Sex Addict – Library (Chapter 2)

Tittle        : Sex Addict – Library (Chapter 2)

Main Cast    :

–    Park Han Seul (YOU / OC)
–    Kim Jong In (Kai)

Other Cast    :

–    EXO’s Byun Baekhyun (Baekhyun)

Author    : _Autumn59  nisautari94.wordpress.com

Length    : Chapter

Rating        : NC-17

Genre        : Alternate Universe, School Life & Romance

Note        : Tidak sepenuhnya NC yang terlalu membawa feel, tetapi bagi
yang belum berumur 17 tahun mohon berpikir ulang. Dan maaf jika ada
typo dsb.

———————————————————————————————————————

– Park Han Seul POV-

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur dengan kasar, menatap langit
langit kamar dengan tatapan kosong. Pikiranku melayang.

Oh! Bahkan karna lelaki itu, Jong In. Lewat di depan Café bersama
wanita lain. Aku sampai melupakan niat awalku ke sana. Bertemu Oh
Sehun. Aku meninggalkan Baekhyun lalu melesat melangkah keluar dari
Café.

Aku mengacak rambutku kasar, Demi Tuhan. Apa yang terjadi dengan
dirimu, Park Han Seul!

Kegiatanku, maksudku kegiatan frustasiku, mengacak rambut dan entah
apa lagi terhenti. Lagu Girls Generation Echo mengalun dari
handphoneku.

SMS masuk, sedikit terkejut ketika membacanya.

-Temui aku di Club jam 20.00 KST-

Hanya itu, dan aku tersentak. Melihat nama pengirim. Baekhyun? Untuk
apa dia di sana, well.. maksudku kenapa dia ada di sana. Tidak
biasanya.

Kulangkahkan kakiku ke kamar mandi, bersiap siap. Sambil memikirkan
pakaian apa yang harus kukenakan, mengingat gadis baik baik sepertiku,
atau.. mungkin akan tak begitu baik lagi. Jarang memasuki tempat gelap
seperti itu, berisik. Sejauh ini hanya itu persepsiku.

___________a_u_t_u_m_n__________

Oh, kulihat alasannya. Disana, Baekhyun berdiri bersama Oh Sehun.
Pasti namja itu yang meminta Baekhyun bertemu di tempat ini.

Sehun menggerakkan jari telunjukkanya padaku, membuat Baekhyun
berbalik. Kulihat dia sedikit tersentak melihatku.

Mini dress berwarna hitam, rambut panjang tergerai, polesan make up
tipis dan lip gloss berwarna merah muda. Jelas, bukan gayaku.

Aku hanya ingin berbaur, takut menyalahi ‘kostum adat’ di tempat ini.

Tepat ketika aku di dekat mereka, Sehun langsung menaikkan alisnya,
“Kau berubah”. Dua kata, yang pasti membuat Baekhyun mengiyakan
pernyataan seorang Oh Sehun.

“Hanya kali ini”, jawabku singkat, sama singkatnya dengan pernyataan
yang dilontarkannya tadi.

“Well, tidak begitu buruk. Hanya saja, aku lebih suka kau yang seperti
biasanya. Lebih alami”, Baekhyun berkomentar.

Aku cukup tersentak, mendengar komentar seorang Byun Baekhyun. Lalu
sedetik kemudian mulai menguasai diriku lagi. Tersenyum tipis.

“Jadi, apa sekarang?”, tanyaku sambil melirik minuman di tangan
Baekhyun dan Sehun.

“Ah, kau mau minum?”, Sehun sudah berniat mengambilkan segelas lagi,
yang sama seperti mereka. Namun Baekhyun menahan tangan sahabat lamaku
ini, menatapnya tajam. “Kau sudah salah memilih tempat. Jangan
membuatnya rusak”.

Rusak? Hey, aku sudah berumur 17 Tahun. Aku ingin sesekali mencobanya.
Kuakui, Baekhyun memang sahabat yang berdampak positif dalam hidupku,
menjagaku dengan baik sampai sekarang.Tapi ini, hell.. aku ingin
sesuatu yang baru.

