Goodbye Summer

Title : Goodbye Summer

Author : HCV_2 | Main cast : Shin Hye Jin (OC) & Byun Baekhyun

Other cast : Park Chanyeol & Kim Jongin

Genre : Romance, School life, Family, Friendship, Songfic

Length : Oneshoot | Rating : T

Descalimer : http://hcvelxfo.wordpress.com/

 

IMPORTANT TO READ : “THIS NOT FOR SILENT READERS!!”

Inspired by the song “F (x) ft D.O – Goodbye summer”

 Goodbye summer2-vert (1)

―――

 

Aku kembali teringat saat kita berbicara

Dengan saling berteriak di lorong sekolah

Aku tidak mengerti, semua terasa begitu menyenangkan

Kita bahkan melupakan bahwa itu merupakan sebuah hukuman

 

 

“TUNGGU!! JANGAN TUTUP GERBANGNYA!!”

Mendengar ada yang berteriak kearahnya, laki-laki paruh baya itu berbalik. Ia lihat seorang gadis berseragam sekolah tengah berlari kencang kearahnya. Dengan nafas tersengal-sengal gadis itu membungkuk sambil memegangi lututnya. Laki-laki yang berkerja sebagai satpam sekolah itu hanya menggeleng melihat gadis didepannya.

“Kau terlambat lagi?” tanyanya dengan nada heran. Gadis itu mendongak lalu tersenyum lebar.

Laki-laki itu menghela nafas, “Ini sudah yang kesekian kalinya Hye Jin-sshi”

“Maaf, hari ini aku bangun kesiangan lagi paman. Aku mohon ijinkan aku masuk” mohon gadis bernama Hyejin itu sembari mengusap-ngusap telapak tangannya. Dengan memasang ekspresi sememelas mungkin, berharap diketerlambatannya kali ini laki-laki itu mengizinkannya masuk kesekolah(lagi). Gadis itu memang sulit sekali menghilangkan kebiasaan bangun siangnya, bahkan saking seringnya ia terlambat membuatnya berteman baik dengan satpam sekolahnya.

“Ini sudah terlalu sering kau terlambat. Kalau paman terus saja membiarkanmu lewat, kau tidak akan pernah jera Hyejin’ah”

“Tapi paman, aku kesiangan karna semalaman mengerjakan tugas sekolah. Jadi aku mohon lepaskan aku untuk sekali ini. Kalau kau tidak melepaskan, itu sama saja membuatku mengerjakan hal yang sia-sia kan? Untuk apa aku begadang mengerjakan tugas kalau ternyata aku terlambat dan tidak bisa  masuk kesekolah. Toh tugasku juga tidak akan aku kumpulkan kan?” rungut Hyejin sambil bersedekap didada. Ia mempoutkan bibirnya seraya memasang wajah sedih. Sementara sang satpam masih diam sembari menimbang-nimang keputusannya. Sesekali Hyejin melirik laki-laki yang tengah berpikir itu, ia berdoa dalam hati berharap tipuannya kali ini berhasil.

“Baiklah, kali ini kau paman lepaskan” ucap laki-laki itu akhirnya, yang sontak membuat wajah gadis itu berbinar. “Tapi ingat, kalau besok kau terlambat lagi? Paman tidak akan melepaskanmu. Mengerti?”

Gadis berambut hitam panjang itu mengangguk mantap, “Beres! Paman tenang saja. Besok aku tidak akan terlambat lagi” ucap Hyejin sambil mengacungkan jempolnya. Ia pun segera berlari masuk setelah mendapat ijin dari satpam tersebut. Gadis itu berlari sekencang yang ia bisa untuk secepatnya sampai dikelas. Ia lirik jam yang melingkar cantik ditangan kirinya.

“Oke.. waktuku 5 menit untuk sampai sebelum Leeteuk songsaengnim sampai dikelas. Hyejin semangat” gumam Hyejin menyemangati dirinya sendiri sambil terus berlari menyusuri koridor sekolahnya. Dan ketika ia sampai diujung koridor kelasnya, matanya seperti melihat seseorang. Seseorang yang juga tengah berlari kencang dari ujung yang berlawanan. Yeoja itu menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Dan ia melongo ketika mendapati bahwa orang itu adalah teman sebangkunya.

“Hyejinnie cepat!! Leeteuk songsaengnim sebentar lagi sampai!” pekiknya memanggil Hyejin. Hyejin mengangguk lalu mempercepat langkahnya. Mereka sampai bersamaan lalu segera berlari menuju tempat duduk mereka. Nafas keduanya tersengal-sengal, dan semua teman sekelas mereka memperhatikan keduanya dengan wajah heran. Terutama dua teman didepan bangku mereka, kedua namja itu menggeleng.

“Kalian kompak sekali” ucap namja bersuara bass yang duduk didepan Hyejin.

Hyejin menghela nafas, “Heheh.. Tapi aku tidak tahu kalau ternyata Baekhyunnie juga terlambat” ucap Hyejin sambil menoleh kearah namja yang masih berusaha menetralkan nafas disebelahnya.

“Kau tidak tahu? Lalu bagaimana kalian bisa datang bersama?” tanya namja ber-nametag Park Chanyeol itu dengan kedua alis yang terangkat keatas.

“Kami bertemu dikoridor. Aku datang dari pintu depan, tapi sepertinya Baekhyunnie datang dari taman belakang”

“Kalau Hyejin aku tau pasti menipu paman Lee lagi. Nah kalau kau? Masuk lewat mana bisa datang dari taman belakang?” tanya namja berkulit gelap yang duduk disebelah Chanyeol.

“Aku memanjat tembok belakang sekolah Jongin’ah” ucap Baekhyun tersenyum lebar sambil menggaruk tengkuk lehernya. Membuat dua teman yang duduk didepannya berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sedikit malu karna kedapatan terlambat lagi. Akhir-akhir ini ia memang sering terlambat, berbeda dengan gadis yang duduk disebelahnya yang kebiasaan terlambatnya sudah akut.

“Selamat pagi anak-anak”

Suara berat seseorang seketika menghentikan suara riuh didalam kelas dan membuat semua perhatian siswa tertuju padanya.

“Selamat pagi” balas seluruh siswa pada guru matematika tersebut.

Semua siswa pun bersiap mengeluarkan buku pelajaran mereka. Namun tidak dengan Hyejin, ia malah memandangi teman sebangkunya sambil tersenyum. Entah kenapa ia malah merasa gembira. Ini kedua kalinya ia dan Baekhyun terlambat bersama. Sebelumnya mereka pernah terlambat bersama saat tahun ajaran baru sekolah. Ketika mereka pertama kali menginjakan kaki disekolah itu. Ia ingat saat itu adalah hari pertamanya jadi siswa sekolah menengah atas. Dan keterlambatan itulah yang membuat mereka bisa menjadi teman sebangku dan bisa menjadi teman dekat seperti sekarang. Saat dimana pertama kalinya ia merasakan degupan kencang didada ketika melihat seorang namja.

“Baiklah anak-anak, sekarang cepat kumpulkan tugas kalian”

Suara sang guru mengagetkan Hyejin dan membuatnya menghentikan lamunannya. Ia pun segera merogoh tasnya untuk mengambil buku tugas matematika. Namun matanya membelalak ketika ia tidak mendapatkan bukunya didalam tas. Ia mendadak panik dan langsung menggembur seluruh isi tasnya. Leeteuk songsaengnim adalah tipe guru yang tidak suka muridnya lupa membawa tugas, karna itu dia sudah bisa bayangkan bagaimana beratnya hukuman yang dia dapat jika ia benar-benar tidak membawa tugasnya hari ini.

“Kau kenapa?” tanya Baekhyun yang baru saja datang setelah mengumpulkan tugas. Ia mengernyit melihat Hyejin tertunduk sambil menutup wajahnya.

“Buku tugasku ketinggalan Baekhyunnie. Matilah aku sekarang”

 

Setelah hari itu.. Kita selalu bersama

Selalu bersama – sama kemanapun pergi seperti sikembar astro

Kau adalah aku dan aku adalah kamu

Bugh

 

Tumpukan buku tebal mendarat dimeja. Hyejin membelalak melihat tumpukan buku tersebut. Ia menghela nafas sambil meringis. Masih begitu banyak buku-buku tebal yang harus ia letakkan dirak tapi sang penjaga perpustakaan sudah membawa yang lebih banyak lagi, sepertinya wanita paruh baya itu sama sekali tak membiarkannya istirahat.

“Makanya lain kali kerjakan tugasmu. Sudah kelas tiga masih suka tidak membuat tugas..Tsk” ucap wanita berkaca mata itu sambil menatap sinis kearah Hyejin.

“Aku bukannya lupa mengerjakan, tapi aku lupa membawanya. Berapa kali aku harus bilang?” jawab Hyejin setengah kesal karna wanita yang terkenal killer itu terus saja mengejeknya. Tapi wanita itu hanya mendengus geli lalu berlalu meninggalkan Hyejin.Gadis itu kesal setengah mati, kenapa ia harus dihukum saat jadwal penjaga perpustakaan adalah wanita itu. Banyak yang tidak menyukainya, bahkan hari dimana ia bertugas bisa dipastikan pengunjung perpustakaan menurun drastis.

“Dasar freak” umpat Hyejin sambil kembali melanjutkan pekerjaannya.

Inilah hukuman yang ia dapat setelah mengaku kalau ia tidak membawa tugas sekolahnya. Ini pertama kalinya ia tidak membawa tugas di pelajaran Leeteuk songsaengnim, mungkin karna itu hukumannya tidak terlalu berat. Hanya membantu penjaga perpustakaan untuk menata buku-buku baru. Tapi entah kenapa setelah ia lihat jadwal penjaga hari ini, hukuman yang tidak berat itu mendadak berubah sangat berat.

“Ayolah Hyejin. Jika kau kerjakan tugas ini dengan cepat, maka dengan cepat pula kau bisa pergi dari neraka ini”

 

Kring

 

Kring

 

Bel berbunyi nyaring, menandakan jam pelajaran telah usai. Semua siswa menghabur keluar kelas untuk menikmati waktu istirahat mereka. Namun tidak untuk gadis bermata bulat itu, melihat masih begitu banyak buku yang tertumpuk dimeja membuat ia harus meratapi nasibnya. Hyejin menghela nafas berat sambil terus melanjutkan tugasnya. Dengan wajah lesu ia meletakkan buku-buku tebal itu dirak sesuai dengan kategorinya.

History?” ucap Hyejin membaca kategori dibuku yang ia pegang. Dahinya mengernyit lalu membaca satu persatu kategori pada rak didepannya. Hyejin melongo saat ia lihat tulisan kategori itu ada dibagian paling atas. Ia meringis sambil mengigit bibir bawahnya. “Tsk..menderitanya jadi gadis pendek” keluh Hyejin seraya berjinjit. Sambil berpegangan pada tepi rak, Hyejin berusaha meletakkan buku tebal itu.

“Ahh kenapa buku ini berat sekali” gumam Hyejin kesal. Cukup lama sampai ia mulai berhasil meletakannya namun ketika gadis itu sudah hampir berhasil, seketika matanya mebelalak melihat buku tebal lainnya mulai menghambur keluar rak.

“Ahhh—“

“AWAS!”

 

Bruak

 

Buku-buku itu berjatuhan kelantai. Menimpa manusia dibawahnya yang belum sempat melarikan diri. Namun Hyejin tak terlalu merasakan sakit ditubuhnya. Ada yang memeluknya dari belakang. Itu yang dia tahu, tapi siapa orang itu? Perlahan ia membuka matanya dan kedua mata indah itu membulat ketika ia menyadari seseorang itu adalah namja yang ia sukai.

“Baekhyunnie?”

“Kau tidak apa-apa?” tanya Baekhyun seraya memutar tubuh Hyejin menghadapnya. Dengan terbata gadis itu menganggukkan kepalanya. Mengetahui orang yang memeluknya adalah Baekhyun, membuat jantungnya berdegup kencang.

“Lain kali berhati-hatilah Hyejinnie” ucap Baekhyun sembari membersihkan seragam gadis itu. Sementara Hyejin masih diam ditempat, antara senang dan terkejut mendapat pelukan dari namja itu.

“Te-terimakasih Baekhyunnie” ucap Hyejin yang kemudian dibalas anggukan dan senyuman manis dari namja didepannya. Senyuman yang membuat Hyejin terhipnotis untuk ikut tersenyum. “Ah! Dahimu!” tunjuk Hyejin kedahi Baekhyun. Alis gadis itu terangkat ketika ia lihat dahi namja itu terluka.

“Ohh, tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil”

“Luka sekecil apapun kalau tidak segera diobati pasti bisa infeksi” sahut Hyejin sambil merogoh saku jas sekolahnya. Ia keluarkan plester luka, lalu memasangkannya didahi Baekhyun. Baekhyun tatap wajah cantik gadis itu lekat. Sangat dekat, wajah Hyejin tepat berada didepannya. Membuat namja itu mendadak salah tingkah ketika jantungnya mulai bertingkah abnormal.

“Selesai” ucap Hyejin bersemangat. Namun gadis itu ikut salah tingkah ketika menyadari bahwa Baekhyun tengah memandanginya. Suasana hening.. keduanya saling menatap kebenik masing-masing seolah mencari sesuatu didalamnya. Dan ketika sedang asik terpesona dengan wajah satu sama lain.

 

Plak

 

“Aduh!” ringis Hyejin. Tiba-tiba saja sebuah pukulan mendarat dikepalanya. Ia menoleh dan tersentak ketika wanita yang dijuluki monster penjaga perpustakaan sudah ada disebelahnya.

“Apa yang kalian lakukan?! Cepat bersihkan ini!”

