Hopeless Love (Chapter 1)

HOPELESS LOVE | CHAPTER 1 | THE MOMENT SINCE I MET WITH YOU

 Post by boogy_ah

hopeless love

Author                  : boogy_ah

Main cast            : Kim Jongin as Kai

Jung Minji as Minji (OC)

Other cast           : Xi Luhan as Luhan

Kim Nami as Nami (OC)

And the other? Find it by your self

Genre                   : romance, sad, school life etc.

Length                 : multi chapter

Note= Hallooo~!!! Ini ff pertama yang aku publish, hehheh  #emang ude berapa ff yang lo bikin thor?-_- btw, karna aku penghuni baru, jadi kritik dan saran dimohon bgt yah^_^ soalnya aku sendiri gatau banyak soal Korean gitu (jujur amat thor?! -__-) yeahh, abisan tadinya aku tuh underground, muser, ama idiot alias western^,^ malah ngelirik ke k-pop -,-hadeehhh. Tapi tenang aja, aku masih tetep cinta rock and roll kok! Kekkekkkekk~

Akibat virus yang ditebarkan sama temanku, mute… laptopku jadi terisi penuh ama video yadong(?) eh? Korea denggg^o^ dari situ aku mulai tahu tentang Korean termasuk ff-nya yang menurut aku sih inspire banget-hehhhehe. Makanya aku coba buat ff yang mungkin agak sedikit atau bahkan sangat abal, tapi itu semua insyallah keluar dari hati nurani dan otak kecil aku sendiri -_____-“  (yang benerrr???? Emang punya thor????/ X_X) jadi mian bgt kalo ada banyak typo atau feelnya gadapet, maklum karena baru belajar XD

Makasih juga buat para author-author berbakat yang bertebaran di dunia maya, karena secara tidak langsung kalian telah menjadi tutor gratis-ku>,< hehehhee~  fanfic ini juga inspirasi dari kalian semua chingguuu!!!

Special thanks for nanairu, baconyeojachingu, violet kecil, and the last kak dira (hangukffindo). Karena jujur-seee… jujur-jujurnya kalian adalah author favoriteku>.< yaahh, walaupun aku nggak kenal kalian dan mungkin aku jarang (gapernah kali!) komen ff kalian #miaaannn bangettt!!! ._. tapi itu semua tanpa disengaja, sama sekali TIDAK BERMAKSUD. Sekali lagi, karena aku new born di dunia per-kpop-an, jadi aku rada-rada gangerti cara buat komen XD hehehhe. Tuh! Aku udah jujur! Tapi insyallah aku gabakal kayak gitu lagi, karena aku udah ngerti dan usaha untuk membuat ff memang tidaklah mudah…ckckckc

Langsung aja nde? The all of the cast is God’s and Familie’s but the other cast and the story is mine! Don’t be PLAGIATOR! But… I’ll let you, if you’re said “inspired by me” kekekekkk. Don’t be SILENT READER please… and… CEKIDOT!

 

Aku tak akan memaksamu tetap disisiku. Aku juga tak akan mengeluarkan kata-kata manis dan romantis yang sekiranya bisa membuatmu berbalik dan melihat ke arahku.

Tak ada yang bisa kulakukan, karna semua pilihan ada ditanganmu, memaksaku untuk menerima kenyataan pahit yang sungguh tak ingin kurasakan.

Tapi aku sadar, aku hanyalah laki-laki tak berguna yang selalu menjadi benalu untukmu. Aku pun sadar bahwa tidak mungkin kau mencintai laki-laki brengsek dan hina sepertiku.

‘Cinta tak harus memiliki’ sekarang kuterima itu. Jika memang benar, di kehidupan selanjutnya, aku berjanji akan membuatmu mencintaiku.

Mungkin. Aku berharap di kehidupan selanjutnya kita dapat bersatu…

 

Summary : apa yang bisa kau lakukan bila seorang yang kau cintai harus pergi meninggalkanmu? Menunggu? Bagaimana jadinya jika ada orang lain yang hadir di kehidupanmu? Melupakan cintamu, atau justru mengabaikan warna baru di hatimu?…

^^…Let’s We Start This…^^

July 22th

Seoul, o6.23 KST

Pagi yang cerah dan damai di awal hari dalam setiap minggunya. Matahari tampak  masih enggan menampakan sinar hangatnya, tertutup oleh kabut tipis di udara dan sejuknya embun yang terhampar di rerumputan disertai aroma khasnya yang sungguh, sangatlah menyejukkan indera penciuman siapapun yang menghirupnya. Suara cicitan burung yang saling bersaut-sautan satu sama lain mewarnai langit ditemani dengan semilir angin yang berhembus tenang menerpa kulit. Sungguh hari yang indah.  Sebelum—……

“YAAAKKKK!!!! Jung Min Ji IREONAAA!!!!!!”

“hshshhhshh….”

“ppali ireona minji-ah!! Ppali-ppali yaakkk!!!”

Yup. Tentu saja,  pagi itu adalah pagi yang indah, ssebelum sebuah suara wanita paruh baya yang mungkin mirip dengan teriakan penjaga kebun binatang yang mengatakan bahwa salah satu harimau mereka lepas dari kandang(?) menggema di balik pintu dengan lantangnya. Sedangkan, sang gadis yang diteriaki masih saja terkapar di ranjangnya mencoba untuk kembali masuk kealam mimpinya. Namun, naas, belum selesai ia membaca doa tidurnya kembali, wanita yang masih setia berada di balik pintu itu meneriaki gadis ini lagi. Lagi? oh, ayolah sampai kapan gadis ini akan berkapar ria di tempat empuk itu?

“YAAKKK JUNG-MIN-JI!!! Cepat bangun, sebelum kupanggil PEMADAM KEBAKARAN  untuk MENYEMPROTMU!!!!!” (nggak beres!) mendengar ancamannya, sontak membuat gadis yang sebelumnya ingin menarik selimutnya kembali itu terlonjak kaget dengan melebarkan kedua mata yang seharusnya sebesar bola tenis, tapi justru lebih mirip dengan sebiji(?) jagung(???), dan beringsek turun dari ranjangnya panik.

Jelas saja, mendengar ancaman dari eommanya itu reflek membuat minji bangun. Ia takut kejadian tempo hari terulang lagi. Oh! bukan, bukan! Tentu saja bukan karena kebodohan eommanya yang benar-benar menelepon 113 untuk menyemprotkan air ke wajah minji. Tapi justru, karena aksi nekat dari eommanya sendiri yang dengan gagahnya memanjat pohon apel di halaman samping rumahnya dan meloncat masuk ke balkon menuju kamar minji yang berada di lantai dua, dan dengan mulus, seember penuh air dingin menyembur  tepat ditubuhnya keras atau mungkin target awalnya adalah ke wajahnya. (bahaya!) Dan satu lagi! jangan lupakan para tetangga, yang lagi-lagi eommanya itu sukses membuat mereka semua tercengang untuk yang kesekian kalinya akibat aksi-aksi brutal yang selalu dilakukannya tiap  pagi, antara terkagum-kagum atau justru mengutuk kelakuan eommanya itu, hanya mereka dan Tuhan yang tahu-_-

“nde..nde.. eomma aku bangun!!” masih dengan separuh nyawanya, gadis itu menjawab eommanya malas, meyakinkannya bahwa ia sudah benar-benar bangun.

“bagus. Cepat mandi sana! dan apa kau tau? ini sudah hampir pukul tujuh, sedangkan  kau masih saja bertengger didalam kamar- Cepat pergi sekolah sebelum Park songsaenim kembali memanggangmu di lapangan seperti dengdeng sapi!” lagi-lagi perkataan dari wanita itu sukses membuat gadis yang sedari tadi masih berdiri mematung diambang pintu kamar mandi berusaha mengumpulkan volt demi volt kekuatan dalam tubuhnya, (gila!) menegang dan terlonjak (lagi) kaget.

“yaakkk eommaaa! Kenapa baru membangunkanku?!! Aku sudah pasti telat! Haishhh…” gerutu gadis ini sambil langsung menyambar handuk dan mandi secepat kilat(?)

“sudah kubangunkan dari tadi, mamang kau-nya saja yang tidur seperti mayat” (ß sama dengan do’a) decak wanita yang tadi dipanggil eomma itu sambil berlalu menuju dapur menyiapkan sarapan.

Minji POV

“huuuhhh segarnya…” lenguhku saat keluar kamar mandi sambil meregangkan kedua ototku. Dan, oh-tidak! Jam berapa ini?!  haishhh-.. aku lupa kalau ini sudah terlambat! Minji pabo! Langsung kupai asal seragamku, dan segera merapikan peralatan sekolahku cepat, setengah berlari keluar dari kamar  menuruni tangga. Dari sini dapat kulihat eommaku yang sedang sibuk menuangkan susu kedalam gelas tinggi yang dapat kupastikan itu untukku. Langsung saja kusambar gelas itu, meneguknya kasar dan mengambil selembar roti polos dari atas meja. “eomma aku berangkat!” sedikit berteriak aku mengucapkannya karena panik, dan berlari lebih cepat keluar rumah, sebelum sebuah suara menghentikanku-

“chanmkaman! Ini, bawa ini sebelum kau memakan makanan yang tidak sehat disekolah!” ucap eommaku sambil menyodorkan sebuah kotak bekal padaku dan sumpit yang masih ditangannya. Kuakui eommaku memang cukup hebat dalam hal memikirkan kesehatanku, tapi, ayolah! Ini sudah hampir telat dan ia masih sempat-sempatnya menghentikanku untuk sebuah kotak balok sedikit berat berisi makanan ini?! Dasar eomma-eomma-,-“

“ah, nde nde eomma.. gomawo. Sudah, aku berangkat dulu- kau menghambatku!” cetusku dan langsung mengambil langkah seribu(?) menuju halte yang tidak jauh dari rumahku.