“Minum ini saja”, Baekhyun menyerahkan minuman berwarna jingga, yang
kuyakini adalah Orange Juice. Aku hanya dapat memutar bola mataku.
“Arasseo”.

Kuteguk minuman itu dengan perlahan, sambil mataku melihat ke
sekiling. Dan yah, terhenti ke ujung ruangan. Dimana seorang laki laki
dengan di apit oleh dua perempuan tertawa sambil tangannya
menggerayangi kedua wanita itu bergantian.

Kualihkan pandanganku segera, takut dia, namja itu. Mengetahui keberadaanku.

___________a_u_t_u_m_n__________

Sudah setengah jam kami berbincang, dan aku mulai merasakan tanda
tanda di bagian bawahku. Aku beranjak, lalu meletakkan gelas minumanku
di meja.

“Mau kemana?”, Baekhyun menarik lenganku. “Panggilan alam”, aku tersenyum tipis.

“Jangan lama lama”,Baekhyun melepaskan genggamannya di lenganku,
sedangkan Sehun hanya mengangkat gelas minumannya, bermaksud
mengiyakan Baekhyun.

Ritualku selesai, namun ketika keluar dari toilet. Sebuah tangan
membawaku ke ujung koridor.

Punggung ini, aku mengenalnya, Kim Jong In.

Dia berhenti, membalikkan tubuhnya. Lalu mendorongku ke dinding,
membuat punggungku sedikit nyeri.

Aku langsung menatapnya tak mengerti, mulutku sudah terbuka ingin
melayangkan protes. Namun belum sempat kalimat kalimat itu keluar. Dia
telah mengunci bibirku dengan bibirnya.

___________a_u_t_u_m_n__________

Lagi, aku memandang langit langit kamarku kosong. Tanganku meremas
kertas kuning yang ujungnya terasa sedikit lengket. Tak tahan, aku
bernajak duduk di sisi kasur. Membuka remasan Sticky Notes di
tanganku.

–    Kau milikku, Tubuh ini milikku. K.J.I –

Tubuhku bergetar, mengingat beberapa penggalan kejadian yang baru saja
terjadi. Pemuda itu, dengan seenaknya membuatku menyetujui perjanjian
abstrak yang sangat merugikan diriku.

Namun anehnya, aku malah seperti gadis dungu yang hanya bisa
mengangguk lemah setelah mendapat lumatan lumatan memabukkan yang
diberikkannya.

“Kau sekarang milikku, Tak boleh ada yang menyentuhmu”,

“Jika kau melanggar perjanjian, kau akan menerima konsekuensinya”

“Dan, oh! Kau akan menjadi angsa yang bisa terbang bebas. Tak
terkekang seperti sekarang. Berterimakasihlah padaku”

Sticky Notes, serta kalimat kalimat yang seperti sumpah serapah di
telingaku itu bahkan terjadi ketika dia memasukkan lidahnya ke rongga
mukutku. Tangannya yang kala itu bebas, menempelkan sticky notes itu
di atas belahan dadaku yang terbuka, sekaligus dress yang sudah hampir
terturun dari tempatnya.

Oh, bayangkan jika kalian berada di posisiku.

Berhadapan dengan seorang Dewa seperti Kim Jong In. Tak bisa berkutik!

Dan dengan bodohnya, aku ditinggalkannya setelah membuat keadaanku
hampir berantakan. Membuatku bergegas pulang, tanpa sempat mengingat
keberadaan Baekhyun dan Sehun.

Aku menghembuskan nafasku pelan. Berdiri, memasukkan sticky notes itu
ke dalam buku berwarna hijau di laci kecil meja belajarku.
Membiarkannya di sana, sekaligus menunggu apa yang selanjutnya yang
akan terjadi pada diriku. Oleh seorang Kim Jong In.

___________a_u_t_u_m_n__________

Aku menghembuskan nafasku kasar, menyandarkan punggungku yang sudah
mulai kelelahan. Hell, hanya karena aku terlambat 5 menit. Guru killer
itu menghukumku sepulang sekolah, meringkas pelajarannya 3 bab
sekaligus di perpustakaan.

