Chanyeol Appa! (Chapter 8)

CHANYEOL APPA!

Part 8 : “Beautiful Things”

chanyeol appa

Lenght : Chaptered

Rating : PG 13+

Genre : Comedy, Romance and Family

Author : deeFA (Dedek Faradilla)

Twitter : @JiRa_deeFA

Main Cast : ChanYeol EXO-K (Park Chan Yeol)

                  Hwayoung (Ryu Hwayoung)

                   Baek Hyun EXO-K (Byun Baek Hyun)

                  Ara Hello Venus (Yoo Ara)

                   Suho EXO (Kim Joon Myun)

                   Krystal f(x) (Kim Soo Jung)

                   Aleyna Yilmaz Ulzzang Baby (Park Shin Hye)

Annyeonghaseyo~ Balik lagi dengan chapter 8. Mudah-mudahan para readers suka dengan part ini. Mau buat yang romantis. Tapi kagak tau deh, ini romantis atau kagak. (T_T). Author amatiran ini ingin berterima kasih bagi yang sudah baca di part sebelumnya. Tinggalin jejak setelah baca ya ^^, baik itu berupa kritik maupun saran, atau yang lainnya. Supaya ceritanya bisa jadi makin baik. Don’t be Silent Reader. Thank you. *deep bow*

Read and Comment.

====================================================================

Sepanjang perjalanan pulang Shin Hye melihat wajah Ara yang merona. Setelah seharian bermain dengan Ara dan Baek Hyun sedikit membuat hatinya baikan. Padahal ia ingin sekali posisi Ara dan Baek Hyun itu adalah appa dan eommanya. Ia menatap keluar jendela bus sambil menghela napas panjang, dibalik dinginnya malam.

Ia melihat ada anak seumurannya yang dipangku oleh ayahnya dan disebelahnya ada ibunya yang membukakan sebuah jeruk untuknya. Betapa cemburunya ia. Setibanya dirumah, semua keluarga Hwayoung menyambutnya.

Setelah mandi dengan air hangat bersama dengan halmeoni, Shin Hye bergegas untuk tidur dikamar yang dahulu digunakan Hwayoung. Ia berpura-pura tertidur saat halmeoni menina-bobo kannya. Setelah halmeoni mencium keningnya, air mata Shin Hye jatuh. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan membuka jendela. Bintang bertebaran begitu indah malam itu.

“Bintang, tolong sampaikan pada Tuhan. Shin Hye berjanji akan menjadi anak yang baik. Shin Hye tidak ingin mainan, bahkan tidak menginginkan apapun didunia ini. Kecuali satu. Tolong, persatukanlah eomma dan appa, apapun caranya. Bintang, jangan lupa ya sampaikan sama Tuhan!”

***

@Suho’s House

Apartemen mewah milik Joon Myun terasa sepi sekali. Hanya ada dirinya yang tinggal sendiri di sana. Apalagi ditambah ia sering keluar kota, membuat apartemen bintang lima ini seperti tempat singgah saja. Dari dulu ia menginginkan sebuah kehangatan. Orang tuanya juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Mereka hanya berkumpul ketika liburan akhir tahun. Bahkan dengan adik perempuannya saja yang sudah lima bulan ini tinggal di Seoul, belum pernah dijumpainya.

Ya, benar, Joon Myun memiliki seorang adik perempuan. Seharusnya, ia tidak merasa kesepian dengan adanya adik perempuannya. Namun, sifatnya sama seperti ibunya. Adiknya itu workaholic. Tujuan Joon Myun selalu belajar rajin selama ini adalah hanya untuk mebuat dirinya lupa akan keluarganya sibuk. Akan tetapi, semua yang dilakukannya malah membuat hatinya terasa beku dan kesepian makin merundung di hatinya. Kehadiran Hwayoung dan Shin Hye yang baru beberapa kali ditemuinya membuat dirinya merasakan ada yang berbeda. Dirinya seperti nyaman sekali.

Seperti sekarang ini. Hwayoung tertidur lelap di tempat tidur besarnya. Ia terus menatap wajah putih mulus milik ibu dari Shin Hye ini. Sesekali ada air mata yang membasahi pipinya Hwayoung.