 

 

Kau menangis begitu sedih sehari sebelum kelulusan

Layaknya seperi lelaki, kau memegang tanganku kuat

Sama seperti musim panas,

Kita tidak bisa mengatakan apa yang kita inginkan

Hanya, selamat tinggal

 

 

“Hahaha.. lagi pula siapa suruh pacaran diperpustakaan” celetuk Jongin ketika Hyejin menyelesaikan ceritanya. Namja berkulit hitam serta namja berbutuh tinggi didepannya malah tertawa terbahak mendengar peristiwa yang Hyejin dan Baekhyun alami diperpustakaan. Sementara Baekhyun hanya meringis dan Hyejin mempoutkan bibirnya kesal.

“Kami tidak pacaran” sahut mereka bersamaan. Jawaban kompak yang malah membuat Chanyeol dan Jongin semakin terbahak.

“Issh.. apanya yang lucu eoh?” dengus Baekhyun sambil menatap kedua temannya yang sedang asik tertawa dengan tatapan kesal. Hyejin menghela nafas panjang lalu berdiri.

“Kalian berdua berhenti tertawa!” pekik Hyejin sambil menjitak kepala kedua namja tersebut.

“Ya Shin Hyejin!” ringis Chanyeol dan Jongin kompak sambil mengelus kepala mereka yang terasa perih.

“Hmpph.. rasakan itu” cibir Baekhyun sambil terkekeh pelan. Dan kini gantian Chanyeol dan Jongin yang menatap kesal kearahnya. Baekhyun sama sekali tidak takut. Ia malah mehrong mengejek kedua temannya.

Hyejin pun kembali duduk lalu menghela nafas untuk menurunkan emosi, “Tapi.. tidak terasa ya? Sebentar lagi kita sudah akan menempuh ujian akhir. 3 tahun berlalu begitu cepat” ucap Hyejin seraya menyeruput jus jeruk yang dipesannya.

Chanyeol mengangguk, “Iya, padahal rasanya baru kemarin aku menertawai kalian yang dihukum karna terlambat dihari pertama masuk sekolah—“

“Hey Park Chanyeol? Kenapa bagian itu yang malah kau ingat?!” gerutu Baekhyun sambil melempar tisu kearah teman bertubuh jangkungnya itu. Tapi Chanyeol malah tersenyum lebar.

“Tapi bukankah itu kenangan bagus? Kalau saja kalian tidak terlambat mungkin kalian tidak akan sedekat ini sekarang” ucap Chanyeol menggoda Hyejin dan Baekhyun. Ia naik turunkan alisnya kearah kedua temannya yang mulai terlihat kesal lagi.

“Yeollie benar. Bisa duduk sebangku? Bisa jadi teman dekat? Itu karna apa? Karna waktu itu kalian datang terlambat kan?” lanjut Jongin mendukung Chanyeol. Mereka terkekeh kemudian ber-high five. Membuat dua teman didepan mereka semakin salah tingkah. Chanyeol dan Jongin memang sering kali menggoda mereka berdua. Bukan karna main-main. Tapi karna mereka lelah, lelah melihat kedua orang itu tidak kunjung jujur pada diri mereka masing-masing. Terlihat sangat jelas kalau mereka saling menyukai, tapi entah apa yang mereka tunggu. Hingga sekarang keduanya tidak mau mengakuinya.

“Ne ne baiklah, aku akui kalian benar. Sudah puas?” sahut Baekhyun malas sambil memutar bola matanya.

“Memang” jawab dua namja itu bersamaan sambil bersedekap didada. Mereka tersenyum bangga, senyuman mengejek yang membuat Baekhyun ingin sekali melempar wajah mereka dengan sepatunya.

“Oya? Tentang tren baru itu.. kalian tidak mengikutinya?” Hyejin menggeser gelas jusnya yang sudah kosong lalu menopang dagunya dimeja. Ia mengernyit ketika ia lihat kedua namja didepannya malah tersenyum penuh makna kearahnya.

Baekhyun mengangguk-anggukan kepalanya, “Menggandeng kekasih dihari kelulusan sebagai siswa SMA. Tidak akan disebut dewasa jika masuk universitas belum memiliki kekasih. Walau itu adalah tren bodoh tapi semua teman disekolah mengikutinya dan sedang gencar mencari kekasih.. Tsk

“Kenapa kau menyebut itu sebagai tren bodoh Baekhyunnie?” tanya Chanyeol asal sambil tersenyum menatap Baekhyun.

“Tentu saja bodoh. Tidak disebut dewasa hanya karna masuk universitas tapi belum memiliki kekasih? Memang apa hubungannya menjadi dewasa dengan masuk universitas dan memiliki kekasih eoh?”

Chanyeol mengendikkan bahu, “Kalau menurutku tren itu tidak bodoh. Tapi aku dan Jongin memiliki alasan lain kenapa kami tidak mengikutinya”

“Alasan apa?” tanya Hyejin dengan kedua alis yang terangkat keatas. Chanyeol dan Jongin tersenyum, sedetik mereka saling memandang lalu tersenyum penuh makna kearah Baekhyun dan Hyejin. Membuat kedua orang itu mulai merasakan firasat tidak enak.

“Karna kami tidak ingin punya pacar sebelum kalian resmi jadi kekasih” ucap mereka kompak yang sontak membuat Hyejin dan Baekhyun tersentak dan mendadak salah tingkah(lagi). Keduanya memilih diam dan tidak menanggapi. Bukan karna kesal, tapi karna tidak tahu harus menjawab apa. Mereka sendiri masih bingung kenapa sampai sekarang mereka belum berani mengakui perasaan mereka masing-masing. Sudah tiga tahun.. dan apa mereka akan menunggu hingga tahun ke-4? Mereka juga tidak tahu.

 

Drrrt

 

Drrrt

 

Merasakan ponselnya bergetar, Jongin merogoh saku celananya lalu membaca pesan yang masuk. Ia mendengus lalu memasukkan kembali ponselnya.

“Siapa?”

“Dari pelatih. Dia bilang hari ini kita ada latihan” jawab Jongin malas sambil bangun dari duduknya. Mata Chanyeol membulat mendengar jawaban Jongin.

“Kenapa tiba-tiba?! Dia bilang minggu ini tidak ada latihan” tanya Chanyeol lagi tidak percaya. Sementara Jongin hanya menjawabnya dengan mengendikkan bahu.

“Kenapa kalian masih saja ikut ekskul? Bukankah tiga minggu lagi kita sudah akan ujian akhir. Seharusnya kalian sudah keluar dari tim kan?” tanya Hyejin sambil menatap kedua namja yang mendadak lesu itu. Sepertinya mereka terlalu malas untuk berlatih.

“Pelatih Hong bilang siswa kelas tiga akan berhenti di 2 minggu sebelum ujian akhir. Jadi pertandingan minggu ini dia masih meminta bantuan kami” sahut Jongin sembari menyandang tas ranselnya.

“Ya sudahlah kalau begitu. Setidaknya ini adalah minggu terakhir kami di tim basket sekolah, jadi kami tidak mau meninggalkan kesan jelek. Kami latihan dulu ya?” ucap Chanyeol seraya berdiri yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh Baekhyun dan Hyejin.

“Semangat ya” Hyejin mengepalkan kedua tangannya bermaksut memberi semangat pada Jongin dan Chanyeol yang mulai berjalan menjauh. Mereka tersenyum sambil melambaikan tangan.

“Nikmatilah waktu berdua kalian!” pekik Jongin sambil tertawa.

“Diam dan pergilah!” balas Baekhyun kesal sambil menatap tajam kearah Jongin dan Chanyeol yang tertawa terbahak. Ia menghela nafas lalu kembali menyeruput jusnya yang belum juga habis. Entah kenapa suasana menadadak kaku. Dua pembuat onar itu pergi, meinggalkan dua orang yang mulai merasakan debaran didada masing-masing. Tidak biasanya mereka sekaku ini, tapi pesan terakhir Jongin tadi yang entah kenapa membuat mereka merasa canggung.Nikmati waktu berdua? Apa itu?

Cukup lama keduanya memutar otak mencari topik pembicaraan. Sampai akhirnya Hyejin yang memulainya, “Tiga minggu lagi sudah ujian akhir. Tapi masih banyak sekali materi yang belum aku mengerti Baekhyunnie. Bagaimana ini? Aku jadi tidak yakin bisa lulus dengan nilai baik” keluh Hyejin sambil membenamkan wajahnya dimeja.

“Memang pelajaran apa yang belum kau mengerti?”

Mendengar pertanyaan Baekhyun, Hyejin seketika mendongak. “Eh? Lucu kau bertanya seperti itu pada siswi bodoh sepertiku Baekhyunnie” ucap Hyejin sambil menghela nafas. “Disetiap pelajaran eksak, hampir setengahnya belum aku mengerti. Karna waktu yang singkat semua guru jadi kejar materi. Bagaimana siswanya bisa mengerti? Iya kalau semua siswa sepintar dirimu, kalau lebih banyak yang semacam aku bagaimana?” rungut Hyejin sambil mempoutkan bibirnya. Baekhyun malah tersenyum melihat keluhan dengan ekspresi imut itu.

“Kenapa malah tersenyum? Kau meledekku ya?”

“Eh? Aniyaa. Aku tersenyum karna kau terlihat lucu seperti itu. Aku jadi gemaassss” tandas Baekhyun seraya mencubit kedua pipi Hyejin. Refleks Hyejin pun memukul-mukul tangan Baekhyun agar melepas cubitannya.

“Ya! Appo Baekhyunnie” rungut Hyejin sambil mengerlus-ngelus pipinya yang memerah.

“Baiklah kalau begitu. Aku punya menawaran bagus untukmu Hyejinnie” ucap Baekhyun sambil tersenyum simpul.

“Apa?”

“Selama tiga minggu ini aku akan menjadi guru privatmu. Aku akan mengajarimu apapun yang belum kau mengerti. Bagaimana?”

“Guru privat? Sama seperti saat kau menjadi guruku di detik-detik ujian kenaikan kelas tahun lalu ya?” Hyejin mendadak antusias. Wajahnya berbinar dan terlihat sangat senang. Tentu saja, mendapat guru privat setampan Baekhyun. Siapa yang tidak senang?

Baekhyun mengangguk mantap, “Iyups.. kau mau?”

“Tentu saja!”

 

Atas nama teman, aku sungguh benci situasi itu

Perasaan yang aku sembunyikan masih selalu teringat

Sebagai kenangan menyakitkan

 

“Ahhh! Apa ini?! Kenapa aku tidak bisa menemukan jawabannya?” keluh gadis berkuncir kuda yang duduk dibawah pohon bunga sakura yang tengah bermekaran. Ia merungut sambil mencorat-coret rumus yang ia tulis dibuku orak-oreknya.

Baekhyun menghela nafas, “Biar aku lihat” setelah ia letakkan buku biologi ditangannya, ia ambil buku yang sedang sibuk Hyejin corat-coret. Ia perhatikan rentetan rumus yang Hyejin kerjakan untuk menjawab soal  tentang gaya gravitasi itu. Sementara Hyejin hanya memperhatikkan Baekhyun yang sedang serius mencari letak kesalahan dari rumusnya. Gadis itu menahan nafas saat Baekhyun akhirnya menoleh.

“Kenapa tidak belajar dari kesalahan eoh?”  ucap namja itu yang hanya dibalas kerutan bingung didahi Hyejin. Baekhyun menghela nafas ketika ia tatap tatapan innocent gadis berambut panjang itu.

“Kau seharusnya menggunakan rumus sinus bukan cosinus. Lagi pula untuk menghitung sinus kuadrat, kau seharusnya mencari nilai sinusnya dulu baru dikali dua. Bukan dikali dua dulu baru kau cari nilainya” Baekhyun berusaha menjelaskan dengan nada yang lembut. Walau ia sebenarnya cukup kesal, karna gadis itu terus saja mengulangi kesalahan sepele yang sama. Hyejin hanya meringis sambil tersenyum lebar. Bukan terlihat manis seperti senyum yang biasanya, tapi lebih terlihat seperti senyum idiot Chanyeol.

“Maaf Baekhyunnie.. aku kurang teliti hehe. Kalau begitu biar aku ulangi” Hyejin rebut buku orak-oreknya dari tangan Baekhyun lalu segera memperbaiki kesalahannya. Baekhyun hanya menggeleng memperhatikan gadis didepannya itu.

Ia sudah menepatinya janjinya, selama tiga minggu ia akan menjadi guru privat untuk sahabat yang menarik hatinya itu. Dan ini sudah berjalan 1 minggu. Cukup sulit memang mengajari rumus-rumus pelajaran eksak pada orang seceroboh Hyejin. Tidak.. gadis itu sama sekali tidak bodoh, bahkan otaknya termasuk cepat dalam menganalisis soal. Tapi kecerobohannya-lah yang terus membuatnya melakukan kesalahan sepele. Dan itu sangat membuat Baekhyun gemas.

Mereka memutuskan untuk melaksanakan pelajaran tambahan sepulang sekolah. Ditempat favorite mereka yaitu dibawah sebuah pohon sakura ditaman belakang sekolah. Lokasinya cukup tersembunyi dibelakang semak-semak tinggi, namun sangat nyaman dan teduh, membuat mereka setiap harinya selalu datang diwaktu istirahat ataupun diwaktu seggang mereka disekolah ketempat itu. Walau Baekhyun merasa agak janggal, saat dimana teman-teman mereka sudah beristirahat dirumah sepulang sekolah, dia malah menggunakan waktunya untuk menjadi guru privat Hyejin. Tapi ia sama sekali tidak merasa lelah, karna bisa bersama Hyejin ditempat penuh kenangan itulah yang malah membuatnya menemukan semangat. Melihat senyum Hyejin ketika ia berhasil mengerjakan soal, melihat gadis itu merungut ketika ia tak menemukan jawabannya. Ia takut tidak bisa melihat pemandangan manis itu lagi setelah mereka lulus nanti.

