Dancing on Your Heart

dancingonyourheart

Title                 : Dancing on Your Heart

Author             : SleepingPanda

Cast                 : Zhang Yixing/OC

Length             : Vignette (887w)

Genre              : Romance/fluff

Rate                 : General

 

Note : Soo sorry for this lacking fiction, I just can’t bear with the cuteness of that Changsa boy in weekly idol ! God, this healer unicorn  is the cutest thing ever ! (already posted on my wp : http://babykungfupanda.wordpress.com/) enjoy C:

 

Warning : This fic is a bit cheesy

Dancing on your heart like one…two…three… and… I got you !

Lampu studio latihan di daerah Mangwondong itu masih berpendar hangat. Terlihat kontras dengan jalanan di sekitar gedung itu yang notabene sudah sangat sepi. Suara langkah kaki terdengar berirama dengan suara riuh music beat di seantero ruangan. Pria dengan kulit pucat itu masih tenggelam dalam musik dan gerakan tariannya, seolah ia benar-benar tak akan peduli jika ada gempa bumi sekalipun.

Tubuh pria itu meliuk rapi di tengah alunan musik bertempo cepat. Sol sepatu kets nya berdecit-decit karena bergesekan dengan lantai kayu licin. Peluh mengalir di seluruh tubuhnya, membuat bagian belakang kaus yang dikenakannya basah kuyup.

Ia tengah sibuk, benar-benar sibuk dengan dunianya sehingga ia bahkan tak sadar ada seorang gadis tengah mendengus kesal di sudut ruangan.

“Oh Yixing, please. Sampai kapan kita akan terus di sini ?” Gadis berambut hitam yang sedari tadi terduduk bosan itu menekan tombol pause pada layar handphone yang tergeletak begitu saja di pinggiran ruangan. Musik berhenti, membuat decakan gadis itu semakin kentara.

“Bagaimana gerakan baruku, Mei ? Sungguh, aku akan mengajarimu bagian ini.”

“Kau belum menjawab pertanyaanku, tuan Yixing. Sampai kapan kita di sini ? Badanku sudah hampir remuk dan kau masih mau mengajariku gerakan barumu ? “

Eeem, satu jam. Aku janji.” Ia sedikit mengacungkan jarinya kearah Mei sambil terkekeh pelan.

Zhang Yixing, pria Changsa itu begitu mencintai tari seolah menari adalah hidupnya. Mei mengenal pria itu saat ia memutuskan mengikuti kelas menari untuk mengisi liburan membosankannya setahun lalu. Pria tukang pamer −itu yang ada di otak Mei ketika ia pertama kali melihat Yixing menari. Oh, ya ampun, bahkan ia bisa menarik semua mata saat ia melakukan sedikit gerakan. Dan Mei tak akan pernah mengerti mengapa sekarang ia bisa begitu dekat dengan pria bersurai coklat karamel itu.

Mei menyukai tari, sama seperti Yixing. Tapi rasa sukanya tak separah Yixing. Bahkan Mei tahu kalau pria itu bisa menghabiskan seharian waktunya berkutat di ruang latihan hanya untuk membuat beberapa gerakan baru. Dan Mei ingat ketika ia sampai menarik lengan Yixing dengan paksa hanya untuk sekedar mencari makanan karena ia sudah seharian tak makan apapun.

Mei hanya bisa sesekali menguap lebar sembari menunggu kontrak satu jam watunya dengan Yixing. Ia masih berkutat dengan sebotol air mineral saat Yixing mengulurkan tangan padanya.

Wanna join ?” Yixing mengerling jahil.

Nope. My body was like an ass now, sir.

“Oh, ayolah.” Yixing berjalan santai kearah Mei. Bibirnya terangkat membentuk seringai. Tangannya yang tadi terulur kini menarik pelan lengan Mei, memaksa gadis itu untuk mengikuti apa yang ia mau. Dengan sedikit gerakan halus, tubuh Mei sudah berada tepat di dada Yixing. Tangan kanan memegang jari-jari milik Mei dan tangan kiri berada di pinggang.

“Tung―tunggu, Zhang Yixing !”