Salahkan perutku yang tak bisa di kompromi, aku terlambat karena makan
di kantin. Dan aku tahu, itu memang salah. Aku yang biasanya makan
dengan kecepatan standar. Kali ini lebih lambat dari biasanya.

Pikiranku berkecamuk, mencari cara agar dapat menghindari Kai. Takut
tiba tiba pria itu akan menyerangku, lagi.

Tinggal tiga paragraph, dan aku tersenyum bangga. Kuakui, kemampuan
kecepatan menulisku adalah nomor satu di kelas yang tercepat. Walau
hasilnya tulisanku di bawah standar. Tapi tak apa, selama aku masih
dapat membacanya sendiri.

Suara langkah kaki terdengar, well.. aku penasaran. Siswa mana yang
masih ingin ke perpustakaan di jam pulang seperti ini.

Mataku membelalak, jantungku berdebar. Orang yang kutakutkan sekarang
berada di hadapanku. Menunjukkan seringai tipis yang miring di depan
wajahku. Nafasnya terasa, tangannya bergerayang di pinggangku. Membuat
saraf sarafku lemah. Tak sanggup menggenggam pulpen yang tadinya di
jemariku.

“Hey.. aku menunggumu. Tapi ya, karena kau tak kunjung keluar, tak ada
salahnya kan kalau aku yang mendatangimu?”, dia berbisik. Membuat
keringat dingin keluar dari ubun ubunku.

Kuakui, insiden di toilet serta di club. Aku memang menikmatinya.
Tapi, what the …… jika kau sudah terjebak dengannya. Apalagi mengenai
kasusku. Aku masih mempunyai otak jernih untuk berpikir.

Kalau terus begini, bukankah lama kelamaan aku tak dapat
mempertahankan ‘mahkota’ ku darinya? Hell.. ini sungguh membuatku
ingin berlari ke Antartika lalu menenggelamkan diriku di sana.
Daripada harus bersama seorang Kim Jong In.

“A-aku masih harus menyelesaikan ini, J-jong In-ssi..”, tanganku
gelagapan mencari pulpen yang terlepas tadi. Berusaha mengalihkan
perhatianku, tanpa menatap matanya ke buku tebal di hadapanku.

“Oh, aku tak menyuruhmu untuk berhenti. Lanjutkan saja pekerjaanmu”.

Jong in duduk di sebelahku, dan dapat membuatku bernafas lega untuk sesaat.

Tapi beberapa detik kemudian, dia menarik buku buku itu kehadapannya.
Membuatku terpaksa memandangnya tajam. Yah, harusnya aku tahu. Tak
semudah ini lepas dari seorang Kim Jong In.

“Jangan memandangku seperti itu. Menurutku, akan lebih mengasikkan
jika kau mengerjakannya seperti ini..”

Dan dengan sedikit memaksa, dia menarik tubuhku ke atas pangkuannya.
Tubuhku bergetar, saraf sarafku mulai melemah lagi, keringat dingin
mulai keluar. Dan dapat kulihat dia tersenyum menang melihat keadaanku
sekarang.

“Lanjutkanlah”

Kata kata itu terucap dengan datar, namun aku tak yakin. Apakah dengan
semudah ini Jong In melanjutkan kegiatanku? Sepertinya tidak.

Dengan cepat, kulihat buku tebal itu lagi. Meringkasnya, dan berusaha
mencatat ringkasan yang berada dipikaranku ke buku catatan. Walaupun
aku merasa tak nyaman dengan keadaan ini. Kau mengerti maksudku?
Tubuhnya duduk di kursi, lalu aku menindihnya. Merangkap, dengan
pantatku di atas pahanya.

Namun, baru satu kalimat yang sempat ku tulis, Jong In membuatku
tersentak. Tangannya yang tadi memeluk pinggangku, bergerayang di atas
dada sebelah kananku. Memerasnya dengan perlahan. Membuatku bergerak
tak nyaman.

“J-jong In-ssi.. hentikan”, aku memohon, sambil menahan sensasi yang
diberikannya. Remasan, serta dadaku yang masih terbungkus oleh bra dan
tertutup baju seragam. Bayangkanlah, bagaimana jika kalian berada di
posisiku? Ugh!