“Selama ada aku, kau tidak akan baik-baik saja” ucap Joon Myun sambil memegang tangan Hwayoung yang dingin. Ia bangkit dari duduknya dan menghidupkan pemanas ruangan.

Tiba-tiba terdengar suara batuk dari Hwayoung. Ia ingin muntah. Joon Myun menuntunnya ke kamar mandi. Ia mengelus-ngelus punggung Hwayoung. Ketika Hwayoung membalik badannya, ia sangat terkejut melihat Joon Myun ada di hadapannya.

Gwaenchanayo?” tanya Joon Myun yang panik melihat Hwayoung dengan ekspresi kaget.

“Umm…sss-ssa-saya..hmmm…” Hwayoung terbata-bata.

“Benar tidak apa-apa kan?. Kau istirahat saja Hwayoung-ssi. Aku akan membuatkan bubur untukmu”

Hwayoung sama sekali tidak mengingat, mengapa ia bisa berada di rumah manager divisinya ini. Seingatnya tadi pagi, karena frustasi ia minum banyak soju. Ia membuka jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam. Perutnya sudah kriuk-kriuk dan kepalanya juga pusing. Ia keluar dari kamar dan menghampiri Joon Myun yang sedang di dapur.

“Duduk saja di situ” kata Joon Myun yang menunjuk ke arah meja makan dengan dagunya.

Setelah menunggu lebih dari setengah jam, Hwayoung penasaran,

“Hanya membuat semangkuk bubur sepertinya tidak butuh waktu selama ini” batinnya.

Hwayoung lalu pergi mendekati Joon Myun yang kesusahan menghidupkan kompor listrik yang ada di apartemennya. Hwayoung terkekeh melihat bagaimana berantakan dapurnya hanya untuk membuat semangkuk bubur. Apalagi ditambah potongan sayurnya yang membuat Hwayoung sakit perut menahan tawanya.

“Anda tidak biasa memasak ya?” tanyanya.

“Jujur ini pertama kalinya aku memasak dan menggunakan dapur ini” jawabnya yang malu.

“Kalau begitu anda silahkan duduk. Biar saya yang membuatnya untuk anda”

Akhirnya Joon Myun menyerah, ia membiarkan Hwayoung untuk memasak. Joon Myun terkesima melihatnya yang lihai memetong sayur-sayuran dan meraciknya. Hanya butuh satu jam bagi Hwayoung untuk menyiapkan sup kentang, kimchi jeon, egg roll isi sayur, sup rumput laut dan nasi. Ia menyajikannya di atas meja makan dengan rapi. Joon Myun memfoto untuk mengabadikan momen itu.

“Hanya makanan biasa seperti ini buat apa difoto. Semua orang juga bisa membuatnya” kata Hwayoung.

“Soalnya ini makanan pertama yang dibuat di apartemen ini dan makanan pertama yang disajikan dimeja ini. Juga kau orang pertama yang memasak untukku. Jadi, penting untuk diabadikan” jelas Joon Myun dengan senyuman khasnya.

Jal Meokgesseumnida!” kata Joon Myun.

Ia lalu memakan satu persatu makanan yang dibuat Joon Myun. Ia terus mengangguk-ngangguk. Pertanda bahwa makanan yang dibuat Hwayoung enak. Hwayoung hanya tersenyum .

“Sebenarnya saya ingin menyiapkan makanan untukmu. Tapi mengapa malah saya yang makan?. Jadi tidak enak” ujarnya.

Animinda, bag gwanrijanim. Ini rasa terima kasih saya pada anda pak”

“Tadi, saya ada tidak, berbicara atau bertingkah aneh?” tanya Hwayoung ragu-ragu.

Joon Myun yang ingin menyuap nasinya terhenti sejenak. Kemudian dia menggeleng dan tersenyum padanya. Lebih baik, ia tidak memberitahukan pada Hwayoung tentang apa yang telah dikatakannya tadi saat mabuk. Ia tidak ingin Hwayoung menjadi makin kaku padanya.

“Kalau begitu saya pulang dulu ya pak” kata Hwayoung.