“dasar gadis pabbo! Untung dia anakku, kalau bukan, sudah kutancapkan sumpit ini di kepalanya” (jangan ditiru!) ucapnya sambil mengacungkan sumpit  yang ditangannya tadi. masih dapat kudengar komentar eomma hebohku itu walau samar-samar. Ah! Aku tak peduli !

06.50 KST

Sesampainya di halte, aku disuguhkan oleh lautan manusia (ehm, maaf lebay) yang sedang menumpuk disana dengan beberapa orang berseragam yang wajahnya juga nampak panik sepertiku dan yang lainnya sibuk dengan ponsel, ipad, ipod atau sekedar mengobrol dengan temannya, bahkan bisa kulihat  ada juga yang sedang mengitung uang(?) ‘untuk membayar bus mungkin’ batinku. Sedetik berikutnya kulirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku, dan kali ini berhasil membuat kedua mataku melebar setidaknya walau tidak sebesar bola tenis, tapi bisa dikatakan seperti bola golf(?)

“MMWOOO???!!!!!!!!??!!!!!!!!” ucapku heboh (bisa dibayangkan hebohnya dia? ckckkck) yang sontak membuat berpasang-pasang mata tertuju ke arahku. Aku hanya bisa menunduk pertanda ‘maaf’ sambil cengengesan dan langsung  ikut berjejal diantara mereka semua. Saat sedang menunggu bus, dipojok kiri halte, kulihat seorang namja berwajah oriental dengan seragam yang sama denganku, Hannyoung High School. aku mengenalnya. Dia salah satu siswa popular di sekolahku. Kita sekelas, tapi mungkin dia tidak mengenalku karena mungkin kesibukan dan ketenarannya membuatnya tidak begitu memperhatikan sekitarnya, termasuk ‘aku’ ckckckk. Kulitnya yang sedikit lebih gelap dari orang korea kebanyakan, membuatnya terlihat berberda dan emhh.. eksotis. Posisinya yang saat itu sedang berdiri bersandar pada tiang penyangga  halte dengan mata terpejam dan, oh, apa itu? Tentu saja anak muda sekarang tak akan lupa menggunakan  ipod sebagai sarana penghilang bosan mereka, setia menyumpal kedua telinga laki-laki itu serta kedua tangan yang ia biarkan berada dalam saku celanya, menambah kesan cool dan… errr… sexy. What??? Aigo, Jung Min Ji, kau sedang dalam keadaan sekarat, masih sempat-sempatnya berpikir yadong- dasar pabbo! Haaahaha. Aku mengutuk diriku sendiri bodoh. Tak lama setelahnya, bus yang kutunggu pun datang, dan langsung saja aku berebut masuk kedalam bus itu brutal.

Storeroom, 07.43 KST

Kai POV

Saat ini aku sedang dihukum oleh Park songsaenim karena terlambat masuk dan memilih bolos pelajarannya saat tahu aku telat. Shit! Kalau saja dia bukan seorang guru, sudah habis kulempar laki-laki tua itu dari lantai paling atas gedung SM milik Lee So Man! Tapi, oh, tidak-tidak! Tidak mungkin aku melemparnya bukan? Dia guruku. Dan parahnya lagi dia adalah guru matematika, lengkaplah sudah. Berarti gedung SM bukanlah pilihan yang tepat. Mungkin Namsan Tower  lebih bagus!-___- (sableng!) Aishhh, mikir apa aku ini? Hhaha, lebih baik aku menyelesaikan urusan ini dulu. Setelah menjemurku ditengah lapangan, nampaknya dia belum puas, padahal aku hanya telat 15 menit. Makanya ia menyuruhku untuk membersihkan gudang di ruang olahraga yang bisa dengan sangat  akurat dipastikan, ruangan itu akan lebih mirip dengan tempat penampungan sampah raksaksa. Hahhahaha

“haisshhh!!! sebodoh apa mereka semua itu? menyimpan barang-barang yang lebih cocok dijadikan sarana bermain tikus?!! ckckkck” gerutuku seorang diri, atau mungkin dengan tikus yang dari tadi berlalu-lalang didekatku. Tapi tunggu, sepertinya tadi Park songsaenim tidak hanya mengoceh padaku? Dan benar saja, saat aku sedang melamun mengingat dengan siapa aku dihukum… Bingo! Tiba-tiba saja pintu gudang yang rada seret itu terbuka menampakan seorang yeoja, yeoja yang tadi sempat kulihat di halte. Oh, ternyata dia telat dan dihukum juga sepertiku. pakaian yang melekat ditubuhnya ‘haishhh, dia sungguh berantakan’ itu hal pertama yang ada dalam benakku. Jelas saja, pakaiannya sudah habis dibanjiri keringat, rambutnya yang setengah terkuncir dia biarkan acak-acakan, ditambah lagi dengan wajahnya yang tidak bisa dibilang kusut, karena wajahnya itu lebih mirip dengan wajah joker(?) dalam film batman. Hhahaha, lucu sekali yeoja ini.

Minji POV

“haisshhh, apa-apaan Park songsaenim itu?!! Sudah menjadikanku dendeng bakar, sekarang seenak jidat menjadikanku babu sekolah dadakan! Awas saja, saat lulus nanti, orang pertama yang akan kulempar dengan botol air mineral adalah laki-laki tua kacamata kuda itu!” gerutuku sambil menghentakkan kakiku ke lantai dan membuat debu-debu dibawah sini bertebaran yang sontak membuatku terbatuk-batuk tersedak debu yang kuproduksi sendiri-___-(LOL!)

“uhhuuukkk uhhuukkkk-…”

“dasar, yeoja pabbo!”

“Eh?” Kuedarkan pandanganku mencari sumber suara itu, kucari-cari dan aku yakin objek yang kucari itu adalah manusia, karna suaranya yang ngebass seperti seorang namja. ‘seenaknya saja dia mengataiku bodoh! Walaupun 91% bisa dipastikan itu benar(?) tapi tetap saja aku tak terima!’ (oh tidak! dia mengakuinya? Ckcck)

“yakkk! Siapa yang kau sebut bodoh, huh?” ucapku keras setelah berhasil menemukan sosok yang kucari tadi.  Namja yang tadi kulihat di halte, Kim Jong In. Ternyata dia juga terlambat dan dihukum, bernasib sama sepertiku.

“tentu saja kau bodoh! Siapa lagi manusia disini? Atau kau ini sama seperti tikus-tikus itu?” ucapnya sambil menekankan kata bodoh dalam kalimat basinya itu dan menunjuk ke suatu arah

“enak saja kau mengataiku bodoh! Menyamakanku dengan tikus pula,… tsskkk!!!”

1 detik…

 

2 detik…

 

3 detik…

“…haahhhh, apa kau bilang tadi??? Tikus???? Tikus, tikus dimanaaa…????? HWWAAAA TIKUUUSSSSS, EOMMAAAA!!!!!!!!!!” teriaku heboh, mungkin teriakan ku ini tak ubanya dengan suara halilintar yang tersangkut(?) badai dan berputar-putar di udara (imajinasi yang sangat kuat, minji~) Reflek aku langsung loncat bagai tersengat lebah, dan melompat-lompat tak karuan berusaha menjauhi lantai seakan lantai dibawahku adalah lumpur hisap, yang siap menyedotku kedalamnya, membuatku enggan menapakan kaki di tanah datar itu. Aku terus saja menari-nari mengangkat kakiku dengan tangan keatas dan tak lupa suara yang keluar dari mulutku yang terus saja meneriakan berbagai macam hal, entah itu ‘tikuuusss!, tikus menjijikan!, aku benci tikus!, makhluk bodoh!, idishhh!’ atau hanya sekedar satu buah huruf vocal ‘AAAAAAAA!!!!!!!!!!!!’ sungguh SEMPURNA. Aku benar-benar terlihat bodoh sekarang. Ditambah, manusia tolol tak beradap dihadapanku ini hanya melihatku sambil terus menertawaiku dan memegangi perutnya. Aku bersumpah bahkan demi dewa petir, ingin melihat namja ini menangis karna sakit perut atau mungkin lambungnya mengkerut, jatuh pingsan dan tak bisa tertolong nyawanya karena terlalu banyak menertawaiku (LOL!) seakan aku ini adalah objek badut favoritnya, dia masih terus saja tertawa terbahak-bahak, sampai-sampai meneteskan air mata, ‘aisshh, dasar manusia TERKUTUK! Namja TAK BEROTAK!’ batinku terus saja menggerutu.