“Akhirnya..” ucap Hyejin setengah berteriak seraya menyilang option  A pada soal No.5 dibuku fisikanya. Wajahnya nampak berbinar dan senyum manisnya mengembang. Senyum yang satu itu.. senyum manis itulah yang paling Baekhyun sukai. Seketika jantung Baekhyun berdetak cepat melihat pemandangan indah didepannya. Namun karna takut ketahuan gugup, Baekhyun segera mengalihkan perhatian kembali pada bukunya.

“Haah.. masih ada 20 soal lagi”

“Kerjakan sampai selesai”

“Iyaya aku tahu” sahut Hyejin sambil membalik halaman bukunya mencari bagian yang kosong. “Apa privat kita hari ini hanya menjawab 25 soal ini saja Baekhyunnie?” lanjut Hyejin bertanya pada namja yang berusaha fokus pada bacaannya itu. Namja itu menjawabnya dengan sebuah anggukan kepala, berusaha untuk tetap tenang. Walau jika diperhatikan, terlihat jelas kalau namja itu mulai gugup.

Suasana hening terbentuk, Baekhyun melirik gadis disebelahnya yang terlihat sedang sibuk dengan soal-soal fisikanya. Jantungnya masih berdegup kencang, tapi perlahan ia mulai menikmati debaran itu. Tanpa Hyejin sadari, namja cantik itu menatap lekat wajah manisnya. Angin musim gugur bertiup pelan, menerbangkan sisa-sisa helai rambut Hyejin yang terlepas dari kuncirannya. Membuat Baekhyun semakin tak bisa melepaskan pandangannya dari Hyejin.

“Baekhyunnie?” ucap Hyejin tiba-tiba memecah keheningan. Baekhyun tersentak lalu dengan sigap menatap kembali bukunya. Berpura-pura membaca sembari membolak-balikkan halaman.

“Ne?” jawabnya tenang.

“Besok kan Jongin dan Chanyeol akan bertanding basket. Aku ingin sekali kita datang dan memberi mereka semangat. Pertandingan kali ini adalah pertandingan terakhir mereka sebagai anggota tim basket SMA kita, jadi aku yakin mereka ingin lakukan yang terbaik” Hyejin meletakkan pensilnya lalu memandang Baekhyun. “Lagi pula besok hari minggu Baekhyunnie. Kita datang kan?” tanya Hyejin dengan tatapan penuh harap. Baekhyun menghela nafas lalu menutup buku yang― pura-pura ia baca.

“Umh.. Bagaimana kalau bertaruh?”

Alis Hyejin terangkat, “Apa?”

“Kerjakan 20 soal itu tanpa bantuanku. Kalau bisa benar setidaknya 10 soal, besok kita akan pergi dan bersenang-senang—

“Kalau tidak?”

―Kita tetap pergi tapi setelah itu, kau harus ikut privat..” sahut Baekhyun sambil tersenyum simpul.

“Ah.. kalau itu sih masalah mudah Baekhyunnie” jawab Hyejin cepat sambil menjentikkan jarinya enteng. Syaratnya hanya itu? Baginya itu bukanlah syarat, tapi hadiah. Bukankah ia menyukai Baekhyun? dan guru privatnya adalah namja itu. Kapanpun dan dimanapun, harus privat dengan Baekhyun dia tidak akan menolak.

“Tapi tidak hanya itu” sela Baekhyun tiba-tiba ditengah khayalan bahagia Hyejin. Hyejin tersentak lalu menoleh.

“Ada lagi Baekhyunnie?”

Baekhyun menangguk, “Besok kau tidak privat sendiri. Tapi harus mengajak Jongin dan Chanyeol untuk bergabung. Bukankah mereka juga butuh banyak pelajaran tambahan setelah seringnya dispensasi mereka disekolah?”

“Mwo? Mana mungkin mereka mau. Apalagi setelah pertandingan. Mereka pasti sangat lelah Baekhyunnie. Mereka bisa mengamuk kalau langsung kau jejali dengan rumus matematika atau kimia—“

“Makanya sekarang berhenti mengeluh dan kerjakan soal-soal itu dengan benar. Selamatkanlah dua temanmu itu. Hmm?”

Hyejin mengedipkan mata berulang kali memikirkan tantangan namja itu. Cukup takut kalau nanti akhirnya ia kalah dan harus menyusahkan dua temannya itu. Hanya beberapa detik, lalu ia menghela nafas. Gadis itu mengangguk sambil mengacungkan pensilnya tepat didepan wajah Baekhyun.

“Aku pasti bisa” ucapnya mantap.

“Semoga berhasil” sahut Baekhyun sambil mengedipkan sebelah matanya.

 

 

Foto – foto yang tidak bisa menjelaskan status kita

Hanya berupa tumpukan cerita memilukan

Maafkan aku, dimusim panas ini,

Sekarang, Selamat tinggal

 

 

Tok

 

Tok

 

Baekhyun terkesiap ketika tiba-tiba suara ketukan pintu kamarnya terdengar. Sedetik ia berhenti menulis lalu menoleh kebelakang.

“Baekhyunnie? Boleh ayah masuk?”

“Iya yah, masuklah. Pintunya tidak dikunci” seru Baekhyun seraya kembali melanjutkan kegiatan belajarnya. Perlahan ia mendengar suara langkah kaki memasukki kamarnya. Ia menoleh sebentar sambil tersenyum pada ayahnya lalu kembali menulis.

“Kau sedang belajar?” tanya laki-laki paruh baya itu seraya duduk ditepi ranjang putranya.

Baekhyun mengangguk, “Ne.. dua hari lagi kan aku sudah ujian”

“Ahh iya benar. Kalau boleh tau pelajaran apa itu?”

“Pelajaran kimia”

Ayahnya menghela nafas, “Tsk..Dulu ayah paling tidak suka dengan pelajran kimia” ucap laki-laki berwibawa itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kenapa?”

“Karna ayah tidak mengerti”

“Hmpph.. alasan yang bodoh”

Tuan Byun tersenyum lembut lalu menepuk pundak Baekhyun, “Ayah senang kau rajin belajar Baekhyunnie. Ayah jadi ingat saat ayah masih seusiamu dulu. Ayah juga sering belajar semalaman jika sudah dekat hari ujian. Dulu ayah bahkan dijuluki si kutu buku karna selalu membawa buku kemana-mana” ucap tuan Byun sambil tersenyum mengingat-ingat masa lalunya. Baekhyun terkekeh lalu berbalik menghadap ayahnya.

“Jadi kebiasaanku ini tertular dari ayah? Pantas saja, setiap hari rasanya aku juga tidak bisa kalau tidak membaca buku. Tapi bagusnya aku bisa mengatur waktu membacaku jadi aku tidak sampai dijuluki sikutu buku seperti ayah hihihi”

“Hahaha.. kau tau? Kalau saja tidak ada ibumu mungkin sekarang ayah sudah menjadi bujang lapuk yang hanya berkutat dengan buku-buku yang ayah punya” ucap tuan Byun sedikit berbisik ditelinga putranya. Baekhyun hanya terkekeh mendengar lelucon ayahnya.

Tsk.. sayangnya wajahku terlalu tampan yah. Jadi aku tidak mungkin bernasib seperti ayah, karna ada begitu banyak gadis–gadis disekolah yang menyukaiku” sahut Baekhyun bangga sambil bersedekap didada. Ia mengelus-elus dagunya sombong, membuat ayahnya tergelak. Baekhyun hanya tersenyum. Entah kenapa begitu senang melihat tawa ayahnya. Suasana ini.. suasana yang jarang ia dapatkan. Karna kesibukan ayah dan ibunya membuatnya jarang berkumpul dengan orangtuanya, jangankan bercanda bersama terkadang dalam sehari saja mereka bisa tidak bertemu sama sekali.

“Yang pasti wajah tampan ini bukan turunan dari ayah. Tapi dari ibu” lanjut Baekhyun sambil mengedipkan sebelah matanya. Ayahnya mengangguk sambil mengelus puncak kepala putra satu-satunya itu.

“Iyaya ayah tau. Ibumu memang sangat cantik, pantas kalau dia punya anak setampan dirimu” tuan Byun tersenyum simpul. Senyuman teduh yang sangat Baekhyun suka. Ia rasa ayahnya bohong jika beliau bilang hanya ibunya yang jatuh hati pada laki-laki itu, karna menurut Baekhyun ayahnya sangat tampan.

“Tapi ngomong-ngomong ada apa ayah menemuiku? Pasti ingin membicarakan hal penting kan?”

Tuan Byun tersentak dengan kedua alis terangkat, “Kau tahu? Wah saking pintarnya kau bahkan bisa menebaknya Baekhyunnie” laki-laki itu menggeleng heran sambil menepuk-nepuk pundak putranya.

“Ayolah yah jangan belebihan. Orang sesibuk ayah meluangkan waktu menemuiku pasti karna ada hal penting” sahut Baekhyun yang seketika membuat ayahnya tertegun. Sepersekian detik laki-laki itu terdiam mendengar ucapan putranya.

“Kau berpikir begitu?”

Baekhyun mengernyit, “Apa?”

“Seperti itukah kau berpikir tentang ayahmu? Apa ayah sesibuk itu sampai menemuimu hanya untuk hal penting?” ucap tuan Byun yang seketika membuat Baekhyun membulatkan matanya, baru menyadari sepertinya dia salah bicara.

“Ah bukan begitu yah.. aku hanya—“

“Ayah minta maaf”

“Kenapa ayah harus minta maaf? Ayah tidak melakukan kesalahan apapun”

“Tidak, ibumu benar.. kami terlalu sering meninggalkanmu. Kau tahu ibumu sering marah-marah karna kami terlalu sering bekerja. Ia sering mengomeli ayah agar sesekali mengambil cuti sehingga kita bisa berkumpul bersama. Tapi ayah tak pernah sempat. Maafkan ayah Baekhyunnie” ucap tuan Byun dengan nada menyesal. Seketika namja berwajah cantik itu merasa bersalah. Logikanya yang terlalu realistis itu ternyata malah menyinggung perasaan ayahnya.

Baekhyun tersenyum, “Ayah jangan bicara begitu. Aku tahu ayah bekerja keras juga untuk diriku kan? Tidak apa-apa.. aku sudah besar yah. Aku sangat mengerti posisi ayah” ucap Baekhyun lembut yang dibalas senyuman dari ayahnya. Baekhyun menghela nafas lega. Ayahnya lalu mengangguk dan wajahnya berubah serius.

“Baiklah, sekarang ayah akan mengatakan tujuan utama ayah mengganggumu belajar malam ini..” tuan Byun mengehela nafas lalu menatap wajah putranya. Tatapan yang membuat Baekhyun mengernyit. “Ayah ingin kau kuliah ke Jepang Baekhyunnie”

Baekhyun tertegun, matanya membulat dan alisnya terangkat. Cukup terkejut mendengar keinginan ayahnya. Kenapa mendadak ingin dia sekolah ke Jepang? Bukankah ayahnya pernah bilang akan membebaskannya memilih universitas?

“Eh? Untuk apa jauh-jauh ke Jepang? Aku bisa masuk unversitas bisnis diKorea kan? Lagi pula ayah pernah bilang akan membebaskanku” sahut Baekhyun cepat, sedikit keberatan dengan keinginan ayahnya. Sekolah keJepang maka itu berarti ia harus meninggalkan Seoul, dan meninggalkan Seoul berarti dia harus meninggalkan sahabat-sahabatnya. Ia tentu saja tidak mau, bukankah salah seorang sahabatnya itu adalah orang yang saat ini menguasai hatinya? Bagaimana bisa ia meninggalkan orang itu? Maka itulah sebab utama mengapa ia menolak keras jika ayahnya ingin dia sekolah keluar negri.

“Tapi akan lebih baik kalau kau sekolah disana. Keluarga kita secara turun menurun sekolah diunversitas yang sama. Kau tahu kan kakekmu juga ingin kau sekolah disana?”

“Tapi ayah aku—”

“Ayah tidak akan memaksamu Baekhyunnie. Tapi ayah ingin kau mempertimbangkannya. Kau tahu kan kakekmu sangat menaruh harapan besar padamu? Jadi ayah harap kau tidak mengecewakannya” tuan Byun menghela nafas seraya berdiri. Ia menepuk pundak Baekhyun lalu mengelus kepala putranya lembut. Raut wajah Baekhyun berubah sedih sekaligus bingung. Ia mendongak lalu menatap ayahnya.

“Pikirkan baik-baik” ucap ayahnya sebelum akhirnya meninggalkan kamar Baekhyun. Setelah ayahnya menghilang dibalik pintu, Baekhyun menghela nafas lalu mengusap-usap wajahnya.

“Haruskah aku pergi?”

 

Apa yang harus kukatakan?

Tidak ada permainan tersisa

Aku tidak tahu harus bermain apa

Seharusnya aku mengungkapkan semua itu

Memintamu untuk tetap tinggal

 

“Haaah!! Tadi itu soal apa? Apa seorang professor yang membuatnya?! Rambutku hampir habis karna rontok!” umpat Hyejin frustasi sembari mengacak-ngacak rambutnya yang terurai panjang. Ia benamkan wajahnya pada kedua tangannya yang terlipat dimeja.

Chanyeol menghela nafas berat, “Benar. Hari pertama saja sudah begini bagaimana besok dan seterusnya? Kepalaku mungkin sudah pecah” keluh Chanyeol sambil menopang dagunya dimeja. Jongin yang duduk didepan Chanyeol juga terlihat mengangguk-anggukan kepalanya setuju.