“Biar saya antar”

“Terima kasih. Tapi saya bisa pulang sendiri”

“Gwaenchana”

Tidak ada pembicaraan selama di dalam mobil. Pikiran Hwayoung masih melayang pada Chanyeol dan Shin Hye. Ia masih tidak dapat membayangkan akan jadi keluarga seperti apa mereka. Apakah ini hanya cobaan yang nantinya akan bahagia?, atau malah berakhir pada perceraian?.

“Oh ya, tolong diselesaikan pekerjaan yang saya berikan beberapa hari yang lalu. Deadline hampir tiba”

“Baik pak. Sudah saya kerjakan hanya tinggal di edit saja”

“Baguslah kalau begitu. Ngomong-ngomong, apa tidak kesepiaan tinggal terpisah dari putrimu?” tanya Joon Myun yang kelihatannya seperti basa-basi, padahal ia ingin mengetahui reaksi Hwayoung jika ditanya tentang keluarganya yang kacau.

“Ah…itu. Sudah pasti saya kesepian. Tapi, saya harus bekerja disini. Dan lagian Shin Hye juga butuh perhatian ayahnya. Dan supaya lebih dekat dengan nenek dan kakenya” jawab Hwayoung yang berbohong. Jelas-jelas, ibu Chanyeol penyebab Shin Hye tinggal di Seoul.

“Kau tidak merindukan suamimu?”

“Eh??. Apa?”. Hwayoung gelagapan saat ditanyai demikian oleh Joon Myun.

“Saya tanya, kau tidak merindukan suamimu?” tanya Joon Myun sekali lagi. Ia tahu Hwayoung tidak ingin menjawabnya. Namun, lagi-lagi, ia ingin melihat ekspresinya. Hanya senyuman tipis sambil mengangguk, itulah jawaban Hwayoung. Jawaban yang Joon Myun sudah tahu artinya seperti apa.

Tak berapa lama dari percakapan tadi, Joon Myun mengerem mobilnya. Mereka telah sampai ditempat tujuan. Namun Hwayoung ada sosok laki-laki yang berdiri di depan pagar rumahnya.

“Sepertinya suamimu datang mengunjung” kata Joon Myun yang mengarahkan lampu mobil pada laki-laki yang menepis cahaya dengan lengan kanannya.

“Terima kasih telah mengantar saya pulang, pak” Hwayoung buru-buru pulang.

Joon Myun sengaja menurunkan kaca mobilnya dan berkata, “Selamat malam, Hwayoung-ssi”.

Chanyeol melihatnya tidak suka. Mobil Joon Myun berlaju cepat meninggalkan tempat itu.

“Dia kan-..”. Belum sempat Chanyeol menghabiskan kalimatnya Hwayoung langsung memotongnya.

“Kau sudah pernah melihatnya kan?. Dia managerku. Dan mengantarku karena sangat susah mencari taksi jam segini. Badanku lelah, dan aku ingin istirahat”

Hwayoung mengambil kunci pagar rumahnya di dalam tas, lalu membukanya. Ia pun masuk ke dalam. Namun langkahnya terhenti, Chanyeol menghentikan langkahnya.

“Kau masuk begitu saja?. Aku sudah menunggumu selama berjam-jam diluar. Kau….”

“Apa kau tamu sehingga perlu aku persilahkan?. Ini kan juga rumahmu. Kaja, masuk” kata Hwayoung.

Chanyeol senyam-senyum sendiri di belakang Hwayoung. Rumah ini masih kelihatan sama. Tidak ada yang berubah.

“Aku lapar…” ujarnya saat Hwayoung hendak masuk ke kamar.

Ia sebenarnya sangat ingin marah. Apalagi mengingat kejadian tadi pagi. Rasanya ingin dicekiknya leher Chanyeol untuk meluapkan emosinya. Namun, entah mengapa hatinya tidak dapat marah.

Tanpa berkata apapun. Hwayoung menuju dapur dan menyiapkan bibimbap untuknya. Ia menggunakan bahan seadanya didalam kulkas.

“Ini” katanya meletakkan semangkuk bibimbap di atas meja makan.

Chanyeol lalu menyantapnya. Ia aneh dengan Chanyeol yang tiba-tiba datang kerumah mereka.

