Jealousy

Title: JealousyAuthor: Kwon Hajar (@sm_hajar)

Cast:

–          EXO-M Kris

–          Joshie Kwon (OC)

Genre: Romance

Length: Drabble

Rating: PG-13

Disclaimers: Semua karakter bukan punya saya, they belong to God and themselves. Ide dan plot murni dari otak ganjil saya, kalaupun ada kesamaan judul, itu hanya ketidak sengajaan.

Warning: Typos everywhere! Out of Character!

Jealousy Poster 

 

Only the strong one gets the beautiful woman

Just go back because there’s no place

You have zero chance

Stop looking you’re going to wear her out

If you desire her you have to win against me first

(EXO – Growl)

 

JEALOUSY

 

Kris menggeram, bahkan ia sempat mengumpat pelan. Kedua mata tajamnya terarah pada sosok gadis yang berdiri beberapa meter di hadapannya.

 

Bagaimana bisa…?

 

Sedetik kemudian pandangannya menyapu seisi kelas. Ia bisa melihat berpuluh pasang mata—lelaki—menatap gadis di depan dengan kagum. Kris kembali menggeram. Sesuatu menggelegak panas dalam dadanya.

 

“Halo! Namaku Joshie Kwon. Dari Mindland High School, Canada. Mohon bantuannya” gadis itu memperkenalkan diri.

 

Kris bisa mendengar respon riuh dari beberapa anak lelaki di kelas itu. Lelaki Cina itu mendecih pelan. Dan tanpa disadarinya, gadis itu sudah berjalan menuju arahnya. Melempar senyum yang bisa dikatakan—sedikit—provokatif. Kris sedikit tersentak, namun ia cepat menguasai diri. Lelaki itu membuang wajahnya, memasang ekspresi dingin.

 

Tidak ada yang bisa meluluhkan si pangeran es, kan?

 

oOo

“Maaf, bisakah aku meminjam catatanmu?”

 

Kris menahan nafasnya. Menahan dirinya juga. Gadis itu—Joshie—berdiri tepat disampingnya. Menunggu reaksi Kris, tapi sepertinya laki-laki itu memilih bersikap tak acuh.

 

“Nona Kwon, kau bisa pinjam punyaku kok,” sebuah suara menyahut.

 

“Benarkah?” suara itu terdengar begitu menggemaskan ditelinga Kris.

 

“Tentu!” Kris dapat mendengar langkah gadis itu menjauh darinya.

 

Ia mendesah lega. Namun sedetik kemudian matanya mendelik melirik kearah Joshie dan Suho—pemuda yang barusan menawarkan catatannya—yang asik mengobrol.

 

Sialan!

 

oOo

Ini benar-benar gila!

 

Kris lagi-lagi menggeram melihat pemandangan di hadapannya. Joshie tersenyum lebar, bahkan tertawa mendengar gurauan Chanyeol dan Baekhyun. Sesekali gadis itu mencubit lengan Baekhyun, kadang memukul punggung Chanyeol.

 

Sebenarnya itu bukan hal yang besar tapi bagi Kris pemandangan itu membuat dadanya bergolak panas. Seperti ada badai berkecamuk disana.

 

Tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan kedua manik mata Joshie. Gadis itu melempar senyum—miring. Membuat Kris semakin mengepalkan tanggannya erat.

 

Baiklah, jika itu maumu…

 

oOo

“Dari Kanada, sepertinya campuran. Kau tahu… S-line,”

 

Kris bisa mendengarnya, ia baru saja melewati lorong kelas 2. Langkahnya terhenti di depan pintu kelas 2-2—kelas paling buruk. Kris menajamkan pendengarannya.

 

“Kudengar ia tinggal di flat dekat rumah tua itu. Kita bisa menjemputnya disana,”

 

“Ide bagus!”

 

“Mangsa baru!”

 

Aura hitam seolah menguar dari tubuh Kris. Kali ini runtuh sudah pertahanannya. Dan ia tak akan peduli apa yang terjadi nanti.

 

oOo

 

“Aku peringatkan kalian…,”

 

Kris berkata dengan suara beratnya. Sementara mata elangnya menatap buas pada sekumpulan lelaki di hadapnnya seolah mereka adalah serigala kelaparan. Dan di belakangnya sesosok gadis—bernama Joshie—tengah menggengam lengan Kris erat.

 

“Aku tak akan peduli jika kalian terluka nanti, jadi sebaiknya kalian mundur!”

 

Kumpulan serigala itu sepertinya hanya memandang remeh pada tubuh kurus jangkung Kris. Mereka berjumlah 9 orang sementara Kris hanya seorang. Tentu serigala-serigala itu tak gentar sedikitpun.

 

“Bagaimana kalau kami tak mau?”

 

Kris tersenyum miring. Melepas jas sekolah sekaligus dasinya, menyingsingkan lengan bajunya. Sedikit memamerkan otot-otot pada lengannya.

 

“Kalau begitu aku harus menghabisi kalian semua…”

 

oOo

 

“Sudah kubilang, kalian harus menyerah. Aku tak peduli sekalipun kalian mati. Jika kalian memang menginginkan gadis itu, langkahi dulu mayatku! Karena hanya laki-laki yang kuat yang berhak atas dirinya!”

 

Kris  melepar senyum angkuh sekaligus sinis pada 9 laki-laki yang kini terkapar tak berdaya di hadapannya. Pemuda jangkun itu menyambar tas dan jasnya.

