All Flowers In China (Chapter 1)

All Flowers In China (part 1)

 IMG_6637 1

Author : Carla蓝梅花

Rate     :PG

Length  : Chaptered

Genre   :Romance, Angst, Sad, Sad Romance.

Cast:

  • EXO-M Chen / Kim Jong Dae
  • Kimberley Chen/ Chen Fang Yu/ Kim Lily (can imagine as yourself)

Other cast :EXO members and many more

 

Annyeong yeoreobeun! Ni men hao^^ Ini FF pertamaku, jadi mohon  dimaklumkan kalau memang ceritanya masih kurang sempurna. ^^, tulisan yang diBOLDadalah flashback. Sediakan sapu jika typo berserakan (?)

 

Warning!!!

 

Main cast maupun support cast belongs to meGod. The story belongs to ME!!!Murni fanfiction dari imajinasi author sendiri. Tidak ada maksud memperburuk nama artis yang diperankan.

Don’t copy without permission!!! Please RCL and…

 

Happy reading^^~

 

 

“You are my life, that beautiful butterfly”

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Pagi-pagi sekali di ibukota negeri ginseng Seoul, Korea, seorang gadis manis dengan dress putih bermotif bunga sakura berjalan dengan gerobak yang ia dorong dengan kedua tangannya.

 

 

Di dalam gerobak yang ia bawa terdapat banyak jenis dan warna bunga-bunga yang segar untuk dijual. Sepertinya dia adalah seorang penjual bunga satu-satunya di kawasan ini. Dia berhenti mendorong gerobak bunganya dan mendudukan dirinya di kursi taman berwarna biru yang sangat kontras dengan warna baju dan kulitnya.

 

Dia mulai menata rapi bunga-bunganya, sehingga para pembeli dapat tertarik untuk membelinya.Dari wajah putih mulusnya dapat terpancar aura bahagia di dalam dirinya.Ya, senyum manisnya tak dapat dihilangkan dari wajah imut nya itu.Entah apa yang dia pikirkan, nampaknya sangat menyenangkan.

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

Chen POV

 

Pagi yang indah dan segar. Aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar dan berdiri di balkon apartemenku, aku menghirup udara sebanyak-banyaknya. Hah, segar sekali rasanya. Pagi ini tidak boleh kulewatkan begitu saja.

 

Aku segera beranjak masuk ke kamarku lagi, masuk ke kamar mandi. Aku mulai membersihkan tubuhku dan menyikat gigi, agar terlihat lebih segar, aku mengoleskan sedikit krim di wajah, tangan, dan kakiku.

 

Aku mengambil baju olahraga tanpa lengan, celana pendek dan memakainya dengan tergesa-gesa.Entah, aku ingin sekali rasanya keluar dari apartemen dan seakan-akan tidak mau ketinggalan satu detik pun untuk merasakan matahari terik Seoul pagi ini.

 

Kutekan tombol turun yang ada di lift.Ya, aku tinggal di apartemen, dan aku berada di lantai 3, kamar nomor 365.Jika kalian lewat sini, kalian boleh mampir ke apartemenku, untuk sekedar meminum teh, mungkin?

 

 

“Hah, sejuk sekali!” begitu kataku setelah terbebas dari apartemen membosankan itu.Aku mulai jogging di sekitar apartemenku, dengan earphone yang tak pernah lupa kupasang di kedua telingaku. Huh, ramai juga ya pagi-pagi begini. Banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sini, kurasa mereka akan pergi kerja, sekolah atau lainnya.

 

Langkahku terhenti di depan taman yang aku lewati. Entah kenapa kakiku berhenti tanpa aku suruh. Aku melihat seorang gadis cantik di kursi taman itu. Didepannya terdapat satu buah gerobak dengan bunga-bunga yang sangat banyak didalamnya. Eh, tunggu, apa dia berjualan bunga? Tapi kenapa aku jarang melihatnya.Lebih baik aku hampiri saja.

 

Annyeonghaseyo,” ujarku setelah tiba dihadapannya

 

“Ah, annyeonghaseyo,” dia membungkuk di depanku, sontak aku juga ikut membungkuk. Astaga, kenapa dia sangat manis. Senyumannya bagaikan oksigen tambahan untukku pagi ini

 

“Apa kau berjualan bunga disini?”