“Rasanya masih sama” batin Chanyeol.

Hwayoung membiarkan Chanyeol makan, sementara itu ia masuk ke dalam kamar dan mengganti bajunya. Setelah selesai mengganti baju ia keluar. Untuk memastikan Chanyeol telah mencuci piring bekas makanannya. Tanpa disangka-sangka, ia telah mencucinya.

“Kalau mau tidur masuk saja” kata Hwayoung.

Sudah lama ia tidak mendengar kata-kata ini. Hwayoung tidak mengerti mengapa Chanyeol harus datang malam-malam dan secara tiba-tiba. Ia tidak mengingat bahwa hari ini adalah hari pertama kali mereka berjumpa dan hari pertama kali yang membuat Shin Hye ada di dunia. Tujuan Chanyeol hanya untuk mengingat hal yang indah yang pernah mereka lewati. Walaupun banyak hal buruk yang terjadi, tetapi tetap saja mereka pernah tinggal bersama. Hari demi hari dilalui bersama.

“Katanya kau lelah, mengapa tidak langsung tidur?” tanya Chanyeol yang melihat Hwayoung di depan laptopnya di dalam kamar.

“Aku harus kejar deadline. Berkas ini adalah hidup mati perusahaan”

Chanyeol mencibir, ia merasa Hwayoung sok sibuk. Ia juga mengeluarkan laptopnya dan menaruhnya di samping istrinya itu. Ia sedang menyiapkan projek untuk skripsinya.

“Ya!. Mianhae…” kata Chanyeol membuat tangan Hwayoung yang sedang mengetik berhenti dan memecahkan keheningan malam.

“Tentang apa?”

Chanyeol tidak menjawab, ia hanya berdehem dan membuka sebuah aplikasi untuk arsitek.

“Apa itu?” tanya Hwayoung yang melirik gambar di laptop Chanyeol.

“Ini projek untuk skripsiku”

“Seperti ini?. Bukankah sudah terlalu banyak orang-orang membangun rumah seperti ini?. Rumah mewah dengan design minimalis sudah terlalu umum. Warnanya juga. Hitam dan merah. Sangat biasa…”

“Aku yang kuliah di arsitek kenapa kau yang sok tahu?”

“Aku memberikan pendapat dari segi konsumen. Orang pasti inginnya yang berbeda. Misalnya suatu konsep yang baru”

“Kalau begitu rumah seperti apa yang kau inginkan?”

Hwayoung lalu mendeskripsikan rumah impiannya. Sebuah rumah yang halaman depannya langsung berhadapan dengan sebuah danau dan matahari terbit merupakan rumah impiannya.

“Jadi di halaman depan ada kolam renang dengan gaya perancis yang langsung berhadapan sama danau. Dan seluruh rumah terbuat dari kaca. Lantainya dari kayu. Aku ingin rumahnya dua lantai dan di sisi kiri juga kanan terdapat tangga yang panjang menuju ke atas. Jadi bagian atasnya itu adalah teras. Dan akan aku tanami lavender dan lily disana. Juga menaruh bangku-bangku kecil. Supaya aku dan Shin Hye bisa melihat matahari terbit dan terbenam dari sana”

“Hanya kau dan Shin Hye?” tanya Chanyeol kesal.

“Ya…siapa tahu kau tidak mau”

Tak berapa lama, pekerjaan Hwayoung siap. Ia pun langsung tidur dan menarik selimutnya. Chanyeol juga ikut-ikutan tidur disebelahnya.

“Kalau kau tidur di sini artinya Shin Hye kau titipkan pada ibuku atau ibumu?”

“Pada ibumu. Sudahlah, jangan naik darah. Ini sudah malam. Tidur saja. Jangan sampai kau bangun dengan wajah seperti nenek-nenek”

Hwayoung kehabisan kata-kata dengan manusia sepertinya. Karena kesal ia mengambil bantalnya dan mengambil sebuah kasur tipis dan tidur dibawah.

“Kau tau hari ini hari apa?” tanya Chanyeol dalam keremangan cahaya kamar.