Cukup lama aku berada dalam posisi itu, sampai akhirnya aku lelah dan tidak sanggup berloncat ria lagi. Saat kucoba untuk mengatur napas dengan mulut yang terbuka lebar mengalunkan suara ‘hoosshh, hossshh, hossshhh’ dan tubuh yang seperti mati rasa, tak sengaja aku menginjak kain lap lusuh basah (mungkin kena air hujan dari atap yang bocor?) Kakiku terhempas kebelakang, menyisakan tubuhku yang terhuyung kedepan. Besiap merasakan benturan yang mungkin cukup hebat, aku memejamkan mata erat, seerat-eratnya sampai kudengar suara-

“awaasss!!!” setelah itu aku tak merasakan dingin dan kotornya lantai, tapi justru sesuatu yang bidang dan hangat yang terasa menjalar disekujur tubuhku. Hmm… bau mint, mana mungkin lantai gudang bisa seharum ini? Sejenak aku terlarut dalam situasi ini, mataku masih saja terpejam bukan karna takut, namun karna menikmati hangat dan aroma mint yang menyesakan hidungku, dan jangan lupakan tekanan yang melingkar di pinggang dan bahuku seperti mengikat tubuhku erat namun sama sekali tidak menyakitkan, tapi justru sangat nyamanan dan hangat. pompaan darah yang berdesir hebat dalam tubuhku terus saja berpacu dengan jantungku yang berdetak capat bershuffle ria. Kudengar suara seperti tabuhan drum yang sangat keras ditelingaku, sampai akhirnya baru kusadari bahwa aku tengah berada dalam sebuah dekapan dan seseorang berada dibahwahku tubuhku. Aigo, namja pabbo ini, Kim Jongin, ternyata dia menolongku? Haishhh, Jung Minji, kali ini kau benar-benar bodoh! Langsung saja kuangkat tubuhku, dan berdiri merapikan seragamku. Dapat kurasakan panas di kedua pipiku. Malu? Tentu saja bodoh! Mana mungkin aku tidak malu saat tubuhku menimpa tubuh seorang pria dan bersedekap cukup lama?! Ditambah aku tadi malah terlarut menikmatinya. Minji pabbo! Rutuku sendiri tak henti-hentinya

Kai POV

Aku melihatnya, mondar-mandir kesana kemari menghindari tikus yang sebenarnya sudah hilang entah kemana sejak tadi. Aku menertawai tingkahnya hingga mengeluarkan air mata dan sampai-sampai kurasa isi perutku ini sudah mau keluar semua saking gelinya. Tapi memang yeoja ini benar-benar sangatlah bodoh. Dia terus saja berteriak minta tolong  dan mengutuk tikus-tikus tak berdosa itu, ‘haishhh, sungguh suaranya itu seperti suara terompet marching band yang sering kulihat di festival tahunan kota seoul yang dapat memecahkan gendang telinga!’ lama berada dalam kebodohan yang tak berujung, kulihat ia mulai berhenti melompat seperti tupai dengan tubuh yang sudah sangat gontai. Ia berjalan lemas dan tak sengaja kaki pendeknya itu menginjak kain lap yang basah dan tubuhnya oleng, tubuhku sendiri bekerja tanpa diperintah untuk langsung menahannya.

“awaaasss!!!” Karena lantai yang cukup licin akibat terlalu banyak debu, alhasil aku justru ikut terjatuh ke lantai dengan posisi tubuhku yang menubruk lantai lebih dulu menyisakan tubuh yeoja ini diatasku. Sakit? Itu sudah pasti, sebelum akhirnya aku tidak merasakan sakit sama sekali, karena ternyata aku memeluk yeoja ini untuk menahan rasa sakit yang justru membuat tubuhku kaku. Cukup lama kami bertahan dengan posisi ini, gadis diatasku masih saja bergeming ‘mungkin dia shock’ pikirku. Tapi entah mengapa, aku justru menikmati momen ini. Dapat kusesap aroma mawar yang menguar tapi tak terlalu mencolok. Wangi. Tanganku yang memegang bahunya, membuatku sedikit mendongak. Kali ini aroma melon yang kucium saat hidungku menyetuh puncak kepala gadis ini. Sangat alami. Sungguh gadis yang unik dan supranatural, ehm, maksudku sangat natural. (ckckckk bisakah kau bedakan mana alam gaib dan alam bawah sadar, kai?)

Ketika pikiranku sudah melayang entah kemana, tiba-tiba saja tubuh diatasku ini berontak dan terlepas dari dekapanku. Sedikit kecewa, namun aku langsung tersadar saat ia berkata-

“emh… eh… maaf…” terdengar nada canggung darinya. Entah perasaanku saja atau memang benar pipi gadis ini terlihat memerah. Dan, apa ini? Kurasakan detak jantungku diatas ambang normal, bagai sedang berpesta pora, jantung ini terus saja berdegub-degub kencang dan perutku terasa melayang.

“nn, ndee…” hanya itu yang bisa kulontarkan seraya memegang dadaku yang rasanya semakin berdenyut kecang tak terkendali.

Hening…

“ehm, lebih baik kita segera bersihkan gudang ini sebelum istirahat tiba” celetuknya. Dan untunglah ia bisa bersuara juga untuk memecah keheningan ini

“eh, nde-nde, terserah kau saja” lagi-lagi suaraku terdengar bodoh

“baiklah, kalau begitu aku yang menyapu dan kau mengepel lantai. Lalu kita bersihkan debu-debu ini bersana, otte?” ucapnya semangat. Aku bingung darimana ia mendapat suplemen spirit untuk membersihkan tong sampah raksaksa ini? Haishh, dasar gadis aneh!

“yasudah” jawabku enteng dengan aksen cool. Kali ini aku mulai bisa mengendalikan diriku, tapi…

“hei, aku belum tahu namamu…” tanyaku

“aigo, aku lupa kita belum berkenalan, nde? Aku Jung Min Ji, kau bisa memanggil ku Minji. Kita ini sekelas tapi mungkin kau tidak pernah melihatku, Kai”

“eoh? kau tahu namaku? Oh ya, tentu saja, aku ini memang namja popular yang digilai banyak yeoja karena ketampanan dan keseksian ku. Apalagi, bakatku sebagai penari dan gitaris band sekolah, sudah pasti semua yeoja mengenalku, bukan?. Hahhaa” ucapku sombong

“haishhh, tingkat  percaya dirimu itu sungguh diatas batas normal kkamjong! Dasar namja mesum!”

Apa??? Tadi dia memanggilku kkamjong??? sungguh, itu adalah panggilan terjelek yang pernah kudapat. Dan lagi, darimana dia tahu kalau aku ini mesum? Heh, apa yang kukatakan tadi? Aku ini namja mesum? Hhahhaaa, ya, mungkin memang aku ini mesum. Memang predikat mesum sudah kusandang dan melekat bagai daging denganku dari dulu, hhhahha. Melihat lekuk tubuh seorang yeoja cantik nan seksi adalah keindahan. ditambah dengan pakaian super mini dan super ketat yang mereka kenakan adalah penyegaran mata dan batin untukku. Dan pantai. Pantai adalah surga mata, hati dan birahi(?)untukku. Aku bisa melihat banyak yeoja bergelimpangan dengan hanya mengenakan bikini yang sangat kekurangan bahan dan tubuh terekspos dimana-mana. Pantai adalah surga dunia untukku selain club malam tentunya, hahhaha. Yasudahlah, berarti aku ini memang cocok mendapat gelar mesum. Lagipula itu tidak buruk, bukankah itu normal bagi seorang namja? hahhaaha

“biar begitu, tetap saja banyak yeoja yang berteriak histeris saat aku menari atau sekedar menarik senar gitar. Bukan begitu, Nona jung…” ucapku menggoda. Aku sengaja mendekatkan wajahku sejajar dengan wajahnya dan, YES! Dapat! kena kau! kulihat ia menunduk dan salah tingkah. Dapat kupastikan ia menunduk karna malu dan menyembunyikan raut merah mirip kepiting rebus di pipinya. Hahaha, dia sangat lucu

“hishhh, dasar namja pabbo! Sudah, sana cepat selesaikan tugasmu!” ucapnya dan berlalu pergi dengan gugup

July, 28th

Setelah kejadian itu, hubungan ku dengan minji menjadi dekat. Tapi, tunggu! Jangan berpikir bodoh! Tentu saja bukan dekat dalam arti baik, tapi justru kita menjadi dekat karna sering bertengkar untuk hal yang tidak jelas, adu mulut mempermasalahkan hal yang tidak penting, atau sekedar saling bermaki ria membuat sekiranya siswa lain sontak menutup telinga berjamaah dengan kompak dan serentak karena malas medengarnya. Aku pun sering menjahilinya, karna kebodohannya yang luar biasa menakjubkan itu, membuatku senang menghibur diri untuk menggodanya. Alhasil, mengerjai yeoja bodoh itu adalah salah satu rutinitas harianku saat ini. entahlah sejak kapan permainan ini dimulai, tetapi yang jelas aku tahu adalah kesenangan dan kepuasan yang kudapat usai mengerjainya. hahahaha

I cannot take this anymore
I’m saying everything I’ve said before
All these words they make no sense
I find bliss in ignorance
Less I hear the less you’ll say
But you’ll find that out anyway…
(Linkin Park- one step closer)

August, 07th

At the way, 16.20 KST

Seorang gadis tengah berjalan menyusuri trotoar dan dia berhenti disebuah halte. Mata kecil yeoja itu tak lepas tertuju pada layar ponsel yang sedari tadi digenggamnya. Ia nampak sangat lesu dan tak bersemangat sambil terus menatap benda kecil itu. Lama, akhirnya ia mengambil tempat duduk disalah satu kursi dan menganyunkan kakinya dengan kepala tertunduk. Lalu ia mengangkat kepalanya menatap langit yang mulai bersemu jingga meninggalkan jejak awan-awan kecil yang mulai menipis, sinar mentari yang mulai berwarna kuning kecoklatan memancar menerpa wajah dan sedikit menyilaukan matanya   dan tentu saja dengan ponsel yang masih setia menempel erat  ditangannya.