 

“Ne? Ne, aku berjualan bunga disini.Kau mau membeli beberapa? Bunganya masih segar,” dia menoleh kearahku, entah kenapa dia tidak bisa menyingkirkan senyumannya itu. Sedari tadi kuperhatikan dia selalu tersenyum kepada siapapun

 

“Oh, aku belum pernah melihatmu sebelumnya,” kataku sembari melihat-lihat bunga-bunga yang dia jual. Cantik. Seperti dirinya.

 

“Hihi, ya memang baru hari ini aku berjualan,” dia terkekeh pelan

 

“Wah, benarkah? Berapa orang yang telah membeli bunga darimu hari ini?”

 

“Ah? Berapa ya? Eum, kira-kira 10 atau 15 orang? Ah aku lupa,” dia memiringkan kepalanya dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir cherry nya itu, membuatku mau tidak mau ingin tertawa melihat tingkah imutnya

 

“Oh, baiklah. Kau memang hebat di hari pertamamu,” aku memujinya, bagaikan sulap, kedua pipi gembulnya langsung memerah. Neomu kyeopta

 

“Hihi, begitulah. Kau mau membeli bunga juga? Untuk keluargamu, temanmu atau mungkin untuk yeojachingu-mu?”

 

“Heh? Yeojachingu? Hahaha, belum, aku belum mempunyainya. Kurasa, aku akan membeli bunga untuk diriku sendiri,” dia tertawa bersamaku, pikiranku melayang kemana-mana, jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Kim Jong Dae, ada apa denganmu?

 

“Aku tak percaya kau belum mempunyainya. Baiklah, kau mau bunga mawar?Lavender? Atau sunflower?”

 

“Aku mau bunga lily saja,” aku menyerahkan 10 tangkai bunga kepadanya, dia sedikit terkejut namun setelahnya dia tersenyum lagi. Apa ada yang salah?

 

“Ini. Semuanya jadi 1000 Won,” dia menyerahkan bungkusan berisi bunga yang kubeli dan aku menerimanya seraya memberikan uang untuk membayar bunga tersebut

 

“Kalau aku boleh tahu, siapa namamu?” aku duduk di sebelahnya, aku ingin sekali berkenalan jauh lebih dekat dengannya

 

“Eh? Err, namaku.. Namaku seperti bunga yang kau beli tadi,” ekspresinya bingung namun tidak bertahan lama, dia tersenyum lebih lebar dari yang tadi. Namanya seperti bunga yang kubeli?

 

“L-Lily?” dia tertawa terbahak-bahak sehingga eye-smile nya semakin terbentuk. Oh baiklah, eye-smile nya membuatku gila

 

“Ya, kau benar. Hihihi, jadi siapa namamu?”

 

“Aku Jong Dae, Kim Jong Dae. Panggil saja Chen,” ucapku sambil tersenyum simpul

 

“Chen? Kau orang China?”

 

“Ah? Oh, tidak. Aku orang Korea. Hanya saja kata orang-orang, wajahku ini mirip orang China,” dia membentuk mulutnya bulat seperti huruf ‘O’ dan mengangguk pelan

 

“Baiklah, aku mengerti sekarang,”

 

“Kau juga orang Korea? Dan berapa umurmu?”

 

“Oh? Aku? Sebenarnya aku ini darah campuran.Ibuku Korea, ayahku China.Dan umurku 19, kau?”

 

“Woo, benarkah? Keren! Umurku 22” aku mengancungkan ibu jari ku dihapan wajahnya, sontak dia terkekeh geli melihat tingkahku

 

Drrrt… drrrt… drrrt…

 

Ponselku tiba-tiba bergetar, segera kurogoh ponselku dari kantung celana dan melihat sebentar layar ponselku. Terpampang nama Luhan di layar ponselku.

 

“Yeoboseyo?”

 

CHEN!

 

“YAK! Kenapa kau berteriak seperti itu, hyung?Mau membuatku mati muda, hah?” aku menjauhkan ponselku sedikit. Aku kaget. Gila saja, barusan aku mendengar halilintar tepat di telinga kananku

 

Hehehe, maaf. Cepat datang kesini. Ketempat biasa,”

 

“Hah? Sekarang? Ini masih pagi, hyung. Memang ada apa, oh?”

 

Sudah kau kesini saja dulu. Kita kumpul-kumpul seperti biasa

 

“Hah, yasudah tunggu aku sebentar lagi, jangan melakukan-“ PIP! Yak! Kurang ajar sekali kau hyung. Belum selesai aku bicara sudah dimatikan

 

Aku menghela nafas berat, aku menoleh kearah Lily yang sedang melayani pembelinya, “Lily, aku harus pergi,” aku menepuk bahunya

 

“Eh? Pergi? Ah, baiklah, tidak apa-apa,” dia menoleh kearahku.Kenapa wajahnya berubah kecewa?Apakah dia marah padaku?