“Mau cari ribut?. Lihat saja di handphonemu. Aku bener-benar ngantuk”

Chanyeol berusaha menahan amarahnya. Seharusnya hal-hal seperti ini wanitalah yang paling mengingatnya. Namun, mengapa malah ia yang mengingat semuanya. Ia hanya ingin memperbaiki hubungannya.

“Heremes hotel, 20 november. Kita mungkin tidak mengingat hari itu, tapi 21 november. Ada orang asing yang tidak aku kenal bangun dan berteriak. Pagi yang sangat kacau” gumamnya.

Dibalik selimut, Hwayoung baru mengingat bahwa hari ini adalah 20 november. Hari pertama ia bertemu dengan seorang laki-laki kaya yang sedang mabuk, lalu mengantarnya ke sebuah hotel bintang lima.

“Kau mungkin tidak mengingatnya. Sama aku juga tidak ingat apa yang terjadi malam itu. Aku tidak ingin minta maaf. Tapi aku hanya heran, mengapa ada seorang gadis bodoh yang mau mengantar seorang pria asing ke hotel. Jadi, tidak sepenuhnya salahku. Tapi, hal yang tidak bisa lupakan adalah saat…” Chanyeol tidak meneruskan kalimatnya ia memejamkan matanya. Ada senyuman tergambar di wajahnya.

Flashback

Selama hampir lima jam Hwayoung merasakan sakit yang hebat di perutnya. Chanyeol selalu berada di sampingnya. Sambil memijit tangan kirinya dan kedua kakinya.

“Gwaenchana…gwaenchana…” Chanyeol men-sugesti dirinya. Ia tidak tahan melihat Hwayoung yang kesakitan.

Datanglah seorang dokter yang memeriksa, ternyata kepala bayi telah di ambang pintu. Hwayoung siap melahirkan. Beberapa orang suster dan asisten doketr membawa semua alat ke dalam ruangan.

“Semua keluarga dapat menunggu diluar” pinta sang dokter berparas cantik itu.

“Andwae…” kata Hwayoung yang menarik tangan Chanyeol.

Chanyeol sebenarnya ingin keluar karena tidak punya nyali untuk berada di dalam menemaninya. Sementara itu, suster menyuruh keluarga Hwayoung dan kedua orang tua Chanyeol menunggu di luar. Mereka semua berdoa untuk keselamatan cucu pertama mereka.

Dengan seluruh tenaganya ia berusaha mendorong bayinya keluar. Chanyeol mengenggam kedua tangannya dengan erat dan terus berdoa agar Tuhan memberi kekuatan bagi Hwayoung dan anaknya.

Dan terdengarlah suara tangisan bayi.

“Lahir pada tanggal 28 agustus pukul 04.38. Berat 2,9 kg, panjang 38 cm, jenis kelamin perempuan. Chukahamnida” kata sang dokter yang mengumumkan di depan asisten dan suster.

Suster menaruh bayi yang belum diberi nama itu di atas dada Hwayoung. Seketika itu juga Hwayoung menangis keras. Begitu juga Chanyeol yang menangis tersedu-sedu. Ia mengusap-ngusap kepala Hwayoung yang penuh dengan keringat. Berkali-kali ia mencium kening dan tangannya. Lalu memeluknya tanpa suara. Suasana diam yang penuh makna. Para suster yang melihatnya menjadi ikut haru.

“Ottokhe…appanya menangis. Sekali lagi selamat Hwayoung-ssi dan Chanyeol-ssi” kata dokter yang lalu meninggalkan ruangan.

Flashback End

Mengingat hal itu, membuat kemarahannya dan kebenciannya harus menikah dengan Hwayoung langsung sirna.

“Memang banyak hal buruk terjadi. Bahkan tak sanggup di sebutkan satu persatu. Tapi banyak juga hal-hal yang indah. Bukannya aku tidak peduli dengan kau dan Shin Hye, tapi…, tapi aku butuh waktu untuk menerimanya”

Hwayoung membalikkan badanya ke arah Chanyeol yang berada di atas kasur.

“Lalu aku?. Apa aku tidak butuh waktu untuk menerimanya?”

Chanyeol menatap langit-langit kamar yang remang-remang dengan cahaya bulan. Ia sadar bahwa yang paling menderita adalah Hwayoung.