“hufftt…oppa, kau kemana..?” lirih gadis itu-minji, pelan sambil (terus dan lagi?) menatap  ponselnya berharap nama orang yang dinantinya itu muncul di layar lebar benda kecil itu

“kenapa kau selalu terlihat bodoh?!” pertanyaan yang lebih mirip dengan pernyataan itu terlontar dari mulut tak berdosa seorang namja yang entah sejak kapan duduk disebelah bangku yang ditempati oleh minji

“haishhh, kau ini seperti hantu, selalu ada dimanapun dan menggangguku!”  ucap minji ketus

“aishh, mana ada hantu yang setampan diriku? Kau ini bodoh atau buta Nona Jung?” ucap namja itu dengan tampang yang tak kalah bodohnya dengan minji

“terserah kau sajalah kkamjong, aku sedang malas berdebat denganmu. Apa tidak puas kau mempermalukan ku di sekolah tadi, huh???!” dengan malas minji menyatakannya.

#flashback on

“YAKk! Kim Jongin, kau berisik sekali! Apa kau tidak ingat kita ini sedang ulangan, huh?” ucap Minji setengah berbisik. Ia sudah depresi dibuatnya, karena sedari tadi Kai terus bergumam dan sibuk sendiri tidak jelas, mengganggu konsentrasi seorang Jung Minji yang bodoh dalam hal mengerjakan soal matematika. Tapi yang dibisikinya malah tetap asyik dengan sesuatu yang dipegangnya

“wuuaaahahhhhh, chanyeol-ah, baekhyun-ah, coba kau lihat ini! Sexy bukan???… eerrrrghhh”

“waahhhh, itu bagus Jongin! Berikan padaku setelah pelajaran Park songsaenim selesai, nde?” namja yang diajak bicara oleh Kai pun ikut berbisik, takut-takut kena semprot dari guru killer di depan kelasnya.

Minji yang mendengar itu, sontak terbelalak kaget dan tersadar bahwa yang dipegang Kai adalah majalah dewasa, ah tidak. itu MAJALAH PORNO! Astaga!!! Makhluk macam apa dia ini? membaca majalah porno disaat ulangan jam pelajaran, di jam guru terkiler seantero sekolah pula! Benar-benar manusia tak berotak!

“aigooo! Kkamjong!!! Bisa-bisanya kau berbuat mesum disaat seperti ini, huh!!!” ucap minji tak menyangka. Suaranya tidak begitu keras, tapi karena suasana kelas yang sedang hening, membuatnya terdengar seperti suara petir yang menggelegar ditengah malam, membuat semua pasang mata tertuju padanya.

“bagaimana bisa kau berbuat seperti itu, huh???!!! Apa kau tidak punya otak???!!!!!!” sekarang suara Minji terdengar lebih tinggi. Nampaknya ia belum juga sadar bahwa sekarang ia dan kai sedang diperhatikan. Kai yang menyadari hal itu, langsung memutar otak. Dan, TRINGGG! bagai mendapat sebuah lampu bohlam berwarna terang, ia tertawa kecil karna tiba-tiba sebuah ide cemerlang melebihi kilaunya berlian, melintas dipikirannya. TRAP!

“YAAKKK! Minji-ah!!! Bagaimana bisa aku memberi tahumu!!! Kau harus mengerjakannya sendiri !!!!!!! KAU INI MEMANG YEOJA BODOH!!!!!!”

“hehh……?????” minji bingung dibuatnya. Ia lalu tersadar bahwa seisi kelas tengah memperhatikannya. Haishh, minji pabbo! Bisa-bisanya kau terjebak dalam kekejiannya? Lagi? Ckckkck sampai kapan kau menjadi tokoh kartun bodoh minji-ya? Taktik yang bagus kim jongin! Kau memang namja tidak berotak! Dasar licik!

“Jung Min Ji !!!  berikan lembar kerjamu dan CEPAATTT KELUAARRR!!!!” kali ini giliran park songsaenim yang berteriak histeris di kelas

“ta-tapi, aku, belum menyelesaikannya songsaenim… a-aku” ucapku terbata dengan tubuh bergetar hebat bagai diterjang gempa bumi dahsyat 10,1 skala richter(?)

“baiklah, kalau begitu kau bisa berdiri didepan kelas dan menyelasaikannya dengan satu kaki terangkat!” ucap orang itu datar, namun-

“BWUAHAHHAHAHAAHHHAAA!!!!!!!!!!!”

ucapan songsanim tadi sukses membuat seisi kelas tergelak tawa terbahak-bahak. Menertawai minji?. Tentu saja mereka menertawainya, karna ulah si namja mesum tak berotak itu! Minji mengacak-ngacak rambut frustasi, sedangkan terlihat kali ini kkamjong sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. ‘Haishhh! Aku benar-benar membenci namja bresngsek itu!’ Batinminji terus saja menggerutu sebal

#flashback of

“hhahahaha, kau masih kesal padaku karna kejadian tadi, yeoja pabbo? Hahahha”

“dasar namja tak berotak! Kenapa kau terus saja menggangguku, huh?!!!! Sejak saat dihukum di gudang, kau selalu menjadi juru pembawa bencana bagiku! Kau sangat mengganggu hidupku Kim Jongin!!!” ketus minji

“hahhaha, aku tidak mengganggumu, tapi kau-nya saja yang terlalu teramat sangat bodoh! Hahhahaha”… “heh? apa? kau mengingatnya? Padahal itu sudah lama sekali ~ ternyata benar, kau itu penggemarku! Hahhaha” tambah kai saat menyadari sesuatu, Minji mengingat pertemuan pertama mereka-ckckckk menyedihkan sekali minji itu.

“ah…? hah- tidak! anu-emhh, maksudku, tentu saja! Itu adalah hari terburuk yang pernah kualami ! Seharusnnya aku tidak perlu bertemu denganmu, jadi setidaknya hidupku bisa lebih  tenang. Aku benar-benar membencimu kkamjong!” minji mencelos dengan nada yang diatur sedemikian rupa. Entah bagaimana, sangat sulit mengatakannya. Mengatakan bahwa selama ini kai benar-benar menganggu hidupnya. Karena sejujurnya, ia juga merasa senang tiap kali dekat dengan kai. Tapi Entahlah-

“oh-begitu rupanya” ucap kai datar. Kali ini kai yang membatin. Awalnya ia senang melihat kegugupan minji perihal ingatannya dengan pertemuan pertama mereka. Namun semuanya sirna seketika saat mendengar penuturan yang diucapkan minji. Membuat dadanya sesak. Alasannya mengapa, kai pun tak mengerti. Yang jelas sesaat setelah itu, ia merasa lemas mendadak dan tak bersemangat. Setelah itu, perjalanan pulang mereka lalui dalam diam tanpa satu patah katapun keluar dari mulut masing-masing.

Kai’s Apartement 21.50 KST

Kai POV

Aku berjalan menuju tempat tinggalku saat matahari sudah berganti bulan dan di langit terhampar benda-benda kecil bercahaya terang. Bintang. Kulangkahkan kakiku memasuki apartement kecilku saat sudah kutemukan kunci kecil dari saku celanaku. Kurebahkan tubuhku di ranjang, dan memejamkan mata. Hari ini sungguh melelahkan. Bekerja mengajar anak-anak kecil menggerakan badannya menyesuaikan dengan alunan music bukanlah hal yang mudah. Jika bukan karna tidak memiliki bakat lain dan tuntutan ekonomi, mungkin aku tidak akan melakukan pekerjaan ini untuk menghidupiku. Aku akan lebih memilih untuk mengisi acara-acara pensi atau kesenian yang sesekali kudapatkan.