 

“Maaf aku tak bisa mengobrol denganmu lebih lama hari ini, mungkin lain hari? Aku ada perlu dengan teman-temanku,” jawabku memelas, salahkan Luhan hyung yang menelfonku tiba-tiba sehingga merusak acara perkenalanku dengan Lily

 

“Gwaenchana, Chen.. Err, maksudku Oppa,” dia mengangguk mengerti

 

“Ne, Lily. Sampai bertemu nanti. Annyeong,”

 

“Arraseo, annyeong,” dia melambaikan tangan dan aku juga membalas melambaikan tanganku. Aku melangkahkan kakiku, meninggalkan taman itu, dan menuju tempatku biasa berkumpul dengan para makhluk-makhluk jelmaan yang entah berasal darimana mereka.

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

Kimberley / Lily POV

 

 

“Lily, aku harus pergi,” seseorang menepuk bahuku, yang dapat kupastikan itu Chen

 

“Eh? Pergi? Ah, baiklah, tidak apa-apa,” jawab dengan senyum tipis, jujur aku sedikit kecewa dia akan pergi secepat itu

 

“Maaf aku tak bisa mengobrol denganmu lebih lama hari ini, mungkin lain hari? Aku ada perlu dengan teman-temanku,”

 

“Gwaenchana, Chen.. Err, maksudku Oppa,” aku mengangguk. Ya, aku hampir lupa, sekarang aku harus memanggilnya Oppa, mengingat umur kami terpaut usia 3 tahun

 

“Ne, Lily. Sampai bertemu nanti. Annyeong,”

 

“Arraseo, annyeong,” aku melambaikan tanganku, dia pun membalasnya dan melangkahkan kaki, meninggalkanku.

 

Jujur saja, aku masih ingin mengobrol banyak dengannya.Dia cukup menarik untuk diajak berbicara.Ya, selama ini aku tidak punya terlalu banyak teman seperti anak-anak seusiaku.Entah kenapa, mereka seakan-akan menjauhiku jika aku ingin berkenalan atau sekedar berbincang bersama mereka. Hey, tolong. Aku ini bukan virus atau semacamnya.

 

Aku beranjak berdiri dan merapihkan bunga-bungaku. Huh, hari pertama berjualan saja hasilnya sudah seperti ini. Lihat kan, bunga-bungaku habis semua. Senang, itu perasaanku sekarang.Bertemu dengan namja tampan sekaligus berkenalan dengannya, dan melihat daganganku habis terjual.Cukup membuatku melupakan sesuatu yang menyakitkan yang masih tersimpan di relung-relung dalam hatiku.

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

Author POV

 

Siang ini, Chen diajak teman-temannya, Chanyeol, Kris, Sehun, Luhan, Suho, Kai, Baekhyun, D.O, Lay, Xiumin, dan Tao, berkumpul di tempat biasa mereka bertemu, sebuah cafè di daerah pertokoan terkenal di Korea, Dongdaemun Market.

 

“Hyung, sebenarnya ada apa? Kenapa tiba-tiba sekali kalian memanggilku kemari?” ujar Chen ketika sudah tiba di cafè tersebut

 

“Sebenarnya bukan hal penting. Hanya akan mengadakan permainan kecil,” kata Kris angkat bicara, sembari mengeluarkan seringaian dinginnya. Yang lainnya hanya terkekeh geli melihat tingkah Kris

 

“Permainan? Permainan apa maksudnya?” balas Chen bingung

 

“Ya kau tahu, kita sudah lama kan tidak bermain-main. Maka dari itu ini saatnya untuk-“

 

“Hyung, tolong berbicara langsung ketujuannya. Jangan membuatku pusing seperti ini,” Chen memotong perkataan Kris sebelum Kris benar-benar selesai berbicara. Dia tidak suka jika otaknya diajak berputar-putar seperti ini tanpa menemukan tujuan pembicaraan yang tepat

 

“Ok ok, relax, bro. Biar aku saja yang menjelaskan. Kau tahu kan kita selama 2 atau 3 bulan sekali dalam setahun selalu mengadakan permainan?” Chen mengangguk menanggapi penjelasan Luhan

 

“Nah, kami semua punya ide permainan baru untuk bulan ini. Lebih seru dari yang sebelumnya,” Chen hanya diam, menunggu penjelasan Luhan selanjutnya

 

