Stupid Love (Chapter 3)

Stupid Love (Chapter 3)

PicsArt_1430356345959

Title: Stupid Love / Love Fool | Author: @hchnssi | Cast: Lee Ahreum (OC), Do Kyungsoo (EXO) | Other cast : find by ur self | Genre: Family,Romance, Comedy (little) | Rating: PG-15 | Length: Chaptered | Disclamer: “OC and Story are mine”

WARNING : TYPO BERTEBARAN!

“Let us always meet each other with smile, For the smile is the beginning of love”

.

.

.

.

CHAPTER 03

 

Dua kaki ramping yang tengah berusaha berlari secepat mungkin mengejar sosok didepannya yang sedari tadi mengabaikan panggilannya berkali-kali, bahkan mungkin panggilan yang akan keluar dari mulut gadis si pemilik kaki ramping itu tidak akan mendapatkan respon kembali karena sosok laki-laki yang ia panggil enggan menoleh kebelakang, belum lagi kedua earphone yang terpasang di daun telinga laki-laki tersebut.

“Hei! Park Chanyeol! Urgh” kini kesabaran gadis itu sudah meluap habis untuk panggilan ke-17 kalinya yang tetap tidak membuat laki-laki itu merespon balik, tanpa pikir panjang lagi Hyewon –gadis itu- langsung berjalan mendahului langkah Chanyeol dan sekarang keduanya saling bertukar tatap.

Chanyeol yang memasang wajah polos tanpa bersalah itu membuat emosi Hyewon semakin meluap menjadi-jadi. Hyewon merebut paksa kedua earphone yang dari tadi terpasang di kedua telinganya.

“Apa kau tidak mendengarku yang dari tadi memanggilmu,huh? Sampai-sampai kakiku yang indah ini menjadi lecet karna mengejarmu” lanjut Hyewon dengan berjalan sedikit tertatih dengan sepatu high heels dengan tinggi 5 cm miliknya itu yang menjadi salah satu penyebab tumit kakinya menjadi lecet.

“Pft, siapa juga yang menyuruhmu menggunakan sepatu bodoh seperti itu? Bahkan jika kau berdiri berdampingan dengan Kyungsoo pasti akan banyak yang mengira kalau kalian adalah sepasang kakak adik bukannya sepasang kekasih dengan tinggi badan yang kau tambahkan menggunakan sepatu itu” ejek Chanyeol yang kembali merebut earphone miliknya dari genggaman Hyewon, namun sayangnya Hyewon tidak mau kalah dan menariknya kembali dan kini terlihat adegan dua orang bodoh yang tengah tarik-menarik kabel earphone di depan Café tempat kerja Hyewon.

“Hei, perempuan gila! Cepat lepaskan earphone milikku, Jika rusak memangnya kau mampu menggantinya?” Chanyeol membulatkan matanya menatap Hyewon yang masih berusaha keras manarik earphone Chanyeol.

“Wae? Wae? Aku bisa membelikanmu 50 buah jika aku mau, jangan pernah melupakan identitasku Tuan Park” ucap Hyewon yang kini melonggarkan tarikannya.

“Hei, hei! Kalian berdua sedang apa? Baru saja aku meninggalkan kalian selama 15 menit dan sekarang kalian bertingkah seperti orang gila? Ah sudah, kalian benar-benar memalukan. Chanyeol? Kau kembali saja dengan taksi” kata Kyungsoo yang baru saja muncul dari balik pintu keluar Café setelah usai membayar pesanan miliknya dan Chanyeol.

“Apa? Hei, kita ini teman bukan? Chingu-Chinguya” jawab Chanyeol yang sekarang tengah berdiri menatap punggung Kyungsoo dengan tatapan tidak percaya. Melihat sikap Kyungsoo kepada Chanyeol, Hyewon menjulurkan lidahnya dan berlari kecil kearah Kyungsoo dengan sikap manja yang dibuat-buatnya.

“Kyungsoo-ah, bisakah kita pulang bersama? Ungg?” bujuk Hyewon dengan gaya imut andalannya.

“Maaf Hyewon, lebih baik kau kembali bersama dengan Chanyeol saja” jawab Kyungsoo yang sudah menghilang di balik pintu masuk mobil BMW hitamnya yang sudah melewati jalanan Seoul di sore hari.

Kini bukan hanya Chanyeol saja yang terdiam berdiri mematung di pekarangan Café, namun Hyewon juga ikut mematung dengan ekspresi kecewa, ini bukan pertama kalinya ia di tolak oleh Kyungsoo namun tetap saja sikap Kyungsoo padanya sudah keterlaluan membiarkan dirinya terjebak dengan laki-laki yang sama sekali tidak akrab dengannya. Belum lagi dengan istilah ‘pulang bersama’ katanya? Mungkin salah satunya akan memilih jalan pulang kaki dari pada harus satu mobil bersama.