Sebelum Mei sempat menyelesaikan kata-katanya, Yixing sudah terlebih dulu membawa tubuh Mei menghadap kaca besar di sekeliling ruangan. Tangan Yixing bergerak lembut, berusaha membawa lengan-lengan kurus gadis itu ke dalam setiap gerakannya. Mata Mei sedikit membelalak, kaget dengan perlakuan tiba-tiba sahabat nya itu. Dan ia rasa jantungnya benar-benar tak dapat di kontrol sekarang.

“Ayolah Mei, ini tak sulit.”

 

Tak sulit ?

Ini bahkan hal tersulit yang pernah Mei lakukan. Ia bisa menari, setidaknya ia pernah memenangkan beberapa kompetisi. Tapi menari dengan posisi seperti ini sudah di luar batas kemampuannya. Ia tak pernah menari bersama seorang lelaki dengan jarak sedekat ini, apalagi dengan seorang Zhang Yixing. Tubuhnya kaku dan ia hanya tak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya.

“Bukan begitu melakukannya, Mei.” Yixing kembali menggerutu dan mengulangi beberapa bagian. Tapi apa boleh buat ? Otak gadis itu benar-benar kosong dan ia melakukan semua gerakan dengan tidak benar.

“Baiklah-baiklah, Mister Dimple. Mungkin ini tak sulit bagimu.” Mei menjauhkan tubuhnya dari Yixing, berusaha melepas genggaman tangan pria itu dari lengannya. Ia meniup poni kesal.”Aku tahu kau pandai menari sedangkan aku tidak, kau pandai bermain piano dan gitar, kau pandai memasak. Kau pandai dalam semua hal dan apa yang tak bisa kau lakukan ?”

Alis Yixing berkerut mendengar ocehan gadis itu. Sepersekian detik kemudian tawa pecah dari mulutnya dan sedikit air mata menggenang di sepasang mata coklatnya. Ia tak tahu kalau ternyata sahabatnya itu bisa menjadi super cerewet.

“Kau salah Mei.” Tawanya berhenti dan menyisakan senyuman manis di bibirnya.”Ada satu hal yang tak bisa aku lakukan.”

Pria itu mendekat dan semakin mendekat kearah Mei, mempersempit jarak antara keduanya. Mungkin jarak mereka tak lebih dari tiga puluh senti sehingga Mei bisa merasakan napas hangat Yixing mengenai wajahnya. Mata Mei masih mengerling penasaran, dahinya membentuk kerutan-kerutan.

“Ap−apa itu ?”

“Mendapatkan hatimu.”

Yixing menarik tangan Mei dan membawa gadis itu dalam rengkuhannya –lagi. Mata gadis itu melebar. Ia tak pernah menyangka jika seorang Zhang Yixing, si-pria-Changsa-konyol, bisa mengucapkan kata-kata se cheesy itu. Ia ingin mengomel dan mengeluarkan banyak umpatan untuk Yixing, tapi ia hanya tak bisa. Lidahnya sudah terlanjur kaku. Ia bersumpah ada ribuan petasan meledak secara bergantian di perutnya.

Waktu berjalan, Yixing yang lebih dahulu melepas pelukan mereka. Matanya menatap milik gadis itu seolah meminta jawaban atas pernyataannya. Mei tersenyum, ia baru sadar jika pria itu bisa terlihat sangat lucu dengan matanya yang bergerak gelisah dan lesung pipi yang sedikit terbentuk.

“Mendapatkan hatiku ? Ya ampun, kau bahkan sudah mendapatkan hal itu, Zhang Yixing.”

“Benarkah ?”

Gadis itu mengangguk pelan sebelum ia berkata lirih. “Dan kau pria pertama yang menyatakan cinta pada pukul dua dini hari.”

end

31 pemikiran pada “Dancing on Your Heart

  1. whoaaaa.. Lay bener-bener keliatan lembut dalam memperlakukan wanita. uuuu.. so sweet~ 😉
    dibuat sequel yaa? ditunggu lhoo.. hehe 😀
    keep writing. FIGHTING!! 🙂

Tinggalkan Balasan ke chenhye Batalkan balasan