! Sunbaenim, lepaskan! Atau aku akan teriak!” ujarku kesakitan karena apa yang dilakukannya. Dan itu sukses membuatnya berhenti dan melihat padaku.

“silahkan saja kalau kau mau teriak, kau juga yang akan merasakan kerugiannya. Akan ada gossip dan omongan yang beredar nantinya.” tantangnya

Sesaat aku hanya diam menatapnya dan akhirnya berucap “sakit tau..!”

Sekilas dia melihat  tanganku yang memerah karena genggamannya “oke, aku lepaskan tapi kau harus ikuti aku, ok?”

Aku hanya diam dan mengangguk menanggapi kalimatnya. Kami berjalan menuju ke area belakang sekolah. Dan kami berhenti dibawah salah satu pohon rindang yang ada disana.

“sekarang, katakan padaku kenapa kau berteriak seperti itu kemarin?” ucapnya langsung ketika kami berhenti.

“hah? oh, itu.” aku terdiam sejenak mencari kata yang tepat untuk mulai menjelaskannya, tapi aku memutuskan untuk jujur saja tentang apa yang kupikirkan saat itu. “karena lawanmu terlihat ragu-ragu saat ingin melakukan lemparan three point-nya”

“oh ya?” ucapnya sambil menyelidik kearahku dan hanya menerima anggukan dariku. “terus dari mana kau tahu kalau tanganku cidera? Tak banyak orang menyadarinya. Dan kau tahu, karena ulahmu si kai itu lebih mudah untuk mengalahkanku.” Lanjutnya dan mulai menyalahkanku atas kekalahan yang diterimanya pada pertandingan kemarin.

“apa? jadi itu salahku? Jangan karena kau adalah sunbaenim-ku disekolah ini, terus bisa seenaknya saja menuduhku untuk kekalahan yang terjadi padamu.” Seruku mulai tak senang mendengar tuduhan darinya.  “aku dengar sebelumnya dari temanku, bahwa kau dan kai sunbaenim adalah teman akrab, aku tak peduli dengan masalah apa yang terjadi pada kalian berdua tapi aku tetap mencoba ber-positif thinking tentang hal itu. Aku rasa kau belum mengenal teman baikmu secara utuh, tidakkah kau menyadari hampir setengah skor yang kau dapat itu merupakan ‘hadiah’ darinya?” lanjutku sambil menaikkan sedikit ujung bibirku karena aku sudah mulai kesal dengan sikapnya.

“hah? apa maksudmu? Kau mau bilang kalau hampir setengah dari skor yang kudapat adalah bentuk kebaikan hatinya, begitu? Hei,,, itu hasil usahaku. Mengerti?” ujarnya dengan sedikit ngotot karena melihat sikapku yang seakan meremehkannnya.

“oh, ya ??? kau yakin? Tidakkah kau merasa heran, dia bisa melakukan lemparan three point-nya dengan mudah tapi tidak bisa menghalangimu melakukan lemparan two point-mu padahal kaki dan tanganmu cidera, bukankah it..-”

“kau siapa sebenarnya? Tahu dari mana kalau kakiku cidera?”ucapnya cepat memotong kalimatku.

“heeemmh… aku nam ji hyun murid kelas 2-E, dan biarkan aku menjelaskannnya padamu sehingga kau tak perlu bertanya lagi padaku, ok?” seruku sambil menatap matanya “dari awal aku menyadari ada yang aneh dengan gerakanmu selama pertandingan. Awalnya kukira karena kakimu, tepatnya kaki kirimu, tapi sepertinya bukan itu yang jadi masalah karena kau menggunakan kaki kananmu sebagai tumpuan gerakanmu. Akhirnya aku menyadari setiap kau melakukan lemparan two point-mu, ekspresimu selalu berubah walaupun itu tidak drastis tapi cukup bagiku untuk menyadari bahwa kau sedang meringis menahan sakit. Aku rasa lawanmu tahu itu dari awal dan dia sengaja membiarkanmu mendapatkan skor itu. Kudengar perbedaan skornya cukup jauh diakhir pertandingan dan itu semua dimulai sejak aku berteriak saat pertandingan itu kan? Aku rasa dia berani menekanmu karena orang-orang sudah tahu kau sedang terluka dan mereka akan berpikir bahwa tidak mengherankan skormu bisa tertinggal cukup jauh dan memaklumi karena ada alasan dibaliknya. Mungkin karena dia tidak ingin kau malu mendapat skor yang sangat rendah kalau dia bermain benar-benar sportif sejak awal, itu akan merusak image-mu sebagai ketua klub basket. Ya kan?” jelasku panjang lebar sekaligus menantangnya mengakui pendapatku.