“huffttt… hidup sendiri memang susah” lirihku

Kubuka mataku menatap langit-langit kamar. Aku mengingat kembali perkataan minji di halte tadi sore. Sungguh, aku tak bisa mengungkapkannya mengapa hatiku sakit mendengar  minji  mengatakan hal itu. Rasanya ada sesuatu yang aneh saat berdekatan dengan yeoja pabbo itu. Berbeda dengan gadis lain, dia tidak tertarik untuk mengikutiku atau sekedar meneriakan namaku saat aku sedang berlatih tari. Gadis yang unik. Tapi mendengarnya berkata seperti itu, membuatku jatuh terjerembap kedalam lautan pertanyaan menyakitkan. Bahkan meski semua orang tahu aku bukanlah dari golongan berada, gadis diluar sana masih mau mengejarku. Apa mungkin dia menyukai namja yang mapan, memiliki sisi romantis dan bersikap baik? Itu yang terlintas dibenakku saat mengingat yeoja yang selama ini mengganggu pikiranku. Aahhh, apa-apaan aku ini? Apa mungkin aku mulai menyukai yeoja bodoh itu? Aishhh, ada banyak yeoja cantik dan sexy yang berkeliaran disekitarku, tapi mengapa aku selalu saja memperhatikan tampang bodohnya itu?? Arrgghhhh! Yeoja itu memang benar-benar membuatku gila. Aku lalu bangkit dari ranjangku, duduk ditepi ranjang menghadap ke cermin didepanku.

“haruskah aku kembali pada mereka?” tanyaku pada bayangan yang sama persis denganku.

“ahh! tidak,tidak! mereka semua tidak membutuhkanku!” segera kutepis pikiran menjijikan yang tiba-tiba terlintas di otakku.

Kembali kubanting tubuhku ke kasur. Kuusap wajahku dengan kedua telapak tanganku kasar. Memikirkan hal yang selama ini ingin kulupakan membuat kepalaku pusing. Sangat sakit kepalaku memikirkannya. Tadi hatiku, sekarang kepalaku. Oh, Tuhan! mengapa nasibku semenyedihkan ini? !!!

Drrrtt drrtttt…

Saat sedang bergelimang kesakitan disekujur tubuh, ponselku berbunyi. Tertera nama seseorang yang meneleponku di layarnya. Seorang yeoja…

“yeoboseyo”

“Kim jongin, apa kau sudah tidur?” tanya orang deseberang sana

“ani, ada apa?”

“………………………..”

“tidak bisa, mian aku tidak bisa” langsung kututup ponselku saat mendengar alasan orang itu menelepon.

Kembali kuusap wajahku kasar. Berpikir betapa sulitnya hidupku seorang diri. Tanpa keluarga disampingku. Tak ada tempat berbagi kisah, tak ada tempat berbagi lelah dan penat, tak ada tempat berlindung. Hanya ada chanyeol, baekhyun, yeoja, majalah dewasa, video yadong, club malam  dan teman-temanku yang sama sekali tidak mengerti perasaan dan penderitaanku selama ini.

“aarrghhhhh” kuusap wajahku kasar. Lagi. Untuk yang kesekian kalinya. Membayangkan bahwa dengan cara ini dapat merusak wajahku. Persetan! Aku tak peduli, ini semua benar-benar menyakitkan! Memikirkannya saja sudah membuatku lelah. Sangat lelah semua ini, semua yang kualami selama ini. Hingga tanpa sadar, mataku benar-benar sudah terpejam, meninggalkan warna hitam yang kudapat, membawaku kealam tidur yang damai.


I’ve become so numb,
I can’t feel you there
become so tired…
so much more aware
I’m becoming this…
all I want to do
is be more like me,
and be less like you…
(Linkin Park- numb)

Minji’s House 22.15 KST

Minji POV

Masih saja kugenggam ponselku ini. Sudah hampir dua minggu dia tak ada kabar. Terbesit pikiran-pikiran negative dalam otakku, namun segera kutepis mengingat betapa lembut dan manisnya dia saat bersamaku. Apalagi senyumannya itu, sungguh membuat lututku lemas dan jangan lupakan pelukan hangatnya yang selalu membuatku terbuai dan terlena menikmatinya.

“luhan oppa, kau dimana?” entah sudah berapa kali aku mengucapkan hal bodoh itu seraya mengetikan sesuatu atau menekan tombol hijau memanggil nama kontak ‘lulu oppa’ di ponselku, karena jelas-jelas orang itu ada di jepang (benar yeoja ini pabo!)

Aku sudah benar-benar bingung sekarang. Bagaimana bisa luhan oppa tidak mengabariku selama ini. Bahkan biasanya ia selalu mengirimiku pesan tiap dia sedang istirahat kuliah. Memang seharusnya aku mengerti bahwa mungkin ia sedang sibuk dengan kuliahnya, tapi entah mengapa perasaanku akhir-akhir ini benar-benar kacau. Dia tampak aneh, walau aku tak bisa bertatap langsung dengannya, tapi dapat kurasakan keanehan dari dirinya. Dia berbeda. Luhan oppa tidak lagi meneleponku tiap malam. Hanya beberapa kali saja ia melakukannya. Luhan oppa tidak lagi menyematkan kata ‘saranghae’ walaupun masih ada kalimat ‘bogoshipeo atau aku merindukanmu’ dalam pesannya. Terlebih lagi sekarang, luhan oppa nampak tidak seantusias dulu saat aku menanyakan ‘kapan kau kembali oppa?’ dia lebih memilih diam dan berkata ‘bersabarlah chagi’ Entahlah, tapi aku benar-benar merasakan kekhwatiran yang teramat sangat padanya. Aku mencintainya. Terlalu mencintainya, sampai-sampai  aku tak bisa berpikir logis lagi, bahwa mungkin saja dia sudah mendapat wanita yang lebih baik, lebih cantik, dan tentunya lebih dewasa dariku di sana.

Ya, aku memang manjalani hubungan jarak jauh dengan namjachinguku. Luhan, Xi Luhan. Dia namja yang sudah kupacari hampir 3 tahun lamanya. Hingga pada saat kelulusannya, dia mengatakan sesuatu yang membuatku tercekat. dengan wajah tertunduk ia mengatakan bahwa ia ingin melanjutkan studinya di Jepang. Aku terhenyak mendengarnya, sungguh miris. Orang bilang bahwa tidak ada hubungan jarak jauh di dunia ini, karna pasti salah satu atau bahkan kedua pihak akan mendapatkan hati baru dari sekitarnya. Akku takut. Takut jika mitos itu benar terjadi. Aku sangat mencintainya, dan sangat tidak rela jika harus berpisah dengannya. tapi demi kebahagiaannya, aku menampakan senyum termanisku yang setengah mati kupaksakan dan berkata ‘pergilah oppa, kejar impianmu sebagai pengusaha handal dan kembali sebagai seorang yang sukses’ ia lalu mengangkat wajahnya. Nampak raut muka yang cerah bahagia setelah aku mengatakan hal itu. Ia langsung menarik tubuhku, membawaku masuk kedalam pelukan hangatnya, terlarut dalam kehangatan dan kenyamanan kasih sayang seorang yang sangat amat  kucitai. Luhan oppa…

“haahh, oppa… mengingatnya membuat hatiku sakit oppa. Aku ingin menangis…” lirihku seorang diri

Aku merindukanmu oppa, sangat merindukanmu. Merindukan saat kau memanggil namaku dengan sebutan ‘minnie’ atau ‘chagi’ merindukan saat kau mengucapkan kata ‘saranghae’ tepat di telingaku membuatku bergidik bagai tersengat listrik bermega-mega volt, merindukan saat kau membelai pipi dan rambutku lembut, dan tentu saja aku sangat merindukan sentuhan saat kau membawaku dalam pelukan cinta hangat darimu oppa-

DEG!

Tiba-tiba saja, aku teringat kai. Ingat saat aku tak sengaja berpelukan dengannya di gudang. Saat aku hanyut dalam dekapan hangat dan bau mint yang menguar dari tubuhnya. Merasakan kenyaman dan desiran darah yang megalir deras dalam tubuhku. Tidak jauh berbeda dengan yang kurasakan saat bersama luhan oppa. Bedanya, aroma yang menguar dari tubuh luhan oppa adalah bau almond yang sangat kusukai dan menenangkan.

“aisshhh, minji-ah, apa yang kau pikirkan, huh?! Bisa-bisanya kau membandingkan luhan oppa dengan namja tak berotak itu! Haisshh” aku menggelengkan kepalaku menyadarkan otaku yang mulai tak beres

Lalu, aku mengingat kejadian tadi sore, saat aku mengatakannya. Hal yang sebenarnya entah mengapa sangat sulit kuucapkan, walau itu adalah kenyataan bahwa ia benar-benar selalu saja mengganggu dan mengahancurkan hidupku. Tapi benar-benar sangat sulit kuucapkan. Rasanya seperti ada yang menahanku untuk mengatakan itu semua. Mungkin karena pelukan itu, kehangatan dan kenyamanan yang sangat kurindukan dari luhan oppa dan tanpa sengaja kudapatkan darinya membuatku lupa diri, dan merasakan hal-hal aneh akhir-akhir ini. Tapi, entah perasaanku saja, atau memang benar ia langsung terlihat muram dan lesu selesai aku mengeluarkan unek-unek ku itu. Dan lagi-lagi otak dan hatiku berjalan tak seimbang, perasaan menyesal tiba-tiba saja menusuk hatiku. Bagaimana bisa?  aku pun tak mengerti alasannya, tapi yang pasti sudah kuputuskan untuk menanyakannya pada kai esok.