“Kita akan taruhan,” refleks, Chen membelalakkan mata, tanda terkejut

 

“Jangan terkejut seperti itu, Chen. Hanya taruhan, kok,” ujar Lay menepuk-nepuk bahu Chen

 

“Jadi begini, masing-masing dari kita harus menembak yeoja, siapapun itu tak apa. Setelah berhasil, kita semua harus membawa yeoja itu ketempat ini pada hari Sabtu, minggu ini,” jelas Chanyeol

 

“Lalu, yeoja itu mau kita apakan?” tanya Chen yang nampaknya semakin bingung

 

“Kita hanya perlu berpura-pura romantis di depan mereka. Setelah kita semua membawanya ketempat ini, putuskan dan tinggalkan yeoja itu dan jangan lagi bertemu dengannya. Jika ingin menang dalam taruhan, syaratnya mudah, yang paling banyak disukai yeoja-yeoja itu adalah pemenangnya” Chanyeol mengeluarkan smirk-nya

 

“Tsk! Hanya begitu saja mudah. Yasudah, aku ikut taruhan ini,” Chen mengangguk mantap dan mereka memesan makanan sebanyak mungkin

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

Chen membuka pintu apartemennya.Rasanya lelah sekali setelah berbincang – bincang dengan alien-alien itu.

 

“Hah, lelah sekali,” ia menjatuhkan tubuh ringannya ke atas kasur kesayangannya. Menghirup oksigen banyak-banyak, dan memejamkan mata sesaat.

 

Tiba-tiba, pikirannya terlintas oleh sesuatu yang mengganjal.Dia segera membuka mata, berdiri dan keluar ke balkon.Dia mengingat seseorang yang dia temui dari pagi. Yeoja kecil nan cantik, berpenampilan sederhana, satu-satunya orang yang berjualan bunga di kawasan ini. Lily. Yeoja menarik yang pernah ditemui oleh seorang Kim Jong Dae.

 

Chen terus mengarahkan pandangan kearah taman yang dia kunjungi tadi pagi, tempat Lily berjualan. Tidak ada. Mungkin Lily sudah pulang, pikirnya. Chen mendudukkan dirinya di kursi, menyeruput secangkir lemon tea hangat adalah hobinya setiap sore, sekedar menyegarkan pikiran, apalagi disaat dirinya sedang tertimpa banyak masalah.

 

“Lily, kenapa kau terlihat berbeda dari yeoja lain? Kau berasal dari mana? Apa kau seorang bidadari?” Chen berbicara sendiri, jika seseorang ada disebelahnya sekarang, dapat dijamin orang tersebut menganggap Chen adalah orang yang tak waras.

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

Chen POV

 

Lily. Tiba-tiba diriku teringat akan dirinya. Sosok dirinya yang sederhana namun sangat menarik dilihat maupun diajak berbicara.Aroma tubuhnya dapat tercium olehku walaupun jarakku dan dia tak terlalu dekat tadi pagi. Dan aroma tubuhnya tak kalah dengan aroma bunga-bunga yang ia jual.Harumnya alami, tak seperti wangi minuman keras yang menusuk hidung setiap orang.

 

Mengingat bunga, aku langsung menolehkan kepalaku ke samping kananku. Bunga Lily. Aku meletakkan bunga cantik itu diatas meja di balkon kamarku.Karena memang aku sering duduk disini untuk merenung.

 

Tanganku tergerak mengambil setangkai bunga Lily disampingku. Sungguh cantik. Bahkan kecantikan bunga ini sebanding dengan kecantikan dirinya.Tapi dirinya dan bunga ini berbeda. Bunga ini akan layu dalam beberapa hari sehingga siapapun yang melihat bunga yang telah layu akan bersiap memindahkannya kedalam tong sampah, namun dirinya dan senyumannya takkan pernah layu dan orang yang melihatnya takkan bosan bahkan tak kuasa untuk sekedar mengalihkan perhatian dari dirinya.

 

Sungguh, dirinya sangatlah sempurna. Oh baiklah, Kim Jong Dae kenapa lagi dirimu hari ini? Pikiranku melayang entah kemana ketika mengingatnya, sama seperti tadi aku melihatnya untuk pertama kali.

 

KRING KRING KRING

 

Suara apa itu? Kepalaku refleks mengalihkan pandangan dari bunga yang sedari tadi aku genggam.Aku mengarahkan pandanganku kebawah lagi.Sosok yang tak asing bagiku, mengendarai sepeda dengan riangnya.Bahkan sepertinya, dia mengetahui kalau aku sedang memikirkannya sehingga dia ada di daerah apartemenku sekarang.