Dia, kris sunbaenim hanya diam memperhatikan setiap perkataan yang keluar dari mulutku dan mulai memikirkannya. “aku takkan selemah itu kalau aku tidak cidera. Kau tahu itu?” balasnya masih terdengar sedikit angkuh.

“nggak, aku nggak tahu”  gumamku sendiri tapi ternyata terdengar olehnya.

mworago? Kau tidak tahu betapa hebatnya aku saat tidak sedang cidera?” ucapnya berusaha tetap membanggakan dirinya.

Aku  hanya mengangguk lugu untuk menjawabnya

“ Tunggu dulu, kalau begitu bagaimana kau bisa tahu kalau aku cidera tangan dan kakiku? Kau pernah main basket? Biasanya pemain-pemain basket mengerti betul cidera yang mungkin mereka dapatkan selama pertandingan dan bagaimana harus bersikap tetap tenang dan menyesuaikan diri selama bertanding” ujarnya sambil menyipitkan pandangannya melihatku, ingin mencari alasan yang tepat tentang pendapat yang aku ajukan tadi.

Aku mengalihkan pandanganku darinya karena tidak ingin dia tahu bahwa aku memang pemain basket sebelumnya disekolahku yang dulu. Kemudian kembali melihatnya sambil berucap santai “hmm… kau mananyakan hal yang sama seperti yang min young tanyakan padaku, karena itu aku juga akan memberi jawaban yang sama yaitu kita tidak perlu menjadi ahli dalam satu bidang untuk mengerti apa yang terjadi, yang perlu kamu lakukan cuma mengamati dengan seksama. ok?” ujarku.

“dan tahukah kau, ternyata kau bahkan bukan pengamat yang baik seperti temanmu itu. Dia menyadari bahwa kau mengalami cidera tapi masih mau memikirkan bagaimana image-mu disekolah ini, sementara kau dengan gencarnya melakukan serang-serangan tidak penting karena masalah yang ada diantara kalian berdua. Kau itu childish, sunbae.” Lanjutku.

Dia tidak bergeming. Sepertinya secara tidak langsung dia mengakui apa yang kuucapkan padanya adalah benar. Pandangan terlihat menerawang jauh kedepan, seakan sedang memikirkan masalah besar. Sedangkan aku mulai  merasakan gejolak diperutku namun keberuntungan sepertinya masih mau memihak padaku. Tanpa kusadari bekal makan siang masih berada ditanganku karena tanganku keburu ditarik olehnya sebelum sempat meletakkannya dimeja perpustakaan.

Aku langsung mengambil posisi duduk  ditempat ku berdiri sambil membuka bekal makan siangku. Aku baru menyadari bahwa halaman belakang sekolah ini ternyata mempunyai pemandangan yang indah. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung  menyantap bekalku, tidak peduli dengan sunbae-ku yang masih berdiri dengan segala pikiran yang bergelayut diotaknya.

“hei, apa hakmu be..” ucapnya terputus sambil menoleh kanan kiri mencariku, namun ternyata melihatku sedang duduk santai makan siangku.”hei, apa yang kau lakukan? Bisa-bisanya kau makan dengan santai setelah berkata seperti tadi padaku? aku ini sunbae-mu.”

“terus kenapa kalau kau sunbae-ku? Apa yang harus aku lakukan saat melihatmu seperti tadi?  Mengangetkanmu saat kau terlihat sedang serius dengan pikiranmu? Manari-nari menghiburmu? Mengejekmu karena kau menyadari apa yang kukatakan itu benar adanya? Hhmmmff.. aku tidak se-childish itu, sunbae” balasku sambil menatap tak peduli. Kembali mengunyah makananku.

“kau ini…” ucapnya terdengar menahan kesal. “Baru kali ini aku menemukan seorang hoobae seperti kau.”

“oh ya?”…”mmm… mau?” ucapku basa-basi sambil menawarkan roti bekal siangku.

“apa-apaan ini, sudah sebesar ini masih bawa bekal dari rumah. Dasar childish! Makan saja sendiri. aku tidak butuh makanan seperti itu.” ucapnya menyindirku.

“ya sudah kalau tidak mau. Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kau mengenal kai sunbae?”

“bukan urusanmu.” Ucapnya bergerak pergi meninggalkanku sendiri.