August, 08th

Hannyoung High School, 06.55 KST

Pagi itu suasana amat cerah. Langit tidak mendung dan namun tidak juga menampakan warna kuning yang menyala menyilaukan mata. Semilir angin berhembus tenang menerbangkan dedaunan dan menggerakan ranting-ranting pohon dengan gerakan pelan dan lambat. Udara sejuk itu juga masuk melalui celah-celah jendela yang dapat persis dirasakan oleh sekelompok manusia yang berada dalam sebuah kelas. Murid-murid Hannyoung high school sudah berada dalam kelas masing-masing, begitu juga dengan minji, yang hari ini datang lebih pagi karena entah mengapa perasaannya mengatakan ingin segera bertemu dengan namja yang selama ini mengganggunya. Namun, hingga waktu hanya menyisakan 5 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi, sosok itu belum nampak juga batang hidungnya, membuat si penunggu kesal dan jengkel. Eitzz, tapi jangan lupakan kekhawatiran dari yeoja itu juga. Diam-diam minji juga sempat khawatir dengan kai. Mengingat belakangan ini aktivitas kai menjadi lebih sibuk, dan tubuhnya juga menampakan kelelahan yang teramat sangat. Bagaimana tidak? seorang remaja hidup seorang diri di kota besar macam seoul bukanlah hal yang mudah. Ckckkckkckk. Saat minji sedang melamunkan namja mesum itu, tiba-tiba saja terdengar suara teriakan dari belakang minji…

“YAAKK! Kai-ah kemana saja kau ini, huh??? Semalaman kuhubungi tidak maau menjawab!! Padahal ada banyak yeoja sexy kemarin disana” terdengar suara lengkingan tinggi yang memekakan telinga dari baekhyun si namja sipit nan imut disusul dengan pergerakannya dengan satu orang temannya yang tentu(?) lebih tinggi darinya, saat sosok yang ditunggu-tunggu minji muncul dari balik pintu kelas dengan tampang lesu dan lemas ‘nampak bosan hidup mungkin orang ini’

“hmmhhhh” yang diteriaki malah hanya menjawab dengan desahan malas yang keluar dari rongga mulut tak berdosanya(?) membuat jengkel dua orang manusia yang kini sudah berada dibangkunya.

“haisshhh, dasar pabbo! Kemarin kau yang minta dicarikan yeoja-yeoja sexy, tapi malah kau yang tidak datang! Apa kau sudah berubah menjadi alim sekarang???!!!” sekarang giliran suara parau yang ngebass  mirip suara ahjussi-ahjussi pingiran dangkok keluar dari bibir mungil chanyeol. Ckckckk dia ini sungguh tidak cocok untuk urusan teriak-meneriak.

“aku sedang tidak bersemangat, lain kali saja” singkat dan tepat. Itu predikat yang paling pas disandang untuk perkataan kai barusan, menandakan bahwa orang itu benar-benar dalam keadaan yang sulit diartikan dan tidak dapat ditebak. Sementara kedua makhluk yang masih setia berada dibangkunya hanya melongo dengan tatapan tak percaya.

“shsaahhh,…. yasudahlah, kita saja yang melanjutkannya nanti malam yeolli” decak baekhyun menyerah melihat tampang kai yang seolah mengatakan ‘jangan ganggu aku’ dan baekhyun mengerti itu.

“ohhohoho, yasudah baiklah chagi. As your wish…” jawab chanyeol semangat sambil memperlihatkan jejeran gigi putihnya yang seperti susu formula bayi usia 6 bulan. Ternyata chanyeol tidak mengerti. Ckckkck-___-“

“ishhh, menjijikan sekali kau, bayi ahjussi!” baekhun Nampak bergidik ngeri mendengar jawaban dari chanyeol yang menyematkan kata ‘chagi’ untuk dirinya. Bukan hanya bibirnya yang selalu tersenyum terbuka lebar seperti pintu masuk gereja st.fless saat dalam keadaan apapun bahkan saat terkena musibah sekalipun, tapi juga kelakuannya  yang diluar nalar akal sehat manusia, membuat baekhyun yakin benar bahwa orang yang ada dihadapannya ini memang sangatlah IDIOT!!!

“haishhh, kau ini kejam sekali baekhunnie…” ucap chanyeol sambil mempoutkan bibirnya, memperjelas keyakinan baekhyun bahwa manusia ini memang benar-benar jelemaan(?) dari seorang ahjussi tua yang bersemayam dalam tubuh,( ralat! Wajah. *hanya wajah, mengingat postur tubuhnya yang tinggi besar bak seekor beruang madu?)* ‘seekor’ oh, maaf ‘seorang’ bayi karena mukanya yang imut dan baby face berbanding terbalik dengan suaranya yang berat, parau dan ngebass menggelintar.

“Tskk! menjauhlah dariku! Setidaknya sampai nanti malam sebelum kita sampai di club!” ketus baekhyun melihat tingkah chanyeol yang makin menggila.

“kau akan menyesal berjauhan denganku baekhyunnie…” lagi-lagi ucapan chanyeol itu terdengar seperti ocehan orang dari rumah sakit jiwa yang masuk dalam kawasan sekolah. Sungguh diluar dugaan baekhyun memiliki teman sepertinya.

“YAAKKK! KAU BENAR-BENAR MENJIJIKAN! HUSSHH HUSSHH” frustasi, akhirnya baekhyun memilih untuk kabur menjauhi bayi ahjussi itu menuju tempat duduknya, yang sebenarnya mereka berdua adalah teman sebangku. Sungguh, baekhyun yang malang-,-“ ckckckkck

Lain baekhyun yang frustasi, lain chanyeol yang depresi, lain pula kai yang nampak tak perduli, ckckkcck. (di korea juga ada Bhineka Tunggal Ika ya? berbeda tapi tetap satu) Ia justru terlihat serius dengan proses pemasangan headset ditelinganya dan langsung menyambar ipod yang tadi hampir disentuh oleh chanyeol, lalu terlarut dalam alunan musik yang entah  lagu apa yang didengarnya itu. Minji yang memperhatikan kejadian tersebut hanya bisa menarik kesimpulan bahwa suasana hati kai sedang tidak baik. Maka dari itu, ia urungkan niatnya untuk berbicara dengan kai. Untung saja Shin songsaenim telat masuk kelas, karena ternyata saat kai memasuki kelas, jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh menit. Itu berarti kai telat (lagi!).

“maaf anak-anak saya terlambat masuk kelas karena ada urusan yang terlebih dulu harus saya selesaikan. Kalau begitu langsung saja kita membagi kelompok untuk ujian praktek bulan depan, kalian akan menarikan tarian tango berpasangan” ucap wanita yang masih tergolong muda itu tegas. Perawakannya yang kecil, imut dan lucu serta wajah yang manis, sangatlah tidak sesuai dengan sikapnya yang menganggap seolah-olah manusia-manusia tak berdosa dihadapannya itu adalah buruh pabrik yang siap setia bekerja 24jam nonstop tanpa makan. Eerrrrrr… lebih mengerikan daripada Park songsaenim ternyata!

“haisshhh, songsaenim, tugas mengaransement lagu dan tari individu yang kau berikan saja belum selesai, mana bisa kau menambahkan kami tugas lagi???” ujar seorang murid lantang

Pernyataan dari shin songsaenim tadi tentu saja membuat jengkel para murid. Ada yang mengumpat dalam hati, mengutuk sang songsaenim, memukul-mukul meja sebagai pelampiasan(?) bahkan ada yang sampai berteriak histeris saking frustasinya. Jelas saja, tugas yang lain saja belum kelar, sekarang dengan seenak jidat dia menambahkan pekerjaan baru lagi pada mereka ditambah tugas dari guru-guru lain pun sudah menempuk, bersiap menjajal raga jasmani dan rohani mereka dengan gegap gempita. Sungguh menderitanya menjadi siswa kelas akhir!

“sudah-sudah, tidak ada tawar menawar! Kalian ikuti, atau saya tidak memberi kalian nilai akhir semester sama sekali !!” cerocos wanita itu, membuat jantung para siswa bagai terlepas(?) dari raganya. Akhirnya kelaspun kembali tenang, siswa bersiap mendengarkan dengan siapa mereka berpasangan

“baiklah, kelompok pertama, Jung ah ri dengan lee jinki..”

“Kelompok dua, park chanyeol dengan min rin tae..” tiba-tiba-

“songsaenim! Apa aku tidak bisa bertukar pasangan???!!! A-akku—“ belum sempat chanyeol melanjutkan kalimatnya…

“tidak bisa park chanyeol, keputusan ini sudah final. Kau tinggal menjalankannya” ucap guru itu memotong perkataan chanyeol membuat chanyeol tersentak dan kali ini tidak ada deretan gigi putih yang terlihat. Sungguh naas nasibnya kali ini-,- ckckckckck (makanya segeralah tobat chanyeol-ah!)

“kelompok tiga, byun baekhyun dengan lee hyerin…” lanjut shin songsaenim dan mendapat respon yang luar biasa senang dari salah satu pihak.