“Bukankah kau sekarang bisa menikmati waktumu?. Bahkan kau bisa pergi kemana saja dengan managermu itu. Ya!. Kalian berkencan?”

Hwayoung naik darah. Ia melemparkan bantal pada Chanyeol. Karena kesal Chanyeol bangun dan menghidupkan lampu kamar. Mereka saling bertatapan. Sepertinya perang besar akan terjadi.

“Berkencan?. Oh…jadi kau kesini untuk mengusik ketenanganku?. Sekarang cepat angkat kaki. Aku lelah mengurusi orang sepertimu!”

“Mengurusi?. Sejak kapan kau mengurusiku?. Perlu aku jabarakan satu-satu?”

            “Apa ini yang dinamakan baju yang sudah disetrika?. Berkali-kali sudah aku katakan, dress taruh di hanger, jangan dilipat. Sekarang kau setrika ulang semua bajuku. Kalau tidak, jangan harap ada makan malam untukmu”

            “Setelah pulang belanja, belanjaannya jangan di taruh di lantai. Langsung di masukkan di kulkas. Kau mau Shin Hye makan makanan yang berbakteri?. Cepat!, kalau tidak malam ini kau makan ramyeon saja”

            “Ya!. Park Chanyeol?. Kau belum mencuci sepatuku?. Dari tadi pagi aku menyuruhmu, sampai sekarang sudah jam delapan malam, belum juga kau laksanakan?. Wuah, jinja!. Sekarang siapkan makanan untukku!”

Chanyeol mengulang semua apa yang telah Hwayoung lakukan padanya.

“Mencuci, menyetrika, belanja sayuran, mencuci popok Shin Hye dan menyiapkan makanan Shin Hye itu adalah tugas seorang istri. Tapi mengapa semuanya malah aku yang kerjakan?. Seharusnya itu tugasmu. Kalau kau sudah melakukan semua itu, baru bisa aku katakan bahwa kau mengurusiku” dengan semangat 45 ia meluapkan kekesalannya, sampai-sampai air liurnya muncrat ke wajah Hwayoung.

“Tsk, tsk, tsk, memaku, membetulkan atap yang bocor, memotong kayu untuk penghangat ruangan bukankah itu pekerjaan seorang suami?. Kau lupa?. Selama kita hidup bersama, siapa yang mati-matian kerja?. Kau hanya belanja sayuran, mencuci dan menyetrika apa susahnya?. Aku mengurus Shin Hye sampai tidak tidur hingga pagi hari. Lalu langsung berangkat kerja di supermarket. Apa aku pernah mengeluh padamu kalau aku lelah?”

Pembicaraan semakin menyudutkan posisi Chanyeol yang seolah-olah tidak berguna sama sekali bagi Hwayoung dan Shin Hye.

“Aku juga tidak pernah membantah suruhanmu” kata Chanyeol kecil dengan wajah polosnya.

Ia menatap wajah Hwayoung yang memerah dengan napas terengah-engah. Ia takut kalau Hwayoung sampai marah-marah lagi. Malah yang ada hubungan mereka benar-benar akan tamat.

“Mau aku buatkan teh?” tanya Chanyeol

***

@K’ Coffee Shop

            Setelah pulang mengantar Hwayoung, Joon Myun mendapat telpon dari salah satu clientnya yang merupakan orang asing. Ia meminta Joon Myun untuk menemuinya di sebuah Coffe Shop yang tak jauh dari hotel tempat ia menginap. Clientnya ini berasal dari Perancis, yang tak lain adalah temannya kuliah ketika di London.

Laki-laki bernama Dave itu melambaikan tangannya pada Joon Myun yang baru memasuki café. Ia pun memanggil pelayan dan memesan untuknya.

“Malam-malam seperti ini, apa tidak bisa dibicarakan dikantorku besok pagi?” tanya Joon Myun yang berbicara dengan bahasa inggris.