***

Seperti  yang dikatakan Ahn songsaenim minggu lalu, hari ini adalah hari dimana kelasku akan mengambil nilai praktek olahraga basket. Aku yang sudah terbiasa dengan olahraga satu ini, tidak terlalu mengkhawatirkan masalah satu ini. Well, aku hanya butuh santai dan fokus terhadap ring basket ini dan semua kan baik-baik saja.

“ji hyun-a, apa kau tidak nervous. Kita hanya diberi kesempatan dua kali. Aku ‘kan tidak terlalu pandai dalam bidang olahraga, apalagi basketball. Huuuuhhh.” Ujar min young  saat merasa namanya akan dipanggil sebentar lagi.

“santai saja dan coba fokuskan pikiran pada ring basket itu.” Ucapku pelan berusaha menenangkannya.

“kau kenapa bisa santai sekali sih? Ngomong sih mudah, tapikan melakukannya tak semudah membalikkan telapak tangannya. Jangankan berpikir lemparan bolaku akan bisa masuk, kalau bisa menyentuh ring-nya saja sudah sangat bersyukur.” Ucapnya pasrah.

“apanya yang harus disyukurin?  Kalau cuma menyentuh ring tanpa dapat mencetak angka sama saja bohong. It’s mean nothing, yo know? Kau tetap tidak mendapatkan nilai apapun. Kita hari ini disini untuk nilai bukan sekedar latihan biasa. Come on. Get your spirit. Fighting.” Ujarku berusaha membuka pikirannya dan memberi semangatnya.

“tapi sulit ji hyun-a”

“kau terlalu banyak mengeluh min young-a, coba dulu dan usaha, baru bilang sulit.”

“ah, kenapa kau gampang sekali mengatakan hal seperti itu? Bagaimana kalau nanti kau juga tidak bisa melakukannya.”

“ya itu sudah takdir” jawabku santai “terus mau apalagi? Mengeluh seperti apa yang kau lakukan sekarang juga tidak akan merubah apapun. Fokus saja pada apa yang ingin kau raih. Jangan pedulikan orang berhasil atau tidak. Ini nilaimu, bukan mereka. Hanya karena mereka gagal, bukan berarti kau juga harus gagal kan? Fighting!!!” lanjutku lagi sebelum dia sempat protes kembali. Dan tepat setelah ucapanku selesai namanya dipanggil oleh Ahn songsaenim.

Aku mengatakan semua hal itu sebenarnya bukan semata-mata untuk menyemangati min young tetapi juga menyemangati diriku sendiri.  Mendengarnya mengeluh seperti tadi membuatku sedikit kehilangan percaya diri.  “Aku bisa, pasti bisa, santai. Huuuuh…”gumamku sendiri sambil menghela nafas panjang untuk menenangkan diriku.

Author POV

Ternyata rasa nervous masih menguasai diri min young. Karena hasil yang didapatkannya hanya bisa memasukkan 10 bola saja kedalam ring. Hasil tertinggi untuk kelompok yeoja masih diraih oleh ah jung dengan skor 30, sedangkan kelompok namja dipegang tae yong dengan skor 49. Tak butuh waktu lama dari saat nama min young dipanggil, kini sudah tiba giliran ji hyun.  Ji hyun berusaha santai dan maju dengan yakin.

“siap ji hyun? mulai !“ seru ahn songsaenim.

Lemparan pertama masuk dengan mulus, ji hyun tersenyum dan hitungan banyaknya bola yang masuk ke dalam ring pun mulai menggumam pelan dari mulutnya. “… 29, 30,..” fokusnya hanya berada pada ring basket diatas sana. Tak dipedulikannya komentar apapun yang keluar dari mulut teman-teman sekelasnya itu  “dan.. 45!” ucapnya pelan pada dirinya sendiri saat peluit berbunyi menandakan waktunya habis.

Suara tepuk tangan terdengar jelas mengisi udara ruangan indoor itu diiringi berbagai komentar mereka mulai terdengar dari mulut siswa lain saat melihat aksi ji hyun tadi. Ada yang kaget, ada yang tak percaya, ada tidak suka dan berbagai komentar lainnya. Tapi itu semua tidak mengubah senyum manis yang terukir diwajahnya. Bagaimana tidak, skornya hampir menyamai skor yang diraih oleh tae yong.