Hari ini hari pertama ujian akhir mereka, ujian yang menentukan kelulusan mereka nantinya. Wajah ketiga manusia itu terlihat kusut. Terlihat jelas kalau mereka kesulitan menjawab soal kimia tadi. Tapi seperti biasa tidak untuk Baekhyun. Semua tahu kalau dia anak berotak superior yang pasti bisa menjawab dengan  enteng soal-soal kimia tadi. Namun wajah namja itu malah terlihat sendu. Seperti ada beban dihatinya.

Sementara ketiga temannya sibuk mengeluarkan kekesalan mereka, Baekhyun hanya diam. Bukan karna frustasi seperti yang lainnya, namun ia sedang gundah memikirkan permintaan ayahnya yang sejak semalam terus menghantuinya.

“Andai aku punya otak seperti Baekhyunnie. Aku pasti tidak perlu seputus asa ini..” ucap Hyejin sambil mendongakkan kepalanya menatap Baekhyun yang duduk didepannya. Tapi ia mengernyit melihat Baekhyun. Tatapan mata namja itu terlihat kosong.

“Baekhyunnie kau kenapa?” tanya Hyejin pelan sambil menyentuh lengan Baekhyun. Otomatis namja itu terkesiap lalu mengembalikan kembali kesadarannya.Namja itu terlihat kebingungan melihat ketiga temannya menatapnya heran. Tentu saja.. tadi dia melamun, sama sekali tak menyimak pembicaraan.

“Kau terlihat aneh. Sejak tadi pagi kau melamun terus..” raut wajah Hyejin terlihat cemas. Sejak pagi tadi, Hyejin sudah merasa ada yang aneh pada namja itu. Baekhyun tidak terlihat seperti biasanya. Dia berubah pemdiam dan terlihat murung, bukan Baekhyun yang biasanya cerewet.

Jongin mengangguk, “Hyejinnie benar. Kau tidak sedang sakit kan?”

“Apa? Tentu saja tidak. Aku baik-baik saja. Mungkin aku hanya kelelahan karna semalaman belajar kemarin” tandas Baekhyun berbohong. Entah kenapa ia tidak ingin teman-temannya mengetahui masalahnya. Tidak mau membuat teman-temannya juga merasa tidak nyaman. Mungkin.. sampai ujian akhir berakhir nanti. Baekhyun hanya tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya. Senyum kaku yang malah membuat Hyejin makin curiga. Ia tahu.. sikap Baekhyun ini tidak wajar jika memang keadaannya baik. Pasti sedang ada yang dia pikirkan.

“Eh? Kau belajar semalaman? Untuk apa?! Bukankah kau sudah pintar. Kalau aku jadi kau, aku tidak akan membuang-buang waktuku untuk mempelajari hal-hal yang sudah kukuasai” ucap Jongin enteng. Membuatnya mendapat cibiran dari Chanyeol.

“Itu sudah jelas. Kau dan Baekhyun berbeda. Dan lihat, prinsip bodoh seperti itulah yang membuatmu sama sekali tidak berkembang seperti sekarang Jong”

“Biar saja. Untuk jadi desaigner aku tidak butuh rumus fisika atau kimia dalam membuat rancanganku kan? Jadi tidak kukuasai pun tidak masalah”

“Dasar bodoh” ucap Chanyeol sambil memukul kepala belakang Jongin yang otomatis membuatnya meringis. Jongin mengelus kepalanya yang terasa perih karna pukulan keras tangan kekar Chanyeol sambil menatap tajam namja itu.

“Kenapa memukulku?!”

“Karna aku kesal jika temanku bodoh”

“Yang bodoh kan aku, kenapa kau yang kesal?!”

Chanyeol dan Jongin terus bersautan. Tidak sadar jika dua temannya yang lain hanya diam. Baekhyun nampak berpikir, sementara Hyejin menatap Baekhyun dengan tatapan bingung. Benar-benar merasa ada yang tidak beres pada namja itu. Tapi Chanyeol akhirnya sadar. Ia melirik Hyejin yang sedang menatap Baekhyun lalu mengalihkan pandangannya pada Baekhyun. Ia mengerti.. Baekhyun sedang ada masalah yang tidak bisa ia katakan secara terang-terangan. Ia dan Baekhyun sudah berteman sejak di taman kanak-kanak, ia sangat mengenal namja itu.

“Sebentar lagi waktu istirahatnya selesai. Kalian tidak ingin membeli makan atau minuman?” tanya Chanyeol dengan nada cukup keras. Bermaksut agar Hyejin dan Baekhyun tersadar namun sayang usahanya sia-sia.

“Aigoo! 10 menit lagi. Aku ingin beli minuman. Kalian tidak ada yang mau membeli sesuatu?” ucap Jongin setelah melirik jam tangannya. Namun ia mengernyit ketika tak ada respon dari dua teman yang ia tanya. Sedetik dia dan Chanyeol saling menatap lalu mengangguk bersamaan.

Jongin menepuk pundak Hyejin yang sontak membuat Hyejin terksiap. “Ayo antar aku membeli minuman” tanpa persetujuan dari Hyejin, Jongin sudah menarik tangan gadis yang masih nampak bingung itu. Mereka berjalan menuju mesin minuman yang ada diujung kantin. Meninggalkan Chanyeol dan Baekhyun berdua. Chanyeol menepuk pundak sahabatnya pelan.

“Ada apa?”

Baekhyun menoleh lalu tersenyum simpul. “Sudah kubilangkan aku tidak—“

“Jangan berbohong. Kita sudah bersahabat selama 11 tahun, kau ingatkan? Ceritalah jika kau sedang ada masalah”

Baekhyun menyerah, memang tidak seharusnya dia memendam ini sendirian. Terlalu berat. Bukankah lebih baik mencari solusi dari pada kebingungan sendirian?

“Ayahku memintaku untuk melanjutkan sekolah ke Jepang Yeollie..” ucap Baekhyun sambil menunduk dan menghela nafasnya. Chanyeol mendelik mendengar ucapan Baekhyun.

“Kenapa? Kau bilang kau dibebaskan memilih universitas”

“Iyaa. Sebenarnya ayahku juga tidak memaksa. Dia hanya bilang dia dan kakekku ingin aku kuliah ditempat yang sama dengan keturunan keluargaku yang lain. Dia bilang tidak apa-apa jika aku menolak. Tapi.. mengingat tatapannya saat mengatakan keinginannya itu membuatku tak kuasa. Walau tak ia ungkapkan tapi terlihat jelas bahwa dia menaruh harapan besar padaku..”

“Lalu bagaimana keputusanmu?”

Baekhyun menggeleng lemah lalu mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang tengah sibuk bertengkar dengan seorang namja hanya untuk memilih minuman dipojok kantin. Chanyeol yang mengikuti arah mata Baekhyun mengangguk mengerti.

“Kalau begitu cepat katakan padanya Baekhyunnie” ucap Chanyeol lembut yang seketika membuat Baekhyun menoleh. Ia tatapan kedua mata bulat Chanyeol kemudian menunduk.

“Aku tidak bisa..”

Chanyeol menghela nafas sambil mengalihkan pandangannya kesamping, “Kenapa? Karna kau merasa belum yakin? Iya?” tanya Chanyeol dengan nada yang terdengar mulai emosi.

“Yeollie aku—“

“Lalu kapan kau akan siap eoh? Saat kau sudah kehilangan dirinya?” nada Chanyeol mulai meninggi, Baekhyun menoleh lalu menatap Chanyeol. Cukup terkejut dengan kata-kata namja tinggi itu. Chanyeol nampak kesal? Benar.. Baekhyun tahu itu. Namja itu pasti kesal karna sudah berulang kali mendengar jawaban yang konyol setiap kali dia membahas masalah ini. ‘Karna merasa belum siap’ itulah jawaban yang ia dapat setiap kali menanyai Baekhyun tentang masalah kisah cintanya ini. Jujur.. Baekhyun sendiri pun kesal. Kenapa ia terus merasa takut untuk mengungkapkannya pada gadis itu?

“Kau tahu kalau kau menyukainya. Kau tahu kalau kau tidak bisa kehilangan dirinya. Lalu mengapa tidak kau coba untuk membuatnya menjadi milikmu? Bukankah itu akan membuatmu merasa lega?”

“Aku tahu. Tapi aku—“

“Kesempatan tidak datang dua kali Baekhyunnie. Jangan buat penyesalan tertarik untuk mendatangi dirimu nanti. Pikirkan baik-baik” ucap Chanyeol sambil menepuk pundak sahabatnya. Baekhyun menghela nafas berat lalu mengangguk.

“Jangan katakan ini pada Hyejin dulu. Aku ingin dia mengikuti ujian dengan tenang”

Sepersekian detik Chanyeol terdiam lalu mengangguk ragu, “Baiklah..”

 

 

Semua itu hanya membuatku sedih,

Rentetan kalimat yang tidak bisa kuucapkan

Dan cerita kitapun berakhir ketika semua belum dimulai

 

“Akhirnya ujian selesai!! Yuhuuu” teriak Jongin sambil mengangkat kedua tangannya. Semua orang dikelas juga menyambut gembira berakhirnya ujian akhir mereka. Semua bersorak sorai sambil membersihkan meja mereka. Semuanya.. termasuk Hyejin dan Baekhyun yang ikut tersenyum melihat keriuhan teman-teman sekelas mereka. Namun tak bertahan lama.. senyum Baekhyun hilang lagi. Hyejin yang melihat itu pun mengernyit. Sungguh dia penasaran setengah mati, apa yang terjadi pada Baekhyun akhir-akhir ini sebenarnya?

“Hyejinnie? Baekhyunnie? Bagaimana kalau kita rayakan hari bahagia ini?!” ucap Chanyeol antusias sambil menyandang tasnya seraya menoleh kebangku Hyejin dan Baekhyun. Keduanya hanya diam sambil tersenyum.

Jongin mengangguk, “Iya.. bagaimana pun ini harus dirayakan!” seru Jongin bersemangat sambil mengepalkan kedua tangannya.

“Aku setuju saj—“

“Kalau hari ini aku tidak bisa” jawab Baekhyun yang seketika memotong ucapan Hyejin. Ketiga temannya menoleh dengan tampang kecewa.

“Kenapa? Kau ada acara?”

“Ne.. aku ingin latihan bernyanyi untuk acara kelulusan nanti” jawab Baekhyun santai sambil berdiri dan menyandang tas ranselnya. Jawaban yang membuat tatapan ketiga temannya berubah heran.

“Apa? Hari kelulusan masih 2 bulan lagi Baekhyunnie. Kau mau latihan sekarang?!” tanya Chanyeol dengan nada heran. Mata bulat namja jangkung itu semakin membulat.

Baekhyun tersenyum simpul, “Apa salahnya mempersiapkan segala sesuatu dari sekarang? Penampilanku nanti adalah penampilan terakhirku disekolah ini jadi aku ingin menampilkan yang terbaik” jawab Baekhyun santai sambil menatap ketiga temannya bergantian. “Kalau kalian mau pergi. Pergi saja bertiga” ucap Baekhyun sambil mengangguk lalu berjalan pergi keluar kelas. Ketiga manusia yang ditinggalkan mengernyit lalu saling menatap.

Hyejin menghela nafas, “Ada apa dengannya sebenarnya?!” ucap Hyejin frustasi sambil menggaruk kepalanya.

Jongin berdecak sambil bersedekap didada, “Ini pasti karna masalah itu” ucap Jongin yang seketika membuat Hyejin menatapnya bingung. Berbeda dengan Chanyeol yang langsung menyikut namja ceroboh itu. Jongin tersentak lalu menatap Chanyeol yang menatap tajam kearahnya. Jongin hanya meringis saat menyadari kesalahannya.

“Masalah apa?” tanya Hyejin cepat sambil menyelidik kearah dua temannya.

“Umhh.. masalah..”

“Cepat katakan. Dia sedang ada masalah apa?” tanya Hyejin tidak sabar dengan tatapan menuntut yang semakin membuat Jongin gugup. Namja itu bingung harus menjawab bagaimana. Ia lupa kalau masalah itu belum bisa dipublikasikan. Maka dari itu ia harus mencari alasan untuk menyangkal.

“Dia sedang ad—Ahh dia bilang dia kesulitan menjawab soal fisika yang kemarin dan dia takut kalau nilai ujian fisikanya anjlok” itulah jawaban yang keluar dari otak namja berkulit gelap itu. Ia berusaha menjawab senatural mungkin, namun jawabannya terdengar konyol. Hyejin mengernyit.

“Apa iya?”

“Ya sudahlah. Mungkin Baekhyun memang sedang tidak ingin pergi. Kita pergi bertiga saja bagaimana?” sela Chanyeol berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Yeollie benar.. pergi bertiga apa salahnya?” Jongin mengangguk-anggukan kepalanya setuju sambil tersenyum kearah Hyejin. Berusaha menyembunyikan kecerobohannya. Hyejin tatap dua namja didepannya bergantian, tatapan yang mengisyaratkan kecurigaan. Tapi dua namja itu hanya tersenyum lebar. Hyejin menghela nafas lalu berdiri.

“Kalian pergilah berdua. Aku ingin menemani Baekhyunnie”

“Tapi Hyejinnie” cegat Chanyeol sambil menahan tangan Hyejin yang beranjak pergi.

“Kalau kalian tidak mau, tunggulah sampai hari minggu. Kita akan rayakan berempat. Otte?” ucap Hyejin sebelum akhirnya ia melepaskan tangannya dari genggaman Chanyeol. Ia berjalan keluar kelas lalu segera berlari ketempat dimana ia pikir bisa menemukan namja yang beberapa hari terakhir ini membuat hatinya gelisah.