“YEESSS!!!!!” “rasakan kau park chanyeol- selamat menikmati ujianmu…!” goda baekhyun berbisik pada chanyeol. Bagai mendapat kupon berhadiah uang tunai 1 juta won, baekhyun senang bukan main karna berpasangan dengan hyerin yang cantik jelita yang sudah menjadi incarannya namun belum juga dapat ia taklukan  selama ini. (kasian! Ama author aja sini !^,^)

“haishhh, sial ! Mengapa baekhyun mendapat pasangan bagus, sementara aku harus berpasangan dengan yeoja gendut dan montok itu???!!! Awass saja! sampai dia menghambatku, akan kugulingkan dia di rel kereta cepat  menuju mokpo!!!” umpat chanyeol membatin, sementara baekhyun masih terkekeh penuh kemenangan.

Pasangan lain pun ikut dibacakan, walau sesekali terdengar suara protes dari murid, tetapi guru itu tetap pada keputusannya. Sampai yang terakhir dibacakan…

“yang terakhir, Kim jongin dengan jung minji…”

“hhhhhwwwwaaaaaaaaaa!!!!!!!” terdengar teriakan histeris dari para yeoja seisi kelas seperti baru saja  melihat monster inc. keluar dari layar televisi saat mendengar ucapan shin songsaenim tadi, dan tentunya iri karna minji mendapat pasangan yang jago menari, hebat, keren, Kece badai tralala-trilili  seperti kai.

“itu tidak adil songsaenim! Mana boleh kai berpasangan dengan minji !” sekarang terdengar seorang yeoja yang nampak benar-benar dengki kusumat dengan minji. Sementara sang suru hanya menggelengkan kepala seakan mewakili perkataan ‘ini keputusan final’ Sedangkan yeoja-yeoja lain hanya mengumpat dan mencemooh minji karena keberuntungannya bisa berpasangan dengan kai.

Minji POV

“haishh, kenapa harus dengan namja mesum itu?!” batinku

Aku tidak tahu apakah harus kesal karna berpasangan dengan namja tak berotak itu, atau justru senang. Entahlah, aku pikir aku akan kena sial jika terus berdekatan dengannya, tapi yang kurasakan beda. Aku rasa akan lebih baik jika aku bersamanya. Mengapa? Aku pun tak tahu alasannya. Mungkin karna dia hebat menari dan hebat juga bermusik. Lengkaplah sudah. Aku terima sajalah.

Aku melirik kearah kai, yang sama sekali tidak bergeming. Ia nampak tak menggubris rayuan para yeoja yang memelas belas kasih untuk kai melatih mereka menari. menampangkan wajah aegyo mereka  yang sungguh ingin membuatku muntah ditempat. sangat menjijikan! Kai malah terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Itu yang dapat kulihat, karna tatapan matanya kosong entah kemana ditinggalkan(?) oleh sang pemilik. Lalu aku pun berbalik menghadap depan lagi, mendegarkan intruksi yang diberikan oleh shin songsaenim

Kai POV

Entahlah apa aku harus senang atau justru kesal mendengarnya. Aku mendengarnya. Mendengar dengan jelas bahwa kali ini aku dipasangkan dengan minji. Disatu sisi aku senang karna pasti dapat menghabiskan waktu lebih lama bersama yeoja itu dan bisa mengenalnya lebih dekat. Tapi disisi lain, ‘apa mereka tidak tahu bahwa sekarang pikiranku ini sedang dipusingkan olehnya?!!!’ antara senang dan sedih, entahlah, aku tak bisa memilihnya. (coba reader kasih saran deh!)

Aku lihat minji melirik kearah ku. Segera kupalingkan wajahku, berusaha mati-matian supaya dia tidak sadar bahwa sedari tadi aku memperhatikannya. Sejak tadi. Sampai-sampai tidak kuhiraukan pertanyaan, teriakan, atau bahkan rayuan dari yeoja-yeoja yang memenuhi telingaku, memintaku untuk menjadi tutor dance mereka, membuatku ingin menyumpal mulut-mulut yeoja itu dengan kaos kaki milik chanyeol yang terkenal tidak pernah diganti. Yang kuperhatikan dari tadi hanyalah sosoknya. Jung minji. Dia sangat menarik perhatianku, sungguh.

Kai’s studio, 16.00 KST

Sepulang sekolah, kai dan minji sepakat untuk berlatih menari tango di studio tari tempat kai biasa mengajar. Tidak begitu jauh dari sekolah, sehingga mereka dapat cepat sampai ke tempat tujuan.

Sesampainya disana….

“kai, ini tempat kau mengajar tari?” minji bertanya pada kai dengan raut wajah yang tak bisa digambarkan

“nde..” jawab kai enteng sambil terus berjalan memasuki studio dengan minji yang mengikut dibelakangnya.

“mengapa banyak anak-anak?” tanya minji bingung melihat kerumunan anak kecil di setiap sudut studio membuat suasana didalam studio jauh lebih ramai daripada diluar.

“aku memang mengajar mereka” kai sempat menoleh kebeberapa anak yang ada di pojok studio, lalu kembali berjalan.

Minji mengangguk seolah mengerti dengan ucapan kai. Ia baru tahu selama ini kai mengajar tari untuk anak-anak. Sesekali ia mencubiti pipi gembul anak-anak kecil yang melintas didekatnya dengan penuh nafsu. Sedangkan sang anak? Mereka hanya memasang muka datar dan terlihat menyesal karna harus berpapasan dengan minji yang nampak seperti monster yang siap mencabik-cabik wajah imut mereka. Minji memperhatikan sekeliling studio. Tempatnya tidak begitu besar, tapi minimalis dan terlihat sangat modern. Disetiap ruangannya terdapat kaca-kaca besar yang hampir memenuhi seluruh sudut ruangan tersebut, warna cat yang amat cerah dan berwarna-warni disertai berbagai alat speaker dan sound sistem yang diatur sedemikian rupa. Lantai yang tertutupi kayu dan akses menuju ruangan yang mirip dengan koridor membuatnya terkesan lebih elegan. Keren. Itu komentar minji saat melihat tempat kai bekerja selama ini.

Mereka lalu memasuki salah satu ruangan yang sepertinya paling luas diantara ruangan lainnya. Kai meletakkan tasnya dipojok ruangan dan beranjak kesudut ruangan lainnya tempat rak-rak seperti lemari dengan kaset, album, majalah, dvd dan vcd tercecer tak beraturan didalamnya. Lalu ia kembali dengan membawa sebuah kaset yang minji yakini, itu adalah bahan untuk latihan mereka

“ada beberapa music backsong untuk tarian kita didalamnya. Kau bisa pilih sesukamu” ucap kai pada minji sambil menyerahkan kaset yang tadi dipegangnya

“baiklah, aku akan mencobanya!” jawab minji semangat dengan senyum lebarnya (mungkin tertular happy virus dari chanyeol-_-)

Minji lalu memutar satu demi satu lagu yang ada dalam kaset tersebut. Setelah dirasa cocok, akhirnya ia memilih salah satu lagu yang menurutnya paling pas untuk menjadi backsong tari mereka. Setelah itu tanpa membuang banyak waktu, mereka langsung berlatih denagan serius. Kai mengajari minji dengan sangat telaten dan sabar. Mengingat ini adalah kali pertama bagi minji melakukan tari tango, maka kai pun memakluminya. Mereka terus berlatih sampai hampir 3 jam mereka latihan, dan minji merasa tulangnya sudah retak dan rontok entah menjadi seperti apa. Mereka pun memustuskan untuk beristirahat. Minji menyandarkan tubuhnya ke dinding ruangan dan mengatur nafas yang masih memburu. Sedangkan kai? Hilang entah kemana. ‘biarlah, mungkin dia mencari angin’

“hossshhh, hosshhh, hosshhh….” Nafas minji masih saja memburu seiring dengan rilisnya keringat yang membasahi tubuhnya.

“ini, minumlah!” tiba-tiba saja kai muncul entah datang dari mana serta merta membawa dua botol minuman dingin dan menyerahkan salah satunya pada minji. ‘Ahh surga dunia’ batin minji.

Gleekkk… gleekkk… gleekkkk……

“kau bisa mati tersedak jika minum seperti itu” ucap kai ngeri saat melihat minji meminum airnya sampai habis tanpa mengambil napas, layaknya seekor unta(?) yang baru mendapatkan air setelah mengelilingi bermil-mil gurun pasir. Haish, yeoja ini benar tak karuan.

“huugghhh, huugghhh, huugghhh… haku sanghaat haus khaiii-” jawab minji ngos-ngosan setelah meminum habis airnya dan kembali menyandarkan tubuhnya ke didinding, lemas.

Cukup lama mereka beristirahat. Kai dan minji duduk bersebelahan, menyadar pada dinding menghadap lurus kedepan, menikmati udara yang ada dalam ruangan tersebut dalam diam. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Canggung. Itulah yang terjadi diantara mereka. Alasannya mengapa? Mereka pun tak tahu. Bingung. Itu juga  yang ada dalam pikiran mereka. Bingung harus melakukan apa, membicarakan apa, atau bahkan memulai pembicaraan darimana. Situasi yang sangat rumit. Alhasil, mereka pun lebih memilih diam dan menyesap suhu normal dalam ruangan tersebut dengan damai.