“Tidak”, hanya satu kata. Dan itu membuat kepalaku seakan berputar.
Aku menggigit bibir bawahku, takut aku mengeluarkan desahan atau hal
semacamnya.

“Kumo.. akh!”,

Baru saja aku ingin memohon, Jong In langsung menyentakku. Tangannya
semakin kuat mengenggam dan memeras buah dadaku. Kumohon, seseorang
tolong aku!

“Lanjutkan pekerjaanmu”, nadanya terdengar seperti memerintah.

Aku hanya menggeleng. Manusia mana yang sanggup mencatat jika
keadaannya sedang begini!

“hmm.. jadi kau akan melalaikan tugasmu? Baiklah”

Dengan perlahan, Jong In membalikkan tubuhku. Menyilangkan kedua
kakiku di pinggangnya. Aku memandangnya takut. Oh, posisi macam apa
ini.

Aku yakin, rok pendekku sudah terbuka. Dan pakaian dalamku pasti sudah
menyentuh perut six pack nya.

Tangan kirinya menahan tubuhku, sedangkan tangan kanannya sudah
menyentuh kancing seragamku. Aku sedikit merutuki diriku sendiri,
kenapa kemeja tadi kulepaskan? Hell, ini mimpi buruk. Salahkan kenapa
tadi cuaca sangat panas. Jadi aku hanya memakai seragam putih tipis.

Semua kancingku sudah terbuka, tangannya menelusup masuk ke bagian
belakang punggungku. Melepaskan kaitan bra merah mudaku. Dan dengan
sekali sentuhan, dia menurunkan bra ku hingga perut.

Keadaan yang sama seperti kejadian di toilet. Bedanya, aku sekarang
berada di pangkuannya. Menahan tubuhku dengan mengeratkan kakiku di
pinggangnya.

“Kai, kurasa ini bukan tempat yang tepat”, suaraku seakan tercekat,
hampir tak terdengar.

Dia memandangku, membuatku sedikit takut akan tatapannya.

“Bahkan apa peduliku? Jika ada orang yang melihat, abaikan saja”,

Oh, God! Harusnya aku meminjam buku ini saja, lalu meringkasnya di
rumah. Harusnya aku minta ditemani Baekhyun. Harusnya aku lebih cepat
menyelesaikannya dari tadi. Dan harusnya… ergh, entahlah. Ini sudah
terlambat untuk memikirkan penyesalan tentang kata ‘Harusnya’.

Tangan kiri Jong In bergerak di dalam rok pendekku, mengelus bagian
bawah organ vitalku yang tertutup oleh kain tipis. Dan aku yakin, di
bawah sana, pasti sudah sedikit basah.

Sedangkan mulutnya menghisap kuat ujung dadaku, tangan kanannya
sesekali meremas buah dadaku. Membuatnya sedikit membesar di bagian
ujung yang sekarang dilumatnya.

Aku tak tahan, sungguh. Aku ingin menolak, tapi sensasi yang
diberikannya membuatku seakan melayang ke alam bawah sadar. Bahkan
sekarang aku mulai mengeluarkan desahan desahan yang menurutku sendiri
menjijikkan.

Kedua kakiku makin memeluk pinggangnya erat. Seakan tak ingin terlepas
darinya. Maksudku, bagian bawahku ingin menyentuh sesuatu, untuk
sekedar menggesekkan atau apalah. Aku sendiri tak mengerti.

Mengabaikan pikiran logisku, mengabaikan hati kecilku untuk berkata
tidak, mengabaikan urat malu ku takut ada orang yang datang atau apa.
Karena aku, sungguh menikmati ini. Aku tak mau munafik, tapi semua ini
sungguh memabukkan.

Dan yang kulakukan sekarang, hanya bisa menikmati semua sentuhannya.
Sentuhan seorang Kim Jong In.

___________a_u_t_u_m_n__________

TBC~
Huahhh ‘0’
Gak nyangka bikin beginian -____-
Mohon RCL nya, itu saja …
Thanks..

Park Hye Na / Autumn / Nisa Utari *bow*

101 pemikiran pada “Sex Addict – Library (Chapter 2)

Tinggalkan Balasan ke riskɑ (@riskanorita_) Batalkan balasan