Hyejin berlari menuju ruang musik dilantai dua sekolahnya. Tempat dimana namja yang memiliki suara merdu itu sering berlatih. Sekolah nampak sudah sepi, mungkin karna semua siswa kelas 3 sudah pulang. Langkah kaki Hyejin terdengar menggema dikoridor sekolah. Samar-samar gadis itu mendengar lantunan lagu terdengar saat ia tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai diruang musik. Ia kenal.. itu suara Baekhyun, dan lagu itu adalah lagu yang sering Baekhyun nyanyikan untuknya.

Dilahirkan di negara yang sama
Berbicara dalam bahasa yang sama
Kita sangat beruntung, keberutungan yang bagus 

Tidak ada yang pasti di dunia ini

Pada hari itu aku mengenakan pakaian bagus
Aku bertemu denganmu, aku beruntung 

Itu karena aku melakukan yang baik di masa lalu

Hyejin tersenyum ketika mendengar lagu yang dinyanyikan namja berambut blonde itu. Ia tatap namja yang tengah bernyanyi sambil bermain piano itu melalui jendela. Tapi seketika senyum itu menghilang saat menyadari perasaan Baekhyun tidak sama dengan isi dari lagu tersebut. Wajah namja itu justru terlihat murung.

Aku bisa memanggil namamu dan aku bisa memegang tanganmu
Apakah sinar matahari hanya bersinar pada ku? 
Dapatkah aku bahagia seperti ini?
Kamu memanggil namaku dan kamu bersandar di bahuku
Apakah sinar matahari langit hanya bersinar pada kamu? 
Dapatkah kamu bersinar seperti itu?

Sangat beruntung, cintaku
Sangat beruntung memilikimu
Sangat beruntung menjadi cintamu, milikku. Hmm~

[ EXO ― Lucky ]

Perlahan Hyejin melangkahkan kakinya mendekat kepintu. Ia tatap namja yang masih bernyanyi itu dengan tatapan bingung namun terlihat sedih. Entah kenapa perasaan sedih Baekhyun tertangkap oleh hatinya. Pasti Baekhyun berbohong jika ia bilang ia sedang baik-baik saja.

“Baekhyunnie..” ucap Hyejin pelan yang otomatis membuat Baekhyun menghentikan nyanyian dan permainan musiknya. Baekhyun menoleh dan terlihat terkejut melihat kedatangan gadis itu.

“Hye-Hyejinnie? Kau disini?”

Hyejin mengangguk, “Aku ingin memanimu latihan. Tidak apa-apa kan?”

Sepersekian detik Baekhyun nampak berpikir lalu menganggukkan kepalanya, “Ne. Kemarilah..” ucap Baekhyun sambil menggerakkan telapak tangannya memanggil Hyejin. Hyejin tersenyum lalu berjalan menghampiri Baekhyun. Namja itu menggeser duduknya untuk memberi tempat bagi Hyejin.

“Mau main piano?” tanya Baekhyun sambil tersenyum. Sebuah senyum yang entah kenapa malah terlihat palsu bagi Hyejin. Perasaannya terlalu menuntut mengatakan bahwa namja itu tidak sedang seperti yang terlihat oleh matanya. Hati Baekhyun pasti sedang gundah.

Hyejin balas senyum Baekhyun lalu menggeleng, “Tidak.. aku tidak mau merusak telingamu dengan permainanku yang kacau”

Baekhyun terkekeh, “Ya paling tidak kau hanya harus membayar biaya THT saja nanti” canda Baekhyun yang kali ini mulai berhasil mencairkan perasaan gelisah Hyejin. Gadis itu terkekeh sambil menyenggol lengan namja yang duduk disebelahnya itu.

“Tidak. Aku tidak mau bayar. Yang memintaku main kan kau, jadi itu salahmu sendiri jika harus kehilangan pendengaranmu” cibir Hyejin sambil mehrong kearah Baekhyun. Lagi-lagi Baekhyun terkekeh, kali ini ia terlihat lepas. Melihat Baekhyun tertawa lega membuat Hyejin ikut tersenyum gembira.

“Kau ini memang lucu sekali ya Jinnie. Aku jadi gemaaasss” Baekhyun mencubit pipi Hyejin keras. Hyejin meringis sambil menepuk-nepuk tangan Baekhyun bermaksut agar namja itu melepaskan cubitannya.

“Shakith! Lhepashkan!” pekik Hyejin sambil mencubit lengan Baekhyun yang sontak membuat namja itu melepas tangannya.

“Appo!”

“Aku juga bodoh! Lihat ini pipiku jadi merah” ucap Hyejin sambil mempoutkan bibirnya. Ia mengelus-ngelus pipinya yang terasa panas karna cubitan maut Baekhyun. Tanpa sadar, senyuman namja itu mengembang. Perasaannya perlahan juga merasa hangat dan nyaman. Itulah mengapa ia menyukai gadis manis didepannya. Gadis itu selalu berhasil membuat hatinya merasa nyaman ketika didekatnya.

Sepersekian detik suasana hening. Baekhyun asik tersenyum memandangi Hyejin. Sedangkan Hyejin sibuk mengelus-elus pipinya yang masih memerah. Inilah.. inilah perasaan yang takut untuk Baekhyun lepaskan namun belum berani untuk ia ungkapkan. Perasaan ingin memiliki dan ingin selalu ada didekat Hyejin. Perasaan yang semakin membuatnya berat untuk mengikuti keinginan ayahnya.

“Baekhyunnie?”

“Ne?”

Hyejin menoleh, “Benar kau baik-baik saja?”

“Sekarang ini.. kurasa iya”

 

Lagu yang kau nyanyikan di festival musim panas terakhir,

Memberikan kilau dilaut musim panas

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa sudah 2 bulan musim dingin terewatkan. Dan sekarang.. 2 hari menjelang acara kelulusan, sekolah tengah disibukan dengan kegiatan persiapan untuk acara penting tersebut. Latihan para pengisi acara, rapat panitia acara, dan persiapan panggung dan properti lainnya. Siang itu semua penghuni sekolah nampak sangat sibuk. Terutama para murid kelas 3 yang mulai sibuk mengurusi berkas-berkas untuk masuk universitas yang mereka inginkan.

Ruang musik adalah ruangan yang terlihat paling crowded siang itu. Semua pengisi acara berkumpul untuk latihan terakhir. Tidak sedikit murid kelas 3 terlihat disana, yaitu mereka yang ingin memberikan persembahan terakhir untuk sekolah yang sudah menjadi rumah kedua mereka selama 3 tahun terakhir ini. Termasuk Baekhyun, Chanyeol dan Jongin. Mereka disana sebagai salah satu pengisi acara, unjuk gigi memperlihatkan kemampuan mereka dibidang seni. Namun tidak untuk gadis manis yang satu ini, dia hanya bisa menonton melalui kaca jendela. Hyejin.. dia tersenyum melihat Chanyeol sang sahabat yang sedang bernyanyi dengan memainkan gitar akustiknya. Hyejin menikmati lagu Chanyeol, walau suara namja itu tidak terlalu bagus tapi sangat cukup untuk batasan orang yang tidak mengerti teknik. Namja itu terlihat sangat menghayati lagunya, membuat Hyejin merasa terbawa dalam perasaan tulus namja itu. Semua bertepuk tangan saat Chanyeol menyelesaikan lagunya, bahkan beberapa orang yang ikut mengintip bersama Hyejin pun ikut bertepuk tangan meriah. Ya selain suara yang bagus, kemampuan bermain gitar yang hebat, namja itu juga punya wajah yang tampan, membuatnya memiliki banyak penggemar disekolah.

“Kerja bagus Yeol” ucap Jongin sambil menepuk lengan Chanyeol saat namja itu mengambil tempat disebelahnya.

Giliran selanjutnya untuk maju kedepan.. –Baekhyun. Hyejin mengernyit ketika melihat raut wajah Baekhyun yang terlihat murung. Ada apa lagi? Semenjak ujian akhir selesai, Baekhyun sudah kembali seperti semula, tak pernah terlihat murung lagi. Bahkan hingga kemarin namja itu terlihat baik-baik saja. Tapi kenapa raut wajah murung itu muncul lagi? Seharian ini Hyejin memang belum sempat bertemu dengan Baekhyun karna sibuk mengurusi dekorasi panggung. Perasaan gelisah yang sudah sempat terkubur dihati gadis itu menyeruak lagi.

Namja itu maju kedepan lalu duduk dibangku yang tersedia disana. Ia menunduk lalu menghela nafasnya. Sejenak ia menerawang para peserta latihan yang lain lalu memberi kode kearah pelatihnya bahwa ia siap untuk mulai. Musik mengalun perlahan dan Baekhyun mulai mengeluarkan suaranya yang merdu. Perlahan semua berjalan baik, walau terlihat tidak konsentrasi tapi namja itu bernyanyi dengan baik. Hyejin mengernyit dalam, memperhatikan namja itu. Baekhyun tidak menghayati lagunya, ia terlihat sangat tidak fokus. Bahkan lama-kelamaan temponya mulai tidak teratur.

“Nal annaehaejwo~ Yeah geudaega salgo inneun gose nado hamkke deryeogajwo.Oh, sesangui kkeuchirado dwittaragal teni..”

Baekhyun tiba-tiba menghentikan lagunya, membiarkan musik mengalun dengan sendirinya. Semua yang menyaksikan mendadak bingung, menatap Baekhyun dengan tatapan heran. Sementara yang menjadi pusat perhatian malah terlihat terkejut. Sepertinya Baekhyun pun tidak sadar kalau ia sudah menghentikan lagunya begitu saja.

“Kenapa berhenti Baekhyun’ah?” tanya guru Lee pada Baekhyun.

“Eh? Ma-maaf guru. Mendadak aku lupa liriknya. Bisa ulangi sekali lagi? Aku janji tidak akan salah lagi” jawab Baekhyun terlihat agak panik. Menuju detik-detik pementasan kenapa dia malah seperti ini?

Guru Lee menghela nafas, “Apa kau sedang ada masalah hari ini?”

“Apa?”

“Kau terlihat tidak fokus Baekhyun’ah. Tempomu lari kesana kemari. Kau bahkan sampai lupa lirik. Ini tidak seperti biasanya”

Baekhyun menunduk, “Maafkan aku..”

“Baiklah. Kau bisa istirahat dulu. Tenangkanlah dirimu dulu, nanti kau akan dapat giliran lagi kalau sudah merasa lebih fokus” ucap guru Lee yang dibalas anggukan pelan oleh Baekhyun. Namja itu berjalan ketempatnya semula. Awalnya bermaksut untuk kembali duduk, tapi ia mengurungkan niatnya dan malah berjalan keluar ruangan. Chanyeol dan Jongin memperhatikan namja yang berjalan gontai itu. Mereka mengernyit lalu saling menatap. Seolah saling bertanya melalui tatapan itu.

“Kim Jongin.. sekarang giliranmu” panggil guru Lee yang sontak membuat Jongin dan Chanyeol menoleh.

“Baik guru” ucap Jongin seraya berdiri. Ia rapikan sedikit pakaiannnya lalu menepuk pundak Chanyeol. “Coba cari tahu” ucapnya sebelum akhirnya berjalan kedepan. Chanyeol menghela nafas lalu berdiri.

“Guru? Aku permisi kebelakang” ucap Chanyeol sambil mengacungkan tangannya. Setelah mendapat ijin dari gurunya, ia pun berjalan keluar. Ia lihat Baekhyun belum berjalan terlalu jauh. Ia pun berlari mengejar namja itu.

“Hey” ucap Chanyeol sambil menepuk pundak Baekhyun. Namja itu tersentak lalu menoleh.

“Yeollie? Kenapa kau juga keluar?”

Tsk..Untuk apa lagi? Tentu saja menyusulmu” sahut Chanyeol malas sambil menepuk-nepuk dada Baekhyun. Baekhyun hanya tersenyum kecut lalu melanjutkan langkah kakinya. Chanyeol pun mengikutinya dan mereka duduk disebuah bangku kayu didekat aula sekolah.

“Ada masalah lagi?”

Baekhyun mengangguk “Ne.. masalah yang sampai saat ini masih belum terpecahkan. Masalah yang membuatku rasanya hampir gila”

“Apa.. masih tentang..” Chanyeol terlihat ragu dengan ucapannya. Namun sebelum perkataannya selesai, Baekhyun sudah menjawabnya dengan anggukan mantap. Seolah sudah tahu apa yang Chanyeol pikirkan.

Chanyeol mendelik, “Sampai sekarang kau masih belum memutuskan?”

“Aku bingung Yeollie. Aku tidak sanggup menolak permintaan ayahku, bahkan beberapa kali kakekku menelpon menanyakan sekaligus meminta hal yang sama. Bagaimana aku bisa menolak? Tapi disatu sisi, aku merasa berat untuk pergi. Hatiku tidak mau untuk melepasnya. Ingin selalu ada disini bersamanya. Lalu apa yang harus aku lakukan?”

“Lalu kapan kau akan memutuskan? Kalau terus begini, malah semakin membuatmu kacau Baekhyunnie” ucap Chanyeol sambil memegang pundak namja yang terlihat frustasi itu.

“Itulah yang membuatku semakin bingung. Ayahku sudah mendesakku untuk segera mengambil keputusan. Dia bilang hari tes untuk masuk unversitas itu tinggal 4 hari lagi”

“Itu berarti sehari setelah hari kelulusan?” tanya Chanyeol yang dijawab anggukan kepala oleh lawan bicaranya.

“Karna itu ayahku ingin aku memutuskannya sore ini. Agar ayahku bisa segera mengurus penerbanganku kejepang. Bantu aku Yeollie. Bantu aku untuk memilih..” ucap Baekhyun sambil menatap Chanyeol dengan tatapan minta tolong. Kegundahan namja itu terlihat jelas dimatanya.