Disisi lain ruang basket indoor ini ternyata ada yang memperhatikan kemampuan ji hyun barusan. Walau berbeda tempat, mereka berdua setuju kalau ji hyun memang bukan siswa biasa, terutama dibidang basket. Bisa dipastikan bahwa ji hyun adalah orang yang mengerti tentang basket.

“sudah kuduga dia bukan siswa biasa. Tidak mungkin dia mau berteriak seperti itu tempo hari, kalau dia tidak yakin tentang peluangku bisa melakukan lemparan 3 point-ku. Dia tidak terlihat seperti siswa yang suka mencari  perhatian orang lain” Gumam kai yang berada disalah satu bangku penonton teratas sehingga kehadirannya tidak disadari oleh orang lain. Semula kai berada diruang indoor ini hanya sekedar untuk melarikan diri dari pelajaran Jung songsaenim yang dibencinya. Tidur-tiduran disini menjadi pilihan utamanya dan biasanya hal itu selalu dilakukannya bersama kris.

Mungkin memang benar bahwa kai dan kris adalah sahabat yang dekat. Entah perasaan apa yang mendorongnya hingga berada disini padahal sebelumnya dia sudah berada dihalaman belakang sekolah. Kris sebenarnya juga berada di ruangan indoor ini dengan alasan yang sama, membolos jam pelajaran. Kris juga melihat bagaimana aksi ji hyun tadi hingga dia bisa mendapat pujian dari Ahn songsaenim. Awalnya dia tidak tertarik dengan jam pelajaran yang berlangsung ditengah lapangan, tapi begitu melihat sosok ji hyun, dia penasaran dengan skor yang akan diraih oleh hoobae  menyebalkan yang belakangan ini diketahuinya bahwa dia adalah siswa pindahan disekolah ini.

Kaget dan tidak percaya, mungkin itulah kata yang dapat menjelaskan ekspresinya saat melihat hampir setiap lemparan bola ji hyun masuk dengan mulus kedalam ring. 45, itulah skor ji hyun. Bagi kris, itu bukan skor yang bisa didapat oleh seseorang pemula yang tidak mengerti teknik basket bahkan jika ji hyun punya seribu keberuntungan. Skor seperti itu adalah bukti dari skill yang terlatih.

“siapa dia sebenarnya? Lemparannya penuh keyakinan dan jelas sekali dia tahu bagaimana harus memposisikan dan memfokuskan dirinya untuk mendapatkan skor terbaik. Santai tapi pasti. Dia benar-benar sesuatu. Huh! Aku yakin ahn songsaenim tidak akan melepaskannya untuk jadi bagian tim basket sekolah ini.”…”tidak perlu ahli dan hanya perlu mengamati katanya? Huh!.. jelas sekali dia memang mengerti basket atau mungkin dia adalah pemain basket? Bahkan setelah pertandingan tempo hari selesai, masih banyak yang tidak percaya bahwa tanganku cidera walaupun mereka melihat permainanku sejak awal tapi dia bisa tahu tentang hal itu. hmmm… suatu saat nanti akan kubuktikan sendiri, ahli seperti apa dirimu!” ujar kris sambil menyeringai melihat ji hyun ditengah lapangan sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

“wah, kau deabak ji hyun-a, bagaimana kau bisa melakukannya? Skormu hampir menyamai skor tae yong.” Ujar min young sambil bertepuk tangan histeris saat ji hyun menghampirinya.

Ji hyun hanya tersenyum melihat tingkah temannya itu. Jangankan dari sudut pandang temannya itu, bahkan menurut dirinya sendiri, 45 itu adalah skor yang hebat.

“ji hyun,  kau pernah menjadi pemain basket sebelumnya? Kau punya skill yang bagus.” Ujar ahn songsaenim saat ji hyun melewati tempatnya duduk.

“ah, kebetulan saja itu sam(sebutan untuk guru), lagi beruntung saja” jawab ji hyun

“oh ya? temui aku saat jam istirahat nanti.”ujarnya lagi dengan pandangan yang tidak dimengerti oleh ji hyun.

“Ne, sam” jawab ji hyun agak ragu.

***

Seminggu berlalu begitu saja. Berbagai hal terjadi, tapi hari ini ada yang berbeda. Tuhan sedang menunjukkan keadilannya. Jika sebelumnya, ji hyun selalu beruntung, hari ini jadi salah satu dimana ketidakberuntungan mengunjunginya. Pagi itu ji hyun datang terlambat tidak seperti biasanya. Sinar matahari yang menyelinap melalui jendela kamarnya tidak dapat menyentakkan dirinya dari tidur lelapnya. Dia terlalu lelah dengan setelah kemarin mengunjungi orang tuanya dan malamnya harus tidur dini hari untuk menyelesaikan PR Matematika yang cukup menguras otaknya.