“Hei, Nona Kang! Kau mau kabur sebelum pekerjaanmu selesai huh?” tegur manager Café tempat Hyewon berkerja itu saat mendapati diri tengah berdiri depan Café.

“An-Ani Ahjumma, aku akan kesana!” jawab Hyewon yang bergegas masuk ke dalam Café.

***

“Jun-Jun Myung?!” Ahreum memasang ekspersi terkejutnya saat melihat pria yang berada di belakangnya dan tengah menggenggam pergelangan tangan kanannya layaknya seorang polisi menangkap penjahat.

Laki-laki bernama Junmyung itu menyentil dahi Ahreum sedikit keras yang berhasil membuat cap merah yang akan berbekas lama selama beberapa jam.

“Hei, panggil aku Oppa, arra? Aku ini 3 tahun lebih tua darimu” kata Junmyung yang beridentitas sebagai kakak laki-laki angkatnya itu. Lee Jun Myung.

“Shirreo” jawab Ahreum yang sedikit asing dengan kata ‘oppa’ di kedua daun telinganya itu. Kini sentialn kedua medarat kembali di dahi Ahreum dan berhasil membuatnya meringis untuk kedua kalinya.

“Akh! Sudah hentikan! Arraseo, oppa-oppa!” teriak Ahreum dengan diiring hentakan kedua hak sepatunya dengan perasaan kesal karena ulah kakak laki-lakinya itu.

“Nah, begitu lebih baik. Ngomong-ngomong siapa laki-laki itu huh? Kekasih barumu?” ucap Junmyung dari tadi penasaran dengan sosok laki-laki di balik kaca jendela mobil yang mengantar adik angkatnya itu pulang ke rumah.

“Memangnya apa hubungannya jika kau tahu dengan siapa aku berkencan? Kau sendiri bahkan belum pernah terdengar menjalin hubungan dengan wanita manapun sampai sekarang dan sekarang eomma bersikeras menjodohkanku dengan laki-laki misterius yang sama sekali belum pernah aku lihat sosoknya sekalipun” jelas Ahreu panjang lebar masih dengan tatapan jengkel kepada Junmyung.

“Eo? Eomma menjodohkanmu? Pantas saja, mungkin eomma sudah bosan melihat wajah pemurungmu yang seperti orang kurang kasih sayang itu” ejek Junmyung disusul dengan gelak tawa garingnya itu.

“Akh, aku lelah. Aku ingin tidur saja malam ini, jika eomma bertanya tentangku jawab saja jika aku masih sibuk dengan pekerjaanku dan tidak bisa diganggu sama sekali, baiklah terima kasih tuan Lee”kata Ahreum pada akhirnya dan berdinjit masuk kedalam rumah layaknya seorang pencuri yang berusaha agar tidak diketahui oleh tuan rumah tempat melakukan aksi perampokanya tersebut.

“Hei, hei omonganku belom selesai. Siapa pria itu?” Junmyung yang tidak mau melepaskan Ahreum begitu saja menarik pergelanan kanan Ahreum dan membuatnya kembali keluar dengan posisi semula.

Ahreum menghembuskan nafas beratnya dan menatap kedua mata Junmyung dalam-dalam. “Begitu penasarannya kah kau, kakak laki-lakiku yang tampan ini sampai-sampai membatalkan aksi adik malangnya ini untuk melewati makan malam sekaligus percakapan nona Lee –ibu angkat Ahreum- tentang perjodohan yang di perbincangankannya berulang kali selama 1 bulan terakhir ini huh?”

“Jawab saja pertanyaanku” kata Junmyung singkat dan menatap balik kedua manik mata Ahreum.

“Baiklah-baiklah, dia Siwan. Im Siwan” jawab Ahreum yang berusaha mengalihkan pandangannya dari Junmyung yang mungkin bisa melubangi kepalanya dengan tatapan laser milik kakak laki-laki angkatnya itu.

“Siwan? Maksudmu Siwan 8 tahun yang telah mencampakanmu karena beasiswa di London yang menjadi impiannya itu?!” Kini terlihat amarah yang sudah mengepul tak terlukiskan lagi di wajah Junmyung dan metapa iba adik perempuan satu-satunya itu.