“Ikuti kata hatimu. Pikirkan yang terbaik untukmu kedepannnya. Jangan biarkan egomu menang dalam masalah ini. Hanya satu yang ingin aku tekankan Baekhyunnie.. jangan sampai kau menyesal”

 

Perasaan ini sungguh bergitu berharga,

Karena kita selalu bersama – sama

Seperti gelap langit malam, Selamat tinggal

 

Hyejin berjalan gontai memasukki gedung sekolahnya. Wajah manis gadis itu nampak lesu dan kusut, semakin terlihat kacau dengan matanya yang bengkak sehabis menangis. Ya..ia baru saja menangis semalaman kemarin. Menangisi sebuah berita mengejutkan yang baru saja ia ketahui. Bahkan karna belum sanggup mengontrol perasaannya ia terpaksa datang terlambat setelah merasa hatinya cukup tenang untuk pergi kesekolah. Sudah terlambat hampir 4 jam, Hyejin melangkah pelan menuju aula utama sekolahnya.

Sekolah sudah ramai dan terlihat lebih sibuk dari pada sebelumnya. Ia yakin teman-temannya sudah bingung mencarinya. Sejak kemarin hingga saat ini ponselnya mati dan ia tidak memberitahu siapapun kalau dia akan datang terlambat. Ia perhatikan sekelilingnya seraya menulusuri koridor. Sekolah itu.. sekolah yang sudah 3 tahun menjadi tempatnya menuntut ilmu. Sekolah yang sudah mengenalkannya hal-hal baru, orang-orang baru, pengalaman-pengalaman berarti yang akan berubah menjadi sebuah kenangan indah. Disekolah itu ia menemukan sahabat yang berarti, disekolah itu ia menemukan guru yang berjasa, dan disekolah itu ia bertemu dengan seseorang yang berhasil mencuri hatinya. Seperti yang biasa orang bilang, masa-masa terindah adalah masa-masa SMA. Ia mulai merasa takut, bisakah ia menemukan kenangan berharga seperti itu lagi nanti?

Beberapa langkah lagi Hyejin sampai diaula utama. Ia lihat tempat itu sudah mulai rapi dari pada sebelumnya, pasti teman-temannya sudah bekerja keras. Tak langsung masuk, Hyejin berdiri diambang pintu. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Dengan usaha keras untuk menekan semua perasaan gundahnya. Bagaimana pun ia tidak boleh membawa perasaan pribadi dalam tugasnya.

“Chanyeol’ah apa kau lihat Hyejin? Sudah sesiang ini dia belum juga datang” tanya seorang siswi pada Chanyeol yang terlihat sibuk dengan gitarnya.

Chanyeol mendongak lalu menghela nafas, “Entahlah.. sejak kemarin dia tidak bisa dihubungi. Aku cari kerumahnya, tapi rumahnya sepi sekali. Aku pikir dia sedang tidak dirumah. Aku tidak berani bertanya pada orangtuanya karna ibunya sedang sakit, aku takut membuat mereka khawa—”

“Aku disini” ucap Hyejin pelan sambil berjalan menghampiri kedua temannya yang ia dengar sedang membicarakan dirinya. Kedua orang itu menoleh dan mata Chanyeol mendelik melihat Hyejin. Dengan segera ia meletakkan gitarnya lalu berjalan kehadapan Hyejin. Ia pegang kedua pundak gadis itu.

“Hyejinnie?! Kau kemana saja eoh? Aku, Jongin dan Baekhyun bingung mencarimu kemana-mana” Chanyeol goyang-goyangkan tubuh Hyejin kemudian memeluk gadis itu. Gadis itu hanya berdecak lalu melepas pelukan Chanyeol.

“Tidak usah berlebihan” sahut Hyejin sembari menepuk dahi namja jangkung itu. Ia mendorong namja itu sedikit agar ia bisa melihat teman perempuannya yang terlihat agak heran melihat tingkah Chanyeol. “Kau mencariku Yeora’ah?”

“Ne.. kau yang membawa laporannya kan? Ketua memintaku untuk mengambilnya” tanya gadis itu seraya tersenyum kearah Hyejin. Gadis itu mengangguk lalu merogoh tasnya untuk mengambil laporan yang diminta. Ia keluarkan sebuah map berwarna kuning lalu menyodorkannya pada Yeora.

“Terimakasih Hyejin’ah. Oya? Matamu bengkak, dan wajahmu juga terlihat pucat. Jika kau memang sedang tidak enak badan, lebih baik kau istirahat dirumah” ucap Yeora yang sontak membuat Chanyeol mengenyit. Namja itu perhatikkan gadis disebelahnya dan terlihat baru menyadari apa yang dikatakan Yeora.

Hyejin tersenyum simpul, “Tidak apa-apa Yeora’ah. Aku baik-baik saja”

“Ya sudah kalau begitu. Jangan terlalu paksakan dirimu ya?” ucapnya lalu berbalik meninggalkan Hyejin dan Chanyeol. Hyejin menghela nafas lalu mengusap-usap matanya.

“Apa terlihat jelas sekali?” gumamnya pada dirinya sendiri tanpa menyadari namja yang berdiri disebelahnya tengah menatapnya intens.

“Ada apa?” tanya Chanyeol seraya menghentikan tangan Hyejin. Hyejin tersentak lalu mendongak menatap Chanyeol. Alisnya terangkat melihat tatapan tajam namja itu.

“Tidak ada apa-apa” jawabnya seraya menunduk.

“Jangan berbohong”

“Aku tidak berboho—“

“Hyejinnie” ucap Chanyeol dengan nada memohon. Ia yakin gadis itu sedang tidak baik. Lagi pula terlihat jelas sekali. Bagaimana bisa gadis itu menyangkal dengan wajah yang terlihat kacau begitu? Hyejin menghela nafas. Butiran kaca cair mulai mengumpul dipelupuk matanya. Ia menunduk berusaha menyembunyikan tangisnya, tapi sayang tubuhnya yang bergetar membuat Chanyeol tahu.

“Ceritakan ada apa Hyejinnie” ucap Chanyeol lembut sambil memegang kedua pundak Hyejin.

“Baek..Baekhyun.. Dia akan pergi kan.. Yeollie”

Chanyeol tertegun, kedua alisnya terangkat dan ia nampak terkejut. Bagaimana bisa gadis itu tahu? Ia, Jongin ataupun Baekhyun sama sekali belum mengatakannya.

“Aku mendengar pembicaraan kalian kemarin” ucap Hyejin seolah membaca pikiran Chanyeol. Ia mendongak lalu menatap Chanyeol dengan wajah yang memerah dan berlinang airmata.

“Kenapa? Kenapa kalian tidak memberitahuku sebelumnya? Kenapa Yeollie?”

Chanyeol menghela nafas, “Maafkan kami.. Baekhyun yang meminta kami untuk tidak mengatakannya”

“Tapi kenapa? Aku juga sahabat kalian kan? Aku berhak tahu. Kalian tahu bagaimana perasaanku sekarang? Kecewa Yeollie..” ucap Hyejin dengan suara yang bergetar hebat. Chanyeol hanya bisa diam, ia tahu kalau dia memang salah. “Baekhyun akan pergi ke Jepang dan aku tidak tahu. Dia akan pergi meninggalkan kita dan aku sama sekali tidak tahu. Apa setelah dia pergi nanti pun aku juga tidak akan tahu?”

“Kalau kau dengar pembicaraan kami kemarin.. kau pasti tahu bagaimana posisi Baekhyun. Dia bingung. Dia juga tidak tahu keputusan apa yang harus dia ambil. Dia bingung harus ada dipihak siapa. Kita? Atau orang tuanya?”

“Tapi kenapa menyembunyikannya dariku?”

“Dia bilang dia tidak mau membuatmu gelisah”

Hyejin mendengus geli, “Lalu dia pikir lebih baik mengatakannya setelah dia pergi? Bodoh.. itu malah semakin membuatku terluka”

“Kalau begitu apa keinginanmu?”

“Tentu saja tidak mau dia pergi” sahut Hyejin seraya menunduk dalam. Mendengar jawaban Hyejin, mata Chanyeol membulat.

“Kalau begitu cepat katakan padanya”

Hyejin terdiam, ia mendongak lalu mengernyit, “Eh? Tapi bukannya batas waktunya sudah habis sampai kemarin sore?”

“Sebenarnya iya. Tapi karna masih bingung, Baekhyun bilang dia meminta waktu tambahan pada ayahnya. Dan ayahnya setuju untuk menunggu hingga siang ini. Karna itu kau harus cepat mencegahnya. Mungkin jika kau mengungkapkannya sekarang dia akan membatalkan keputusannya Hyejinnie” ucap Chanyeol berapi-api.

“Tunggu. Apa.. dia memutuskan..”

“Ne Baekhyun memutuskan untuk pergi. Kami sudah berusaha meyakinkannya tapi ia tetap memilih untuk tidak mengecewakan ayahnya. Dia anak tunggal, pewaris satu-satunya. Dia bilang dia tidak mau keluarganya kecewa. Tapi mungkin jika kau yang bicara semua akan berbeda. Makanya ayo cepat! Cepat cegah dia sebelum terlambat Hyejinnie!”

“Iya tapi dimana dia sekarang?”

“Tadi dia bilang dia ingin ketaman belakang. Aku tidak tahu dia sudah menelpon ayahnya atau belum. Tapi apa salahnya untuk mencoba”

“Baiklah kalau begitu. Terimakasih Yeollie” ucap Hyejin seraya berlari keluar aula. Dengan langkah cepat ia berlari ketaman belakang sekolahnya. Hatinya berharap-harap cemas, takut jika ia sudah terlambat. Sambil berlari ia terus berusaha menghapus airmata yang tak henti-hentinya membasahi pipinya. Ia terus berlari kencang menelusuri koridor sampai akhirnya ia berhenti ketika melihat seseorang yang ia kenal beridiri disisi taman.

Orang yang membuatnya berlari hingga ketempat itu. Seseorang yang sedang ia cari..―Baekhyun. Dia terlihat sedang bicara dengan seseorang ditelpon. Dalam jarak 30 meter dari namja itu, ia bersembunyi dibalik pilar disebelahnya. Bodoh! Entah kenapa ia malah ingin bersebunyi. Bukankah ia harus cepat menemui Baekhyun? Bagaimana kalau ternyata orang ditelpon tersebut adalah ayah Baekhyun? Dan Bingo! Hyejin pun terdiam ketika percakapan Baekhyun terdengar ditelinganya.

“Ne ayah benar. Aku menelpon karna aku sudah menemukan keputusanku”

Baekhyun menghela nafas, “Entahlah.. aku rasa aku sudah cukup yakin”

“Aku.. Aku memutuskan untuk pergi yah”

 

Deg

 

Hyejin terdiam ditempatnya, nafasnya tercekat dan energinya seketika menguap. Ia gigit bibir bawahnya, untuk menahan tangisnya yang sudah akan pecah. Mendengar apa yang baru saja Baekhyun katakan membuat perasaannya seketika berantakan. Perih, sesak dan menyesal semuanya bercampur menjadi satu. Ia merasa bodoh karna sudah menyia-nyiakan kesempatan terakhirnya dan malah bersembunyi ditempat itu.

“Ne aku tahu yah. Semua aku serahkan pada ayah”

“Hmm. Baiklah. Sampai jumpa dirumah”

Merasa suara Baekhyun sudah tak terdengar lagi, dan langkah kaki namja itu terdengar menjauh. Hyejin menengok dan melihat Baekhyun berjalan pergi. Gadis itu seketika tumbang. Ia berjongkok dan tangisnya pecah. Ia menangis dalam diam sambil membenamkan wajah pada kedua lututnya.

“Kenapa kau memilih untuk pergi Baekhyunnie? Kenapa?”

 

Atas nama teman, aku sungguh benci situasi itu

Perasaan yang aku sembunyikan masih selalu teringat

Sebagai kenangan menyakitkan

 

Hari penting itu tiba. Hari kelulusan siswa-siswi Hannyoung High School baru saja akan dimulai. Semua murid kelas 3 berkumpul diaula utama. Semua berdandan rapi untuk hari bersejarah mereka. Mereka menempati tempat duduk masing-masing berdasarkan nomor yang sudah ditentukan. Suara riuh murid-murid tersebut terdengar menggema. Ada yang terdengar senang karna bisa lulus dengan nilai bagus namun ada pula yang terdengar sedih karna harus berpisah dengan teman-temannya. Ada yang tengah membicarakan universitas baru mereka dan ada juga yang bercerita tentang kenangan mereka semasih sekolah dulu. Semua beragam.. memiliki topik pembicaraan tersendiri.

Namun Hyejin hanya diam. Ia duduk sendirian dibangkunya. 2 bangku dikanannya kosong dan 1 bangku dikirinya pun sama. Dia menunduk sambil menatap foto diponselnya. Fotonya dan Baekhyun dibawah pohon sakura tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama disekolah. Foto saat musim gugur.. saat bunga sakura berjatuhan seperti salju. Senyum gadis itu mengembang mengingat kenangan manisnya dengan Baekhyun. Tak terasa waktu berjalan cepat dan musim gugur bahkan sudah lama terlewat, dan sebentar lagi sudah akan masuk sesi baru dan sepertinya akan ia lewati tanpa Baekhyun. Begitu pula dengan kisahnya.. tanpa sadar sudah akan menemui akhir dan akan segera menemui lembaran baru tanpa ada lagi Baekhyun yang mengisi hari-harinya.

Hyejin menghela nafas dan terlonjak ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia usap layar lalu membaca pesan yang masuk.