“Perusahaanku telah mengirimkan tiket besok pagi untukku. Dan mereka telah menyetujui untuk menggunakan aplikasi cloud arsip dari perusahaanmu. Dengan syarat security system, harus kau jamin. Tidak boleh sampai data leaked. Dan setiap orang yang meng-log in harus dengan password yang berbeda. Dan password terus berganti setiap seseorang di perusahaan melog-in. Si pemegang serverlah yang mengatur perubahan password. Dan satu hal lagi, server juga harus kau buatkan kode pada cloud arsip itu”

“Kau masih ragu dengan kemampuan IT ku teman?”

Dave tersenyum pada Joon Myun. Ia tahu bahwa Joon Myun adalah programer paling hebat saat mereka kuliah.

“Aku hanya mengingatkanmu, teman” jawabnya.

Setelah berbincang-bincang, Dave tiba-tiba menanyakan kabar gadis cinta pertamanya Joon Myun. Ia ingin tahu apakah Joon Myun sudah dapat melupakannya. Sebab, ketika mereka kuliah di London, Joon Myun sama sekali tidak pernah berkencan dengan gadis manapun. Ia bahkan tidak mau membalas pesan dan e-mail dari gadis-gadis yang menyukainya.

“Sekarang waktunya move on. Wanita tidak satu!. Berkencanlah!. Apa perlu aku kenalkan dengan salah satu sepupu istriku?. Dia cantik dan juga berpendidikan” kata Dave.

Joon Myun tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu.

“Tidak terlintas di benakku untuk berkencan. Tapi beberapa minggu ini, pikiranku terus berkecamuk, ada hasrat untuk memeliki sebuah keluarga di hatiku ini”

“Siapa gadis itu?, kalau begitu cepat kau lamar dia. Jangan keduluan orang lain”

“Dia sudah menikah”

“Eh?” Dave sontak terkejut.

“Ah, tidak apa-apa. Bagaimana kabar putrimu?. Ada rencana nambah lagi?” Joon Myun berusaha mengalihkan pembicaraan. Betapa cemburunya ia saat Dave menceritakan tentang keluarga kecilnya. Apalagi saat Dave mengatakan bahwa saat ia bekerja pikirannya terus berada di rumah. Setiap saat ia merindukan putri dan istrinya. Seperti saat ini, tak terbayangkan betapa senangnya ia saat perusahaannya berkata bahwa ia dapat balik esok pagi. Padahal jadwal yang seharusnya, ia masih harus berada di Korea selama dua hari lagi. Sangat terbalik dengannya.

***

@Byun’s Residence

Banyak mobil mewah yang terparkir dirumah Baek Hyun. Teman-temannya mengetahui bahwa kedua orang tuanya tidak ada. Untuk itu mereka membawa segerombolan gadis untuk berpesta di rumahnya. Baek Hyun menyuruh pengawal dirumhanya untuk menyuruh mereka semua pulang. Namun, mereka semua malah nyelonong masuk ke dalam.

Terpaksa, Baek Hyun harus turun tangan. Saat menuruni anak tangga, ia disambut dengan suasana riyuh dan lautan gadis yang berpakaian seksi.

“Yo, Bro. Cepat turun, banyak gadis hot malam ini!” kata Woo Bin.

“Cepat pergi!” teriaknya dari atas tangga. Namun, tak ada yang menghirauan. Mereka malah menghidupkan musik dan membuat tempat rumahnya menjadi club malam. Pengawalnya datang menghampirinya dan membawa sebuah toak. Baek Hyun menghidupkan sirinenya membuat semuanya menoleh ke arah suara.

“Umur kita bukan 19, atau 20 tahun!. Aku tidak minat dengan gadis yang kalian bawa. Sebelum seluruh pengawal residenku ini keluar dan menendang kalian satu-satu. Sebaiknya cepat kalian angkat kaki. Dan kau Woo Bin, jangan berpura-pura bahwa kau akrab denganku!”

Laki-laki bernama Woo Bin itu menatap sinis Baek Hyun.

Tiba-tiba di antara kerumunan gadis, ada yang ribut dan berkata bahwa mereka adalah pacarnya Baek Hyun.

“Dan kalian buat para gadis. Aku tidak pernah menyatakan cinta pada kalian. Satu lagi, aku mohon, jagalah martabat dan harga diri kalian sebagai seorang gadis. Jangan hanya mau dibodohi oleh laki-laki” kata Baek Hyun yang membuat gadi-gadis yang adu mulut itu jadi menundukkan wajahnya.