Seperti cacing kepanasan ji hyun berlari menuju gerbang sekolah. Hari ini seperti bukan bagian dari keberuntungan hidupnya. Baru beberapa langkah ji hyun memasuki gerbang sekolah, dirinya langsung panggil oleh Song songsaenim yang sedang berkacak pinggang, yang bertugas menjaga kedisiplinan sekolah itu.

“hei, kamu kemari” ucap Song songsaenim dan ji hyun hanya bisa menunduk lemas dirinya ketahuan telat. “saya tidak pernah melihatmu sebelumnya. Ini pertama kalinya kamu terlambat  atau ingatan kepalaku yang jelek?” tanyanya lagi sambil menatap tajam ji hyun.

“ne, ini pertama kalinya aku telat. Aku tidak akan mengulanginya lagi, Sam” jawab ji hyun masih tertunduk.

“oh begitu. Bagus kalau kamu tidak akan mengulanginya lagi. Sebutkan nama dan kelasmu”ucapnya sambil mengeluarkan buku yang terkenal dengan sebutan “death note” dikalangan siswa sekolah itu. Jika namamu sudah mencapai point maksimal kesalahan yang ditentukan oleh sekolah itu, 50 point, tanpa pertimbangan apapun lagi kau akan langsung di DO dari sekolah itu.

Ji hyun sedikit bergidik ngeri saat melihat Song songsaenim mengeluarkan buku itu. “Nam Ji hyun, kelas 2-E”

“baiklah ini point pertamamu, aku harap tidak akan melihat point-mu bertambah kedepannya dan kuharap…, HEI KAMU, IYA KAMU. KEMARI!!!” ujar Song songsaenim tiba-tiba saat melihat seorang siswa yang dengan santai berjalan masuk gerbang sekolah dengan headset terpasang ditelinganya. Bukan karena suara Song songsaenim siswa itu menoleh tapi karena katidaksengajaan saat dia ingin melihat sekelilingnya tapi ternyata hal yang pertama ditemuinya adalah tatapan Song songsaenim.

Sontak ji hyun langsung mengangkat kepala dan melihat objek utama yang menyebabkan Song songsaenim berteriak dengan frekuensi yang bisa membuat telingamu sakit seketika. Kaget, sudah pasti dirasakan ji hyun saat melihat sosok itu begitu santai menuju tempat disamping dirinya berdiri. Ji hyun langsung memalingkan pandangnnya saat mata siswa laki-laki tersebut melihatnya. Jujur saja dia tidak tahu harus berkata apa jika harus berhadapan dengannya sekarang.

“lagi-lagi kau. Apa kau tidak bosan dimarahi setiap hari seperti ini, apa kau tidak bosan mendapatkan hukuman tiap pagi seperti ini?”

“…” tidak ada jawaban dari siswa tersebut

“mana sahabatmu? Biasanya kalian selalu bersama. Contohlah temanmu itu, dia sudah tidak pernah terlambat lagi.”

“…” yang diajak bicara hanya menunduk sambil sesekali menggoyangkan kepalanya.

“dengarkan aku jika aku sedang berbicara!” ucap Song songsaenim yang kesal karena baru menyadari bahwa sejak tadi pelajar tersebut masih memasang headset ditelinganya langsung segera menjitak kepalanya.

awwww.. appo!” erangnya

“makanya dengarkan kalau gurumu sedang bicara.”

arroseoyo  songsaenim” balasnya sambil terus mengusap kepalanya.

“Kai, kuharap kau segera merubah sikap terlambatmu ini. Belakangan ini kau jadi makin sering terlambat. Kau sedang sedang bermasalah dengan sahabatmu itu. Kudengar kalian bertanding untuk memperebutkan hati seorang hoobae kalian. Ahhhh… kuberi kau satu nasehat, jangan merusak hubungan persahabatanmu hanya karena seorang wanita. Wanita itu racun dunia.” Ucap sang songsaenim bijak.

“eheeeeemmmmm…” ji hyun berdeham karena tidak nyaman mendengar kalimat songsaenim-nya barusan dan membuat kai menoleh untuk mengetahui siapa yeoja yang sejak tadi berdiri disampingnya.

“tapi tidak semua wanita itu sama kok.” Tambah Song songsaenim cepat setelah melihat ji hyun.