 

“Dan berhenti memandang mesum calon istriku!”

 

Sekali sentak Kris menggendong Joshie selayaknya kuli memanggul beras. Menuai teriakan histeris dari gadis dalam gendongannya. Namun Kris tak ambil pusing, kaki jenjangnya melangkah tenang penuh percaya diri—dan keangkuhan—disertai senyum kemenangn.

 

Bruk!

 

Joshie meringis saat punggungnya membentur sesuatu yang keras. Ia hendak memberontak tapi dua lengan kokoh Kris lebih dulu memenjara tubuhnya.

 

“Let. Me. Go!” Joshie menekan setiap kata. Kris tersenyum miring.

 

“Siapa yang menyuruhmu kemari, nona nakal?” Kris menyentil dahi Joshie. Gadis itu hanya mengerucutkan bibirnya membuat lak-laki di hadapnnya tak tahan untuk mengecup bibir itu.

 

“Ya!” Joshie berteriak keras setelah mendapat serangan—kecupan—dari Kris.

 

“Bagaimana bisa kau kemari, huh?” Kris kembali bertanya.

 

“Tentu saja bisa. Tinggal naik pesawat and… here I am. It’s easy, Mr. Wu!”

 

Joshie mengerang pelan saat Kris kembali menyentil dahinya.

 

“Jawab yang benar. Kenapa kemari?”

 

Hening sejenak. Joshie menghela nafas.

 

“Aku merindukanmu,” lirih gadis itu dengan bahasa Korea.

 

Kris mengangkat sebelah alisnya. Gadis ini benar-benar…

 

“Sepertinya baru tiga hari lalu aku menghubungimu? Apa kau tertular penyakit lupa si Yixing itu?”

 

Joshie tertunduk. Jemarinya asik memainkan kancing kemeja Kris. Bibirnya kembali mengerucut.

 

“Sudah kubilang, tunggu aku disana. Aku akan kembali, aku akan baik-baik disini. Aku tidak akan macam-macam, tidak akan mengabaikanmu. Aku tidak akan pernah mempermainkanmu. Aku tidak mungkin berpaling darimu!”

 

Joshie makin tertunduk. Sementara Kris sibuk mengatur nafasnya.

 

“Begitu sulitkah percaya padaku?”

 

Nada suara Kris sedikit meninggi. Jemari Joshie makin kuat mencengkram kemeja pemuda itu. Hening kembali, sampai akhirnya bahu Joshie bergetar. Isakan kecil terdengar. Membuat Kris hanya bisa mengusap wajahnya dan mengerang frustasi.

 

Selalu seperti ini…

 

“Aku tak tahu… Tiba-tiba rasanya begitu sesak! Aku ingin sekali memelukmu. Memangnya salah kalau aku kangen padamu, huh! Dasar menyebalkan!”

 

Kini dua tangan Joshie mengepal, mulai memukuli dada Kris. Ia masih menangis tergugu. Membuat Kris sedikit melunak. Ia mulai memaklumi perasaan gadis di depannya itu. Kris juga pernah merasakan hal yang sama. Bahkan ia juga rela terbang ke Kanada dan mengetuk pintu rumah gadis itu tengah malam, tak peduli dengan tatapan membunuh orang tua Joshie.

 

Kris menangkap lengan Joshie, membuat gadis itu berhenti memukulinya kemudian merengkuh tubuh sang gadis dalam pelukannya.

 

“Maafkan aku,” Joshie mengeratkan pelukannya masih sambil bergumam,

 

“Dasar tiang listrik jelek!” Mereka terus berpelukan sampai tangis Joshie reda.

 

“Merasa lebih baik?” Kris mengendurkan pelukannya sambil mengangkat wajah Joshie dan membersihkan sisa air yang membasahi pipinya. Sementara Joshie hanya mengangguk pelan.

 

“Kau kan bisa menghubungiku dulu, tidak tiba-tiba muncul seperti itu,” Kris berusaha berkata pelan supaya gadis dihadapannya tidak kembali menangis.

 

“Aku berusaha memberi kejutan kok. Dan sambutanmu sangat dingin, Tuan Wu!”

 

“Tapi kau sukses mengejutkanku, aku sangat panas, tahu! Kau asik ngobrol dengan si pendek Suho, kemudian bercanda dengan duo gila BaekYeol, asal kau tahu nona nakal, aku cemburu luar biasa!” Joshie terkekeh.

 

“Siapa suruh kau bersikap dingin?”

 

“Aku begitu juga karenamu. Aku menjaga agar para gadis tidak mendekatiku secara berlebihan dan membuatmu murka padaku,”

 

Joshie tersenyum lalu kembali melingkarkan tangannya memeluk Kris.

 

“Aku mengerti,” kembali menggunakan bahasa Korea dan bertingkah imut.

 

“I trust you, Mr. Wu,” bisik Joshie.

 

Kris tersenyum lebar. Senyum yang jarang ia perlihatkan. Senyum yang selalu terkembang bila ia bersama Joshie. Kris balas memeluk Joshie.

 

“Aku mencintaimu,”

 

“Aku lebih mencintaimu…,”

 

“Aku paling mencintaimu!”

 

Keduanya terkekeh sembari mengeratkan pelukan.

 

.

 

.

 

.

 

FIN

11 pemikiran pada “Jealousy

Tinggalkan komentar