“Mulai sekarang, aku akan berhenti menjadi ulzzang, berhenti pergi ke club, dan tolong berhenti mengeja-ngejarku. Karena aku sudah memiliki kekasih yang kelak akan jadi istriku. Namanya Yoo Ara. Selesai”

Baek Hyun naik ke atas dan menyuruh Mr. Kim untuk memanggil seluruh pengawal yang ada di residennya untuk membereskan mereka.

“Ah…Yoo Ara?. Araseo…” batin Woo Bin.

***

Hwayoung duduk di meja makan dengan melipat kedua tangannya sambil menatap Chanyeol tajam. Teh yang telah dibuat Chanyeol tidak disentuh, ia curiga dengannya.

“Buang-buang tenaga adu mulut denganmu. Sebaiknya aku tidur saja”

Ia bangkit dari tempat duduk untuk menuju ke kamar. Saat melihat waktu sudah sangat larut malam.

“Bolehkah aku memelukmu?” tanya Chanyeol di belakang membuat langkahnya terhenti.

Tanpa menunggu jawaban dari Hwayoung, ia langsung memeluknya.

Naneun igeotteun shigandeul keuriwoyo (Aku merindukan saat ini)”

To Be Continued

 

 

24 pemikiran pada “Chanyeol Appa! (Chapter 8)

  1. Author yg baik hati, kalo boleh nanya, chapter 7 nya mana, yah? Soalnya aku ga berani baca chapter 8nya klo chapter 7 belom aku baca. Penasaran soalnya sama ending chapter 6 yg hwayaoung sama chanyeol kissing. Hehehe… gomawo, author-nim…

    • mian ya…salah di post. duluan post yang chap 8 dari pada yg 7. Ditunggu ya chap 7 keluar sekalian dg chap 9. Gamsahamnida ^_^ *deep bow*

  2. Author sepertinya chap7 nya gak ada? Hehehe….tapi untuk chap ini daebak 😉Chanyeol sudah mulai memperbaiki hubungannya dengan Hwayoung asikk… kkkk… 👍jjang

    • mian ya…salah di post. duluan post yang chap 8 dari pada yg 7. Ditunggu ya chap 7 keluar sekalian dg chap 9. Gamsahamnida uda mau baca ^_^ *deep bow*

  3. Saya sudah baca dari chapter 1 – chapter 8 dan saya mau bilang : ke to the ren. Komedinya dapet bangeeeeet…
    Saya sukalah pokoknya, tapi kok chapter 7-nya ndak ada yang Author-nim? Btw, saya mendukung kelangsungan hubungan Hwayoung – Chanyeol. Kasian anaknya…. ngomong-ngomong, Chanyeol kalo jadi ayah beneran keren kali ya (?)

    • mian ya…salah di post. duluan post yang chap 8 dari pada yg 7. Ditunggu ya chap 7 keluar sekalian dg chap 9. Gamsahamnida uda mau baca ^_^ *deep bow*

    • mian ya…salah di post. duluan post yang chap 8 dari pada yg 7. Ditunggu ya chap 7 keluar sekalian dg chap 9. Gamsahamnida uda mau baca ^_^ *deep bow*

  4. Author-nim aku mau kasih saran coba chapter selanjutnya banyakin flashback masa2 dulu dong pas hwayoung masih hamil tapi yg sweet2 gitu. Terus chanyeol sama hwayoung jangan sering2 kelai><

  5. akh Chanyeol ingat hal hal kecil tentang masa lalu mereka #sosweet bgt 🙂
    jd diantara mereka blm ada pengakuan Cinta ya thor ntar gue yg jd cupidnya ha.ha
    ih Chanyeol gegara teh jd pelukan #Modus
    ..itu Woobin pasti ngerencanain sesuatu yg buruk untuk Ara

  6. chanyeol sama hwayoung sebenarnya saling sayang. ya canyol jgn gitu. hwayong juga. semoga endingnya bahagia ya. ceritanya bagus jjang daebbak!!

Tinggalkan komentar