“kai, Aku benar-benar berharap kau tidak mengulangi hal seperti ini lagi. Pikirkan prestasimu dan jangka waktu kelulusanmu. Point-mu sudah lebih dari setengah dari yang dibutuhkan untuk aku mencoret namamu dari daftar siswa sekolah ini.”

“ne”

“sekarang kalian berdua segera selesaikan hukuman kalian sebelum masuk kelas. Sapu dan bersihkan halaman yang ada disekitar lapangan utama sekolah ini. Semua peralatan ada didalam gudang. Mengerti?”

ne sam” ucap ji hyun dan kai bersamaan. Dan mereka bersamaan melangkah meninggalkan tempat itu tapi kai segera menoleh untuk tahu siapa yeoja disamping ini dan berhenti tiba-tiba.

“tunggu dulu, kau yeoja yang berteriak ditengah pertandinganku tempo hari kan?” tanyanya saat menyadari siapa yeoja tersebut.

Ji hyun yang dari tadi menghindari tatapan kai, akhirnya terpaksa buka mulut untuk menjawab pertanyaannya “ne, sunbaenim” entah kenapa dia merasa takut campur malu padahal saat berbicara dengan kris, dia  bisa begitu santai. “mianheyo karena bersikap lancang seperti tempo hari.”

“kau…”

“ne?”

“dari mana kau tahu tentang cidera pada kris? Seingatku aku belum pernah melihatmu sebelum pertandingan itu. Kau anak baru disekolah ini? apa kau stalker-nya kris yang sengaja pindah ke sekolah ini?”

aniya. Na stalker aniya.” Bantah ji hyun cepat.

“terus bagaimana kau tahu itu? Kris itu orang cukup lihai menyembunyikan cideranya”

“mmm… itu.. saat melihat pertandingannya itu, aku merasa aneh dengan gerakannya. Awalnya kukira karena kakinya tapi setelah beberapa menit berlalu barulah aku sadar kalau dia hampir selalu meringis walau hanya sekilas saat melakukan lemparan-lemparannya.” Jawab ji hyun agak sedikit ragu.

“kau siapa sebenarnya?”

Dari pada menjawab pertanyaan sunbae-nya, dia lebih tertarik pada satu hal “mianhe sunbaenim, tapi kalau aku boleh menebak kalian pasti sudah bersahabat sejak lama? Pertanyaanmu sama seperti kris sunbaenim

“kalian sudah pernah bertemu? Kapan kalian bertemu? Dia bilang apa padamu?” tanya kai yang kaget ditanya seperti itu oleh ji hyun

“beberapa hari yang lalu. Apa yang ditanyakannya sama seperti apa yang kau tanyakan padaku.”

“hanya itu? kris tidak mungkin hanya bertemu denganmu untuk menanyakan hal seperti itu saja. apa lagi yang ditanyakannnya?”

“aku merasa aneh, kalian sepertinya mengenal satu sama lain dengan cukup baik. Tetapi kenapa sekarang untuk tahu update kabar satu sama lain mengapa harus bertanya pada orang lain. mianhe sunbaenim, kalau kau ingin tahu lebih banyak, kenapa tidak bertanya langsung pada orangnya. Bukankah kalian sahabat. Bahkan persahabatan kalian bisa diakui oleh para guru sekolah ini. Jujur saja aku ingin sekali punya sahabat yang mengerti aku seperti kau mengerti kris sunbaenim dan sebaliknya. Jika aku menemukan orang seperti itu, aku tidak akan menukarnya dengan apapun.”

“Tak usah mengomentari sesuatu yang bukan urusanmu.”

“…” ji hyun memilih diam karena kai terlihat tersinggung dengan kalimatnya barusan

“itu gudangnya, kau bisa mengambil peralatannya disitu. Kau bersihkan sebelah kiri dan aku urus sebelah sini.”ucap kai sambil menunjuk arah suatu ruangan.

ne , sunbaenim” balas ji hyun seraya menuju ruangan yang dimaksud dan meninggalkan kai sendiri.

Kai mengakui bahwa sikapnya terhadap kris memang tergolong childish karena mereka sudah bersahabat sejak lama tapi bisa bertengkar hanya karena seorang yeoja. Belakangan ini pun kai banyak mendengar berbagai komentar tentang masalahnya dengan kris. Bahkan hoobae yang baru dikenalnya barusan bisa berkomentar seperti tadi.