From : Jongie

Hyejin kau sudah sampai kan? Sudah mendapatkan bangkumu? Kau pasti sedih karna harus duduk sendirian. Maaf kami tidak bisa menemanimu karna harus mengisi acara. Tapi nanti kalau sudah selesai kami akan langsung kesana. Sekarang kami sedang bersiap Hyejinnie. Doakan kami agar semuanya berjalan lancar ya? ^^

Status : Reading

Hyejin tersenyum membaca pesan Jongin. Entah kenapa matanya tiba-tiba terasa berat. Sahabatnya.. Jongin, Chanyeol dan.. Baekhyun. Mereka bertiga adalah sesuatu yang berarti dihidupnya. Ia ingat mereka pernah berjanji untuk terus bersama, bahkan saat sudah menikah sekalipun. Namun ia ragu.. apakah itu benar-benar bisa ditepati?

Ponselnya bergetar lagi dan satu pesan dari satu lagi sahabatnya masuk.

From : Yeollie

Nikmatilah hari ini Hyejinnie^^ Hari ini adalah hari penting. Lupakan masalah itu dulu. Aku tahu kau sangat terpukul tapi semua pasti akan indah pada waktunya J Semangatlah! Dan nikmati penampilan special dari kami. Aku yakin kau akan terpesona kekeke

Status : Reading

Kali ini gadis itu terkekeh dan perasaannya perlahan mulai merasa lebih baik. 2 pesan dari sahabatnya itu sudah seperti oksigen yang membuat kesesakkan dadanya mulai menghilang. Namja-namja itu memang paling bisa menghibur hatinya yang gundah. Sepersekian detik kemudian, lampu-lampu mulai menyala terang. Acara sudah dimulai, sang pembawa acara juga sudah naik kepanggung dan membuka acara pagi itu. Tapi Hyejin masih menatap ponselnya lekat, entah kenapa menunggu pesan dari satu lagi sahabatnya. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Hyejin menghela nafas. Tak ada tanda-tanda yang ia harapkan. Gadis itu pun mulai merasa kesal sekaligus sedih. Ia merasa seperti dicampakan begitu saja. Dengan agak kesal ia mematikan ponselnya lalu memasukkannya kedalam saku jas seragamnya.

Hampir satu jam acara berjalan. Beberapa pengisi acara sudah tampil dengan aksi mereka yang memukau. Hyejin pun masih duduk ditempatnya sambil menatap kearah panggung. Ia lihat Chanyeol yang tengah bernyanyi tapi ia sama sekali tak menangkap apa yang namja itu nyanyikan. Pikirannya hanya dipenuhi oleh Baekhyun. Tubuh gadis itu disana tapi pikirannya entah menerawang kemana.

Semua bertepuk tangan saat Chanyeol menyelesaikan lagunya. Namja itu tersenyum lebar seraya membungkuk. Seperti biasa banyak gadis-gadis yang histeris melihat ketampanan dan kemampuan namja bergigi rapi itu. Setelah Chanyeol turun dari panggung, sang pembawa acara pun mulai memanggilkan penampil selanjutnya.

“Baiklah kali ini yang akan tampil adalah seseorang bersuara merdu yang mendapat julukan voice of angel disekolah ini. Selain tampan dia memiliki suara yang sangaaat merdu. Dan dia bilang, ia menyanyikan lagunya special untuk seseorang gadis manis yang mencuri hatinya” ucap sang pembawa acara yang sontak membuat semua penonton bersorak-sorai. Suara siulan terdengar saling bersautan. Hyejin terhenyak, ia tersadar dari lamunannya ketika ia ingat urutan pengisi acara hari itu. Dan pembawa acara bilang penampil berikutnya akan menyanyikan lagu untuk orang yang mencuri hatinya?

“Dan mari kita sambut ini dia Byun Baekhyun!”

Baekhyun naik keatas panggung. Namja itu berdiri ditengah panggung sambil tersenyum simpul. Ia edarkan pandangannya keseluruh penonton. Dan Hyejin tersentak ketika tatapan Baekhyun berhenti ditempatnya. Beberapa orang yang menyadari arah pandangan Baekhyun itu pun melirik kearah Hyejin.

“Lagu ini aku persembahkan untuk seseorang yang sangat berarti untukku. Lewat lagu ini aku ingin menyampaikan perasaanku padanya. Aku harap ia bisa mengerti maksutku. Dan yang paling penting semoga dia bisa memaafkanku. Maafkan aku.. yang mungkin telah mengecawakanmu”

 

Deg

 

Hyejin terpaku ditempatnya. Matanya sama sekali tak berkedip menatap Baekhyun. Airmata juga seketika memenuhi pelupuk matanya, saling berebut untuk jatuh lebih dulu. Perlahan musik mengalun pelan, Hyejin mengernyit ketika menyadari Baekhyun tak menyanyikan lagu yang ia pilih sebelumnya.

“Gieoghae bogdoeseo tteo deulda gati honnadeon uri dul. Beolseo myeon seodo wae geurido jeulgeo wot neunji arasseo..”

Hyejin pusatkan perhatian pada lagu yang Baekhyun nyanyikan. Mencoba mengartikan setiap kalimat yang dilontarkan namja itu. Dan beriringan dengan itu, airmatanya berjatuhan membasahi wajah cantiknya.

“Joreob hagi jeonnal manhi uldeon neo namjarago kkug chamdeon neo hago shipeotdeon mal motago. Tteugeo wot deon geu yeoreum cheoreom annyeong..”

Hyejin merasa sesak didadanya mulai menjadi mendengar lagu Baekhyun. Ia mengerti maksut Baekhyun. Namja itu meyampaikannya dengan baik hingga menusuk tepat dihati Hyejin. Tiba-tiba gadis itu bangun dari kursinya. Dengan wajah berlinang airmata ia berlari keluar aula. Terlalu sakit untuk terus mendengarnya.

Baekhyun yang melihat pemandangan itu nampak terkejut. Hampir saja ia menghentikan lagunya dan berniat mengejar Hyejin. Tapi melihat masih banyak yang menikmati lagunya ia pun mengurungkan niatnya itu.

Dengan berlinang airmata Hyejin berlari menuju taman belakang sekolahnya. Mencari tempat yang sangat ingin ia kunjungi disaat seperti ini. Tak berapa lama, gadis itu sampai dibawah sebuah pohon sakura. Pohon yang selama ini menjadi saksi bisu kisahnya dengan Baekhyun. Ia berdiri menghadap pohon itu sambil menangis. Seolah bicara menyampaikan perasaan sakitnya pada pohon tersebut.

5 menit kemudian.. tiba-tiba Hyejin terdiam. Merasa ada yang datang dan berdiri dibelakangnya. Perlahan gadis itu memutar tubuhnya dan cukup terkejut melihat orang tersebut adalah Baekhyun. Nafas namja itu terengah, dia pasti berlari kencang untuk sampai disana.

“Kenapa pergi? Aku kan belum selesai” ucap Baekhyun seraya membenarkan deru nafasnya.

“Karna sudah terlalu sakit untukku”

“Maafkan aku karna tidak memberitahumu sebelumnya Hyejinnie. Aku hanya—”

“Hanya tidak ingin membuatku gelisah kan?” ucap Hyejin memotong kalimat Baekhyun. Suara gadis itu terdengar bergetar. Baekhyun hanya diam dan menunduk.

“Kau tahu Baekhyunnie? Aku merasa lebih baik kau mengatakannya padaku walau itu akan membuatku gelisah dari pada kau menyembunyikannya dariku dan malah membuatku merasa kecewa”

Baekhyun mengela nafas berat lalu menatap mata bening gadis itu lurus-lurus, “Aku tahu aku salah Hyejinnie. Aku terlalu bingung dan panik. Kau tau kan ini keadaan sulit untukku? Aku takut jika aku memberitahumu sebelumnya dan melihatmu terlihat gelisah semakin membuatku merasa berat untuk mengikuti permintaan ayahku”

“Jadi.. kau benar-benar akan pergi?” tanya Hyejin seraya menunduk.

“Aku tidak tahu” jawab Baekyun pelan yang seketika membuat Hyejin kembali mendongakkan kepalanya sambil mengernyit.

“Apa maksutmu? Bukankah kemarin kau sudah bilang pada ayahmu kalau kau ingin pergi?”

Baekhyun menghela nafas, “Entahlah.. disatu sisi aku merasa keputusanku salah. Namun disisi lain aku merasa keputusanku sudah benar. Aku bingung Hyejinnie” ucap Baekhyun lemah. Namja itu terlihat sangat kebingungan. “Karna itu aku dapat satu cara. Pergi atau tidaknya aku nanti, itu tergantung dari keputusanmu” Baekhyun merogoh saku celananya lalu mengeluarkan secarik kertas berwarna putih susu.

“Bacalah ini dirumah” ucapnya seraya menyodorkan kertas itu pada Hyejin. Gadis itu mengernyit menatap kertas tersebut lalu mendongak menatap Baekhyun bingung. Namja itu mengangguk memberi kode agar gadis itu menerimanya. Dengan agak ragu, Hyejin meraih kertas tersebut.

“Aku mohon jangan kecewakan aku Hyejinnie”

 

Foto – foto yang tidak bisa menjelaskan status kita

Hanya berupa tumpukan cerita memilukan

Maafkan aku, dimusim panas ini,

Sekarang, Selamat tinggal

 

Hyejin keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan badan. Dengan handuk yang masih mengantung dileher jenjangnya, gadis itu berjalan menuju tempat tidur. Jam didinding menunjukkan pukul 8 malam. Gadis itu baru saja pulang dari rumah Jongin untuk ikut acara perpisahan dengan teman-teman sekelasnya. Menghabiskan waktu-waktu terakhir kebersamaan mereka.. ditambah dengan adanya Baekhyun disana, semakin membuat suasana perpisahan itu berarti. Benar-benar menyenangkan, namun ia tidak tahu apakah ia benar-benar menikmati kesenangan itu karna sepanjang acaranya pikirannya hanya terpatri pada satu objek ―surat Baekhyun.

Sangat penasaran, apa sebenarnya maksut Baekhyun memberikannya surat itu? Apa isi surat itu? Saking penasarannya, tanpa menyisir rambut panjangnya gadis itu langsung mengambil ransel dan merogohnya. Ia keluarkan kertas putih itu lalu segera membacanya dengan seksama.

Hai Jinnie^^

Kau pasti penasaran kan dengan rencanaku hingga kau ingin membaca surat ini segera? Heheh. Benar.. aku pun penasaran dengan jawabanmu nanti setelah membaca surat ini.

Hyejin tersenyum membaca surat Baekhyun. Namja itu benar-benar sangat mengenalnya, bahkan namja tampan itu bisa menebak bagaimana reaksinya terhadap surat tersebut. Hyejin menghela nafas berat lalu melanjutkan bacaannya.

Hyejinnie.. sebelumnya aku minta maaf karna aku tidak memberitahumu sebelumnya. Sungguh aku benar-benar merasa bersalah. Aku terlalu panik dan bingung. Alasannya karna aku tidak mau membuatmu gelisah? Iya itu benar. Kau tahu seberapa sakitnya hatiku jika aku melihat tak ada senyum diwajahmu? Itu sama saja seperti aku kehilangan seluruh duniaku Jinnie. Mungkin bagimu ini berlebihan, tapi itulah yang aku rasakan. Karna bagiku senyummu itu sangat berarti, melihatmu tersenyum adalah hal terindah dalam hidupku. Tapi akhir-akhir ini aku lihat dunia itu mulai menghilang. Dan itu semua karna diriku.. kau tahu aku begitu merasa bersalah? Sangat dan rasanya aku ingin membunuh diriku sendiri. Ahh lagi-lagi aku mulai berlebihan -__-

Jinnie.. aku menyukaimu. Semuanya.. semua yang ada pada dirimu. Setiap jengkal dari dirimu, setiap sikap dan kepribadianmu, semuanya terasa seperti harta karun bagiku. Hingga rasanya aku sangat berambisi untuk memilikinya. Dan ketika ambisi itu sudah benar-benar merasukiku, aku malah mendapat pilihan seperti ini. Pilihan berat antara kau dan orangtuaku. Membuatku terguncang dan kalut. Kakekku terus mendesakku untuk pergi, tapi perasaanku terus mendesakku untuk terus disisimu. Aku bingung dan aku tidak tau harus bagaimana. Karna itu aku butuh bantuanmu Hyejinnie, bantu aku untuk memutuskannya.

Besok aku akan berangkat ke Jepang. Aku mohon datanglah kebandara jam 9 pagi jika kau ingin aku untuk tetap tinggal. Jika kau datang itu berarti kau menerima perasaanku maka aku akan membatalkan keberangkatanku. Tapi jika kau tidak datang besok, itu berarti kau menolakku dan aku akan mengikuti kemauan keluargaku untuk sekolah ke Jepang. Semua tergantung padamu Jinnie. Perasaanku dan masa depanku ada ditanganmu.

 

―Baekhyun―

Hyejin memejamkan matanya erat. Dadanya terasa terhimpit batu besar, perasaan Baekhyun dalam surat itu benar-benar sampai kepadanya. Hyejin menggigit bibir bawahnya seraya merebahkan diri diranjang. Dengan wajah yang sudah basah akan airmata, Hyejin tatap langit-langit kamarnya intens. Seperti sebuah piringan hitam, otaknya memutar semua kenangannya bersama Baekhyun.

 

Baby oh no oh oh

Maafkan aku, ucapku pada diri sendiri

Ah,, lebih tepatnya Aku mencintaimu

 

Dengan gelisah Baekhyun duduk dikursi tunggu Icheon international airport. Sangat gelisah menunggu kedatangan seseorang yang sampai saat ini belum juga menunjukkan batang hidupnya. Dua teman yang menemaninya saat itu pun terlihat ikut gelisah. Ini adalah saat-saat penting yang menentukan apakah Baekhyun akan pergi atau tidak.