Hening…

10 minute letter…

“kau menyukai anak kecil kai?” tak tahan dengan situasi tak mengenakkan, akhirnya minji pun mencoba membuka suaranya.

“tidak begitu” jawab kai singkat, tidak seperti yang minji harapkan.

“kenapa? Padahal hampir tiap hari kau bergumul dengan anak-anak kecil itu” tanya minji lagi mulai penasaran.

“huffthh… mereka itu sangat merepotkan… tapi terkadang, mereka  juga terlihat sangat menggemaskan. Sangat menyebalkan, tapi terkadang, saat bersamanya juga terasa sangat menyenangkan. Entahlah aku tak tau” jawab kai dengan pandangan yang tetap lurus kedepan.

“hmm, kalau menurutku, mereka semua itu sangat unik. Lucu, imut, dan menyenangkan. Melihat mereka tertawa saja bisa membuatku ikut tertawa, Hhhh. Tingkah polos mereka membuat mereka terlihat bagai makhluk paling mulia di muka bumi. Hhahaa, aku sangat menyukai anak-anak” tanpa diminta, minji mengeluarkan pendapatnya dengan semangat dan wajah beseri-seri. Kai yang melihatnya, tanpa sadar menarik salah satu sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan manis penuh arti. Terus saja ia perhatikan cara yeoja itu berbicara sampai ia rasa sudah benar-benar takluk akan pesona dan kebodohan yeoja itu.

“yaakk! Kai !!! kau tidak mendengarku ya??? Hufftt, dasar menyebalkan!” ucap minji sambil memanyunkan bibir dan melipat kedua tangannya di dada, setelah sadar bahwa yang diajak bicara sedari tadi hanya diam dan bernapas.

Hening…

“aku mendengarmu. Lucu sekali kau bilang anak kecil itu makhluk paling mulia-“ lagi. Kai selalu datang, muncul dan bicara tiba-tiba saat dalam kesunyian. Benar-benar namja yang aneh-___- Minji yang mendengar itu hanya bisa menaikan sebelah alis dan tak lama, tawanya pun meledak.

“bwuuaahhahahhahahhhahaa” “ter..ternyata… kau ini benar-benar tak berotak kkamjong…!!!!! lama sekali kau merespon perkataanku,… hhhhhh dan, khhaauu… baru sadar, hhuuhhh??!!!!! Bwuahhahahhaha!!!!!!!” minji mengatakannya dengan terputus-putus karna menahan sakit diperutnya akibat menahan dan terlalu banyak tertawa.

“aisshhh, dasar yeoja pabbo!!! Seenaknya saja kalau bicara! Kau ini mengejekku, huhh? Cari mati kau??!!!-“ ucap kai kesal melihat minji malah menertawainya. Sedangkan dari tadi ia sibuk setengah mati merangkai kata-kata yang tepat untuk diucapkannya pada minji. Setelah dapat, malah ledakan tawa tak berirama yang diterimanya. ‘haisshhh, yeoja pabbo!’

“hahhaha anniyooo… khau nya saja yang terlalu sensitive! Tapi memang benar kau ini sangat idiot, sama seperti temanmu si baekyeol itu! Huahhahhahha” lagi-lagi dengan tampang innocentnya minji tertawa, tidak menyadari orang disebelahnya kini sedang mengutuk dirinya. Haish, mereka berdua memang aneh.

“sudah, sudah jangan menertawaiku terus! Atau aku tidak akan mengejarimu tari tango?!!” kata kai kesal karna merasa dipermalukan.

“ahh hahh, a a anni-anni !!! mian kai, mian… Jeongmal mianhae._. Aku janji tidak menertawai mu lagi, tapi kau tetap harus melatihku, nde?!” ucap minji takut dan sejurus kemudian melancarkan aksi aegyonya, membuatnya terlihat seperti kucing Persia yang minta diberi makan oleh majikannya.

“yaksok?” tanya kai. Sebenarnya melihat minji beraegyo, kai ingin tertawa. Karena baru kali ini ia melihat yeoja cerewet itu beraegyo. Namun setengah mati ia tahan tawanya itu karna penyakit gengsi yang menjalar tubuhnya.

“emhh! yaksoookkk!” jawab minji mantap sambil menarik salah satu jari tangan kai dan menautkan kelingking mereka membentuk sebuah ikatan.

Kai yang melihat hal itu hanya bisa diam seribu bahasa, tak bisa berkutik mengikuti atau menolak. Debaran jantungnya tiba-tiba saja mengeras. Menderu, menggebu-gebu bagai suara drum yang selalu ditabuh oleh chanyeol saat membawakan lagu ‘play for plagues’ dari bring me the horizon. Desiran darahnya pun tak mau kalah beradu cepat. Bagai terkena aliran listrik, cairan kental itu terus saja memompa jalannya irama degupan jantung kai. Pipinya pun tak mau diajak kompromi. Kedua sisi wajah itu memanas dan nampaak terbakar seperti daging panggang. Kai yang mulai merasakan hal yang tidak beres itu, langsung saja memalingkan wajahnya agar tidak bertemu dengan manik mata hitam milik yeoja didepannya ini. Mencoba menetralkan suasana hati dan tubuhnya.

Tidak berbeda jauh dengan kai, minji pun merasakan hal yang sama. Degup jantungnya menjadi hilang hitungan seperti ini. Bagai lari berkilo-kilo meter jauhnya, jantung minji terus saja berdetak tak beraturan. Pipinya menjadi merah padam, terlihat benar saat ia melirik dirinya dari pantulan kaca studio. Bedanya, minji hanya menganggap semua itu adalah hal yang biasa dan segera mengontrol kembali keadaan dirinya. Berbanding terbalik dengan namja dihadapannya yang sedang mati-matian mengendalikan gejolak emosinya yang meluap-luap.

“hhahhhaha, kau ini-“ ucap kai renyah setelah ia rasa keadaannya cukup aman terkendali.

“hehehheehe” timpal minji cengengesan tak kalah bodohnya.

Mereka akhirnya dapat membuka suara, , mencari topik masalah, memulai perbincangan, tertawa dan terdiam beberapa saat. Lalu kembali berbincang, saling mengejek dalam konteks yang aman. Kali ini mereka sudah mulai bisa terbuka satu sama lain. Minji tanpa ragu memuji kehebatan kai dalam menari dan bermain gitar, sedangkan kai hanya memberikan senyum miringnya dan sesekali mengacak rambut minji menambah kesan akrab diantara mereka. Berbeda dengan dulu, saat mereka masih sering bertengkar dan adu mulut. Sekarang mereka terlihat seperti kawan yang sangat akrab dan sudah lama saling mengenal. Baru mereka sadari ternyata bisa sebaik ini jika mereka berteman. Baik kai maupun minji sangat menikmati suasa tersebut. Terlebih minji yang sudah lama tidak merasakan kenyamanan dari seorang namja dan betapa bahagianya dia mengetahui bahwa kai bukanlah orang yang terlalu buruk untuk diajak bicara.

Lama mereka menikmati suasana hangat yang berhasil diciptakan, hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan hampir pukul 8 malam. Kai yang lebih dulu menyadarinya buru-buru mengambil tasnya dan mengajak minji pulang. Sebenarnya ada perasaan tak rela saat harus berpisah dengan minji dalam keadaan seperti ini, namun semua itu segera ditepis dari olehnya, dan berpikir masih ada hari esok.

Lalu Minji meminta izin ke toilet untuk mencuci muka. Kai pun berinisiatif untuk membawakan tas minji. Saat diambilnya tas itu, tak sengaja sebuah buku terjatuh dari dalamnya. Ternyata minji lupa menutup resleting tasnya tadi saat mengambil pencuci wajah. Kai pun mengambil buku itu yang ternyata adalah buku diary dan berniat memasukannya kembali kedalam tas sebelum sesuatu yang lain juga ikut terjatuh dari dalam buku tersebut-

DEGG!!!

Kai diam kaku mematung melihat sesuatu yang dilihatnya…..

-TBC-

Hufftt, akhirnya bisa dipublish juga ff ini. Terimakasih buat admin yang sudah mengorbankan waktunya untuk mem-post ff abal ini, dan merelakan blognya untuk diisi karangan gaje seperti ini. Sekali lagi, saya masih belajar membuat fanfic yang baik, jadi tolong bantuan dan kerja samanya. Kritik dan saran akan sangaaattt diterima dengan lapang dada^,^

 

Tidak lupa, special thanks again for reader^o^ terimakasih karena kalian sudah mau membaca karangan saya, dan jika berminat, harap tunggu chapter selanjutnya yang insyallah- mudah-mudahan akan segera di publish kalau kalian antusias dengan fanfic ini… ^^

 

The last word, please comment and don’t be silent reader! \^0^/

Thank you for reading>>>>

 

2 pemikiran pada “Hopeless Love (Chapter 1)

Tinggalkan Balasan ke Anti95line Batalkan balasan