“apa aku salah jika mempertahankan yeoja yang kusuka? Apa urusan mereka mengurusi hidupku.” Gumamnya pada diri sendiri. “apalagi anak itu, baru masuk sekolah ini sudah berani berkata seperti  tadi. Tapi aku berterima kasih padanya karena berteriak dipertandingan tempo hari karena kenekatannya sudah menghilangkan keraguanku. Permainan basketnya dan pengamatannya terhadap cidera kris, dia pasti pemain basket yang handal.” Lanjut kai sambil melihat ji hyun dari kejauhan yang sudah mulai menjalankan hukumannya.

“hei, kau juga telat ya?” tanya kai tiba-tiba pada seorang hakseng yang sedang berjalan mendekatinya .

ne, sunbaenim. Kau disuruh bersihkan halaman ini juga kan? Kau bersih disini, aku sudah kerjakan sedikit, sisanya kau yang kerjakan”

“ne” ucap hakseng tersebut sambil mulai menyapu halaman sedangkan yang dimaksud kai dengan telah mengerjakan hukumannya adalah memungut satu buah sampah dan membuangnya ke tong sampah.

“kalau Song songsaenim datang dan bertanya tentangku, bilang kalau aku sudah selesai menjalankan jatah hukumanku dan kau, selamat bertugas, aku duluan” ucapkan santai sambil berlalu pergi

Disisi lain, walaupun ji hyun sedang mengerjakan hukumannya tetapi pikiran tentang obrolannya barusan dengan kai sunbaenim masih berputar diotaknya. Mereka bersahabat sejak lama kenapa bisa menjadi asing satu sama lain karena seorang yeoja. Aku rasa pengaruh yeoja itu pasti sangat besar dan tentunya pasti cantik sampai bisa menggoyahkan hati idola sekolah ini. Tidakkah dia (kai) menyadari betapa susahnya punya seorang sahabat yang benar-benar mengerti keadaanmu. Padahal aku saja ingin sekali punya sahabat seperti itu. Tapi mereka malah menukar persahabatan itu dengan cinta seorang yeoja. Mungkin benar yang diucapkan Song songsaenim tadi, wanita racun dunia. Pikir ji hyun sambil melihat kelakuan sunbae-nya. “curang” celetuknya melihat pergi setelah membuang satu buah sampah pada tempatnya.

***

Keberuntungan yang biasa didapatkan ji hyun seperti sudah habis. Buktinya, keputusannya untuk makan siang dikantin sekolah hari ini malah jadi masalah baru untuknya. Baru satu langkah kakinya memasuki kantin sekolah, objek yang pertama kali dilihatnya adalah kris sunbaenim bersama dengan teman-teman team basketnya. Hari itu memang tidak seperti biasanya, karena telat bangun ji hyun tidak sempat menyiapkan bekal makan siang yang biasa dilahapnya diantara tumpukan buku diperpustakaan.

“Ji hyun-a, kita duduk disini saja” ucap min young sambil duduk dibangku yang dekat dengan pintu kantin

“ne”

Kepala menoleh kesana kemari memperhatikan ruang kantin yang sangat jarang dikunjunginya ini. Tapi lagi-lagi pandangannya jatuh pada sosok kris yang terlihat sedang serius memperhatikan  sesuatu. Seolah penasaran dengan apa yang sedang dilihat oleh sunbae-nya itu, ji hyun pun mengikuti arah pandang kris dan ternyata adalah pemandangan couple yang sedang tertawa santai sambil bercanda diujung meja, siapa lagi kalau bukan kai dan ha na. Couple yang baru saja resmi pacaran dan menjadi buah bibir disekolah ini.

“hmmm… wajar kalau yeoja seperti dia diperebutkan.”gumam ji hyun saat melihat sosok ha na.

“kau bilang apa?” tanya min young yang berdiri disamping ji hyun

“itu, yeoja yang diperebutkan 2 sunbaenim yang kau sebutkan tempo hari.”

“oh. Dia cantik dan sangat feminim. Tipe ideal banyak namja. Kurasa mereka serasi walaupun itu menyebalkan bagiku. Aaahhhh kai sunbaenimna joahaeyo” ucap min young sepelan mungkin yang ditujukannya untuk sunbaenim tercintanya.

“haha… sabar min young-a”ucap ji hyun sambil kembali melihat pasangan couple tersebut namun pandangannya bertemu dengan pandangan kai sunbaenim. Sedikit ragu awalnya, tapi akhirnya ji hyun mengangguk pelan sebagai tanda hormat pada sunbae-nya itu. Dan seakan keluar dari kandang macan masuk ke kandang harimau, saat ji hyun hendak mengalihkan pandangannya kearah jejeran makanan yang ada, yang didapatinya malah pandangan kris yang terkunci padanya. Entah apa maksud pandangan itu, namun sedikit membuat ji hyun tersentak.