 

Aku berlari masuk kedalam kamar, mengambil jaketku secepat kilat dan lari menuju tangga darurat.Aku ingin cepat-cepat, maka dari itu aku menggunakan tangga. Aku malas menunggu lift seperti orang idiot.

 

“Lily!” teriakku ketika keluar dari pintu tangga darurat.Kulihat dia berhenti mengayuh sepedanya, mengedarkan kepalanya ke sekeliling.

 

“Lily, ini aku,” kuhampiri dirinya, kulihat dia sedikit terkejut kemudian tersenyum manis kepadaku

 

“Ah, Chen Oppa. Kukira siapa,”

 

“Oh, syukurlah kau masih mengenaliku,” aku menghela nafas lega

 

“Yak, aku tidak sepikun itu, eoh,” ujarnya sambil mem-pout-kan bibir cherry nya. Aigoo, neomu kyeopta

 

“Hehehe, mianhae aku hanya bercanda,”

 

“Ehm, gwaenchana. Eh, kebetulan sekali kita bertemu disini, oppa?” kulihat Lily memarkirkan sepedanya dan mengajakku duduk di kursi yang tersedia di depan salah satu toko sepatu

 

“Ah ye, aku tinggal di apartemen itu, Lily. Dan tak sengaja aku melihatmu tadi,” kataku sambil menunjuk apartemenku yang cukup jauh dari tempat dudukku dan Lily sekarang

 

“Oh, benarkah? Kau melihatku? Dimana?” GLEK. Harus jawab apa aku? Aku mengusap pelan tengkukku

 

“Eung, t-tadi aku hanya ingin.. Err, aku ingin pergi membeli sesuatu di supermarket. Iya, membeli sesuatu,” kulihat dia mengernyitkan kedua alisnya, gawat kalau aku sampai ketahuan berbohong. Aku hanya tidak mau ketahuan kalau aku memperhatikannya dari balkon tadi, nanti disangka aku adalah penguntit mesum

 

“Uoh, baiklah aku mengerti sekarang,” dia menganggukan kepalanya, dan aku tersenyum lega

 

Aku dan Lily berjalan-jalan di taman tempat ia berjualan tadi pagi, matahari sudah mulai terbenam dan udara Seoul sudah mulai dingin. Kulihat dari kedua manik mata indah Lily terpancar sesuatu yang tidak dapat dijelaskan apa itu. Entah itu sedih atau senang, aku tidak tahu.Tapi kurasa, ada sesuatu yang dipendamnya selama ini.

 

“Lily. Boleh aku bertanya?” ucapku membuka suara

 

“Eum, tentu boleh Oppa,” jawabnya mengangguk dan kemudian tersenyum

 

“Kau tinggal dimana?”

 

“Oh? Aku? Eung, tidak jauh dari sini, Oppa,”

 

“Benarkah? Kau tinggal dengan siapa?”

 

“Tinggal? D-dengan, eung, sendirian. Ne, sendirian,” mwo? Sendirian? Apa dia bercanda?

 

“Sendirian? Appa eomma mu? Eodiseo?” aku menatap matanya lekat-lekat, mencari jawaban akan pertanyaannya tadi

 

“Appa eomma, eobseo. Mereka sudah lama tidak ada di dunia ini, Oppa,”

 

DEG

 

Kulihat dia tersenyum.Tersenyum pahit dan menundukkan kepalanya.Sungguh, aku merasa bersalah bertanya ini kepadanya.

 

“Lily, maafkan aku. Aku tak-“ cepat-cepat aku meminta maaf padanya, namun…

 

“Gwanchana. Oppa tidak salah, kok,” Lily memotong pembicaraanku, dan tersenyum lebih getir dari sebelumnya.

 

“Baiklah, aku mengerti. Kenapa mereka bisa meninggal?” oh sungguh, mulutku ini tak bisa diajak kompromi. Kulihat Lily menarik nafas dan membuang nafas kasar

 

“Mereka……………”

 

 

TO BE CONTINUED

 

Akhirnya, part 1 nya jadi… -sujud syukur- 12 halaman 2440 words, coy TvT)b. Readersdeul, tolong berikan aku comment dan saran ya. Kalau banyak tanggapan buat part 1 nya, aku bakal lanjutin ke part 2 dan seterusnya. Terima kasih~ -bow-

 

 

 

 

 

12 pemikiran pada “All Flowers In China (Chapter 1)

Tinggalkan komentar