Hampir satu jam, dan penerbangan keJepang sudah tinggal 15 menit lagi. Baekhyun semakin gelisah, berulang kali namja itu berdiri lalu kembali duduk. Bahkan Jongin yang duduk disebelah kiri Baekhyun lama-lama merasa kesal, kenapa namja itu tidak bisa diam? Dalam satu menit rasanya sudah 5 kali Baekhyun merubah posisi duduknya.

“Dimana Hyejin?” tanya Baekhyun frustasi sambil mengacak-acak rambutnya. Nada keputusasaan terdengar disana.

“Masih 15 menit lagi, mungkin dia sudah akan sampai” Chanyeol berusaha memberi semangat sambil memegang pundak Baekhyun. Tapi Jongin malah mendengus geli.

“Kenapa kau begitu yakin kalau Hyejinnie akan datang Yeol? Bukankah pantas kalau Hyejin tidak kemari, dia sudah terlanjur kecewa. Aku pikir kalau aku jadi dia aku juga tidak akan pergi” celetuk Jongin yang otomatis membuatnya mendapat pukulan keras dikepala belakangnya. Ia meringis lalu menoleh kearah Chanyeol yang menatapnya tajam.

“Bodoh! Kenapa kau melah bicara begitu eoh?”

“Bukankah benar. Coba kau jadi Hyejin? Bagaimana perasaanmu? Aku yakin pasti sama”

“Issh kau ini—“

“Sudahlah Yeollie. Jonginnie benar, aku memang salah” ucap Baekhyun melerai pertengkaran kedua temannya. Walau Jongin terlalu frontal tapi tidak ia pungkiri ucapan namja itu benar. Hyejin sendiri yang bilang padanya kemarin kalau dia sudah sangat kecewa.

“Sebenarnya Hyejin kemarin menelponku..” ucap Jongin yang secara otomatis membuat kedua temannnya itu menoleh.

“Menelponmu?”

“Iya.. dia meminta solusi dariku. Tapi aku juga bingung harus memberi solusi yang bagaimana. Aku hanya bilang, kalau memang dia benar-benar ingin mempertahankanmu janganlah ragu untuk pergi”

Baekhyun menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan Jongin, “Lalu dia jawab apa?”

“Dia bilang itulah yang membuatnya bingung. Disatu sisi dia ingin kau bersamanya, tapi disatu sisi dia tidak ingin kau mengecewakan orangtuamu. Dia bilang dia ingin kau jadi anak yang berbakti. Dia tidak ingin jika suatu hari kau menyesal karna lebih memilihnya, dia takut dia tidak bisa terus menjadi Hyejin yang sama selamanya”

Seraya menunduk Baekhyun menghela nafas, “Kurasa aku sudah tahu jawabannya”

“Kalau begitu berangkatlah.. kau sudah mengecewakan Hyejin. Jangan kecewakan orangtuamu juga Baekhyunnie” ucap Chanyeol sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.

Jongin mengangguk, “Sekolah dengan baik dan jadilah orang yang hebat. Buatlah orangtuamu, keluargamu, aku dan Chanyeol serta Hyejin bangga”

Baekhyun tersenyum kearah Jongin dan Chanyeol bergantian lalu bangkit dari duduknya. Begitu pula dengan Chanyeol dan Jongin yang mengikuti Baekhyun dari belakang. Sebelum berjalan menuju gate-nya Baekhyun berbalik lalu memeluk kedua sahabatnya itu. Hari itu memang hanya dua namja itu yang mengantarnya pergi. Orangtuanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya jadi tidak sempat mengantarnya kebandara. Sedikit kecewa sebenarnya, tapi begitulah kegiatan orangtuanya. Baekhyun harus mengerti.

Terlebih lagi, kepergian itu semakin membuatnya berat dengan tidak adanya Hyejin disana. Bahkan ia belum sempat menyampaikan salam perpisahan pada gadis itu.

“Jaga Hyejin baik-baik ya?”

“Tentu saja” jawab Chanyeol dan Jongin kompak.

“Kau jangan suka main game terus Jong. Pikirkan masa depanmu. Dan kau Yeollie, berhentilah bertingkah seperti idiot. Jangan sampai kau jadi bujang lapuk nanti”

“Enak saja. Park Chanyeol mana mungkin jadi bujang lapuk. Aku ini kan popular, sekali lirik juga dapat”

Jongin mencibir, “Percaya diri sekalii kau” ucapnya mengejek Chanyeol yang seperti biasa dibalas ejekan juga oleh Chanyeol. Namun Jongin seketika tersentak ketika ia rasakan ponselnya bergetar. Matanya mendelik melihat nama yang tertera dilayar ponselnya membuat dua temannya penasaran.

“Dari siapa?”

“Pesan dari Hyejin untukmu Baek”

 

Andai saja kita saling mengungkap rahasia antara kita

Mungkin aku bisa memelukmu dalam pelukanku

 

 

Icheon International Airport, 02 September 2013

−07.45 KST−

Hari-hari terakhir musim panas dan bandara hari itu cukup ramai. Diantara pengunjung bandara pagi itu terlihat seorang namja tampan dengan gaya pakaian kasual keluar dari salah satu gate penerbangan Jepang ― Korea. Namja berambut blonde itu terlihat berjalan terburu-buru. Sambil menarik kopernya ia berjalan cepat menuju pintu keluar. Karna penerbangan yang sempat ditunda 30 menit, waktunya jadi tidak banyak bahkan karna terlalu terburu-buru ia menabrak beberapa pengunjung bandara lainnya. Dengan gelisah ia menunggu taksi pesanannya datang, tak henti-hentinya ia melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.

“Astaga.. satu jam lagi?! Aisshh mana taksinya?”

 

Atas nama teman, aku sungguh benci situasi itu

 

Bugh

 

“Adduuh!” ringis seorang yeoja berambut hitam panjang. Mengelus dahinya yang berhantaman dengan dada bidang seorang namja bertubuh jangkung. Ia berjongkok sambil merapikan beberapa kertasnya yang berserakan dilantai. Sangat terburu-buru karna ia sedang dikejar waktu.

Namja tampan tersebut perhatikan gadis yang terlihat beringsutan dengan kertas-kertasnya itu. Berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Ia berjongkok lalu membantu memunguti kertas gadis manis itu.

“Kau kelihatannya buru-buru sekali”

“Ne oppa. Aku harus segera pergi kesuatu tempat. Waktuku sudah mepet. Maaf karna sudah menabrakmu” ucapnya seraya berdiri dan mengambil beberapa kertasnya dari tangan namja didepannya.

Namja bersuara bass itu tersenyum, “Apa temanmu datang hari ini Hyejinnie?”

Hyejin mengangguk pelan seraya membalas senyum namja itu, “Iya Kris oppa”

 

Perasaan yang aku sembunyikan masih selalu teringat

Sebagai kenangan menyakitkan

 

Namja itu akhirnya bisa bernafas lega ketika ia lihat taksi pesanannya sudah datang. Setelah semua barang bawaannya masuk kedalam bagasi ia pun segera meminta sang supir untuk berangkat.

“Anda akan pergi kemana?” tanya supir taksi tersebut ramah.

“Hannyoung High School” jawab namja itu yang langsung dijawab anggukan oleh laki-laki paruh baya yang duduk dibelakang kemudi itu. Taksi pun berangkat menuju tempat yang diminta. Dengan gelisah namja itu duduk dikursi belakang. Ia menggigit bibir bawahnya sambil sesekali melirik jam tangannya.

“Hyejinnie tunggu aku” gumamnya pelan. Tiba-tiba ponselnya bergetar memberi tahu bahwa ada seseorang yang menelponnya. Melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, tanpa ragu ia segera mengangkatnya.

“Ne Yeol?”

“Kau dimana sekarang?”

“Masih dalam perjalanan. Apa Hyejin sudah pergi?”

“Jongin bilang ia sudah lihat Hyejin berlari keluar kantor. Tapi ia tidak tahu pasti kemana Hyejin pergi”

Namja itu menghela nafas pelan, “Apa menurutmu dia akan ada disana Yeol?”

“Ku harap iya Baek. Optimislah”

 

Foto – foto yang tidak bisa menjelaskan status kita

Hanya berupa tumpukan cerita memilukan

Setelah satu jam, taksi yang ia tumpangi akhirnya berhenti didepan disebuah gedung. Sebuah gedung SMA yang hari minggu itu nampak sepi. Tanpa ragu Baekhyun berlari masuk kedalam sekolah yang dulu menjadi tempatnya menuntut ilmu. Berlari menuju sebuah taman dibelakang sekolahnya. Taman tempat sebuah pohon sakura tertanam.

“Semoga aku tidak terlambat Hyejinnie” gumamnya sambil terus berlari.

Alasan mengapa ia terburu-buru datang ketempat itu adalah karna Hyejin. Ya.. gadis yang hingga saat ini masih mengisi relung hatinya. Gadis yang sudah selama 4tahun ini ia rindukan keberadaannya. Ia datang karna pesan terakhir yang Hyejin kirimkan untuknya lewat Jongin disaat-saat ia akan berangkat keJepang 4tahun yang lalu. Masih begitu ia ingat isi pesan tersebut, bahkan ia menyimpan pesan tersebut diponselnya.

Maafkan aku karna tidak datang Baekhyunnie. Aku hanya tidak mau kau membatalkan keberangkatanmu. Aku tidak ingin kau mengecewakan keluarga yang sudah menaruh harapan besar padamu. Kau harus jadi orang yang sukses. Belajarlah diJepang dan datanglah 4 tahun lagi sebagai seorang sarjana yang hebat. Buatlah aku kagum hingga tidak bisa menolakmu saat itu.

Aku tidak menolakmu sepenuhnya Baekhyunnie. Aku masih memberimu kesempatan jika kau mau menunggu. 4 tahun lagi tepat pada tanggal terakhir musim panas, jika kau masih mengharapkanku datanglah ketaman belakang sekolah pukul 9 pagi. Dibawah pohon sakura.. jika kau melihatku ada disana saat itu, itu berarti aku menerimamu..

Sampai jumpa lagi.. Baekhyunnie^^

 

Beberapa meter lagi untuk sampai dipohon sakura itu. Jantung Baekhyun berdegup cepat dan ia mulai gugup. Mulai berharap-harap cemas apakah gadis manis itu ada disana atau tidak. Apa penantiannya selama ini terbalaskan atau tidak. Pikirannya hanya terfokus pada Hyejin.. gadis yang dicintainya.

Satu belokan kearah kanan maka ia sampai ke tempat tujuannya. Jantungnya semakin tak karuan, berdetak sangat cepat hingga rasanya akan meledak. Darahnya mendidih dan rasa gugup membludak didadanya.

“Haaah sampai” ucap Baekhyun sambil membungkuk memegang kedua lututnya.

Ia menghentikan langkahnya ketika pohon sakura yang ia tuju sudah ada didepan matanya. Dari jarak sekitar 5 meter itu ia berusaha menetralkan deru nafas yang memburu. Namun ia mendongak ketika menyadari sesuatu. Tak ada seorang pun ditempat itu. Tempat itu sepi dan hanya ada dia disana.

Dengan panik Baekhyun mengedarkan pandangan kesekelilingnya. Dan..―Nihil. Ia tetap tak menemukan siapapun. Seketika itu juga Baekhyun rasakan hatinya berantakan, seolah mendapatkan pukulan telak tepat didadanya. Tempat itu sepi, dan Hyejin tidak ada disana. Apa itu artinya gadis itu menolaknya?

“Kenapa kau tidak datang Hyejinnie?” lirih Baekhyun sambil menunduk dalam. Matanya mulai memberat, rasanya ia ingin menangis. Walau itu memalukan tapi bukankah itu wajar? Ia baru saja ditolak setelah penantiannya selama 4 tahun. Rasanya benar-benar perih dan sesak.

 

Tap

 

Tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang melangkah tepat dibelakangnya. Baekhyun langsung menoleh dan matanya membulat melihat seseorang yang tengah membungkuk dengan nafas terengah didepannya. Gadis berambut panjang yang sangat ia rindukan.

“Haah.. aku tidak.. haah.. terlambat kan?”

Berulang kali Baekhyun mengedipkan dan mengucek matanya. Takut jika yang lihat itu hanya halusinasi atas ambisinya. Namun Baekhyun tersenyum ketika gadis itu kini mendongak dan menatapnya lekat.

“Hyejinnie?”

 

Atas nama teman, aku sungguh benci situasi itu

Cerita yang menghancurkan hati,

Maafkan aku,,

Musim panas

Sekarang saatnya ‘Selamat tinggal’

 

 

―END―

N/B : NO SIDERS!! NO PLAGIAT!! HARGAI KARYA ANAK BANGSA!!

33 pemikiran pada “Goodbye Summer

  1. Daebak thor.. 😀
    keren banget ff nya…
    Feelnya juga dapet, Aku sempet nangis waktu hyejin nangis. Ini pertama kalinya aku nangis baca ff! :’)
    Pokoknya ini ff super duper keren pake banget. Apa lagi cast utamanya bias aku baekhyun ❤
    ngga mau tau pokoknya harus ada SEQUELNYA #maksa… 😀

    aku tunggu tulisan author yang selanjutnya 🙂
    FAIGHTING 😀

  2. pas liat judulnya aku kira ff’nya udah pernah aku baca._. soalnya aku pernah baca ff yg judulnya sama kaya gini, cuma kalo itu sad ending u,u
    eumm.. kaya’nya ending’nya gantung deh thor, need sequel 🙂
    buat lagi ff yg kaya gini ya thor! aku tunggu karyamu yg lain 🙂
    keep writing.. fighting~! ^-^

  3. Aaaaahhh
    feelnya dapeett sampe nangis bacanya. :’)
    tapi endingnya agak gantung sedikit. Coba aja sampe mereka jadian /dor
    keep writing!

Tinggalkan komentar