Seketika dialihkan pandangannya pada temannya itu dan berkata “min young-a, kurasa aku tidak jadi makan, aku baru ingat kalau hari ini harus mengembalikan buku yang telah kupinjam. Keundae dowajuseo, belikan aku snack aku lapar sekali tapi buku itu harus dikembalikan hari ini. Jeballlll, ne ne ne???” pintaku sambil sedikit memelas.

“ya, kau jadinya mau meninggalkan aku sendiri?” kata min young tak terima

mianhe, aku benar-benar lupa. Jeongmal mianheyo. Lain kali aku janji akan menemani kamu makan dikantin, kalau perlu aku yang traktir, ne?”

“ya sudahlah. Kembalilah ke alammu (Looooohhh!!)” sindir min young cemberut.

“baiklah, gumawo min young-a, aku pergi dulu annyeong… hehe” ujar ji hyun sambil berdiri dan mengambil langkah cepat keluar dari kantin.

Kris yang melihat reaksi ji hyun padanya, entah kenapa merasa sedikit kesal. Apa bedanya aku dan kai, kenapa menghormati kai seperti itu dan malah pergi begitu saja begitu melihatku. Aku ketua basket disini bukan kai. Kalau adayang lebih pantas dihormati, itu aku. ah, anak  itu membuat harga diriku hancur, pikiran itu terlintas begitu saja dibenaknya.

“Aku duluan” ucap kris sambil berdiri.

“tapi pesananmu belum datang.” Ucap jong dae.

“kau saja yang makan.” Balas kris kemudian sekilas menoleh pada kai dan segera keluar dari kantin.

“kenapa dia?” tanya kai penasaran dengan sikap kris.

“entahlah, tapi tadi aku melihatnya memandang yeoja yang tempo hari berteriak ditengah pertandinganmu dan kris. Ketika yeoja itu keluar, dia juga ikut pergi.” ujar xiumin.

Ada apa dengan mereka berdua, batin kai

Seakan menyuarakan isi hati kai, jong dae bertanya “memangnya ada hubungan apa antara mereka berdua?”

molla, tanya saja sendiri pada kris.” Balas xiumin

Kai tidak berkomentar apapun, berbagai kemungkinan muncul dikepalanya. Dia hanya mencoba menebak-nebak kenapa kris berprilaku seperti tadi.

Disisi lain, ji hyun yang sedang berjalan dikoridor sekolah menuju perpustakaan merasa tidak nyaman dengan perasaannya. Entahlah, tapi dia merasa ada sesuatu yang akan terjadi. Seakan mawas diri, ji hyun menoleh ke kanan, kiri, depan, belakang dan BINGO!!! Ada kris disana.

“Apa lagi kali ini? kenapa dia melihatku seperti itu?” gumamnya pelan setelah melihat kris sekilas. Batinnya mengatakan kali ini bukan hal menyenangkan yang terjadi. Tanpa pikir panjang lagi, ji hyun mempercepat langkahnya berusaha meninggalkan tempat itu. Tidak ingin sama sekali berkomunikasi dengannya.

“hei kau, berhenti!” seru kris yang membuat siswa-siswa lain yang berada disepanjang koridor menoleh penasaran. Sedangkan ji hyun yang berpura-pura tidak tahu dan tidak dengar malah mempercepat langkahnya.

“anak itu benar-benar menyebalkan!” gumam kris sendiri dan memutuskan untuk mempercepat langkahnya juga.

 

To be Continued

Sekian dulu chingudeul. Semoga masih seru ya, maaf jika update-nya rada lama, tapi diusahakan tetap akan terus update kok.  Jangan lupa comment ya, mau itu ceritanya atau bentuk penulisannya. Maklum author masih amatiran jadi butuh banyak masukan. Gumawo chingu.

24 pemikiran pada “Unpredictable You (Chapter 2)

  1. Wonderful site you have here but I wwas curious if you knew oof any user discussion forums that cover the same topics
    discussed here? I’d really like too be a part of online community where I can get feed-back from other knowledgeable people
    that share the same interest. If you have any recommendations,
    please let me know. Bless you!

Tinggalkan Balasan ke acid stained floors san Antonio Batalkan balasan