“Hei Junmyung, ah maksudku oppa, apakah aku sudah boleh kembali melanjutkan kegiatanku mengendap-endap ke kamar sebelum eomma mengetahui kedatanganku? Aku benar-benar lelah seharian ini” Ahreum mencoba melonggarkan cengkraman Junmyung namun hasilnya nihil, melainkan cengkraman kakak laki-lakinya itu semakin kuat dan mungkin akan meninggalkan bekas memar merah di pergelangan tangan Ahreum.

“Berjanjilah kepadaku Ahreum-a.. jangan sampai kau mengulangi kesalahan yang bodoh persis seperti kesalahan yang terjadi 8 tahun yang lalu. Jauhi Siwan” gerutu Junmyung yang masih menatap adik perempuannya dengan lekat.

“Kau ini knapa huh? Bukannya dulu oppa menyukainya? Bahkan kau sering mengundangnya ke rumah untuk bermain playstation bersama, lagipula itu adalah keputusanku sendiri jika aku ingin rujuk kembali padanya atau tidak” ucap Ahreum yang menatap Junmyung bingung.

“Berjanjilah padaku” kata Junmyung yang mulai melonggarkan cengkramannya setelah mendengar ucapan Ahreum barusan.

“Shirreo” jawab Ahreum singkat dan bergegas berlari kecil kearah pintu masuk ruang tamu keluarga Lee.

“Baiklah kalau begitu” balas Junmyung lalu tersenyum licik penuh arti. “EOMM-!” lanjut Junmyung dengan teriakan bassnya namun terhenti saat Ahreum berhasil membekap mulutnya itu.

“Ah-Arraseo, Arraseo oppa hahaha.. aku akan menepati janjimu itu. Jadi berhentilah berteriak seperti orang gila sebelum kita berdua ditegur oleh para tetangga hm? Bagaimana jika aku memijit bahumu? Kau pasti sangat lelah bukan seharian menandatangani dokumen dan berkeliling mencari lahan untuk proyek perusahaan” Ahreum bergegas mendorong Junmyung kearah pintu belakang dan memijit bahunya dengan perasaan setengah hati, benar-benar kakak laki-lakinya ini sangat pintar jika dalam urusan mengancam.

***

Terlihat suasana makan malam di meja makan keluarga Do dengan suasana tenang, Tuan dan nyonya Do dan tidak lupa dengan kedua putra dari keluarga Do sendiri yaitu Do Kyungsoo anak sulung dan Do Kwangsoo si bungsu yang masih menduduki bangku SMA tahun ke-3.

“Kwangsoo-a, belajarlah dengan giat hng? Beberapa minggu lagi akan tiba libur musim panas dan sebelum itu kau akan menghadapi beberapa ujian bukan?” kata Nyonya Do yang membuka percakapan pertama kali dalam suasana hening tersebut.

“Arraseo, eomma. Tenang saja aku pasti akan mendapatkan nilai sempurna kali ini. Kau tidak perlu khawatir” jawab Kwangsoo yang masih sibuk menyumpiti nasi di mangkuknya.

“Dengarkan kata eomma huh? Jika tidak kau akan mengikuti kelas tambahan pada saat musim panas” ucap Kyungsoo yang sedari tadi sibuk melahap telur gulung yang menjadi salah satu menu makan malam kelurga Do.

“Tenang saja hyung, adikmu ini tidak akan mengecewakanmu” jawab Kwangsoo untuk kedua kalinya dan menatap Kyungsoo dengan tatapan yakin. Ketiganya asik berbincang sedangkan Tuan Do hanya melihat keakraban ketiganya lalu melanjutkan kegiatan makan malamnya.

‘Ting..Tongg’ terdengar bunyi bel rumah yang berhasil membuat keempat anggota keluarga Do menghentikan makan malamnya.

“Biar aku saja” ucap Kwangsoo yang bergegas beranjak dari kursinya dan berjalan kearah monitor yang menampilkan tamu yang baru saja menekan bel rumahnya itu, terlihat wajah Hyewon disana dan tersenyum cerah kearah kamera monitor tersebut.

“Noona?” kata Kwangsoo dengan sedikit nada senang disana, sejujurnya Kwangsoo memang tertarik kepada wanita itu sejak ia duduk di bangku SMP tahun ke-2 namun wanita yang ia sukai itu malah melirik kakak laki-lakinya bukan dirinya.

“Eo? Kwangsoo-a? Kau kah itu? Apakah Kyungsoo ada?” tanya Hyewon yang masih tersenyum manis.

“Dia sudah mati” jawab Kwangsoo singkat dan kini ekspresi mukanya berubah kecewa, yang benar saja padahal Kwangsoo tidak kalah tampan dengan Kyungsoo dan dia termasuk siswa populer di sekolahnya saat ini.

“Hei, siapa yang kau bilang sudah mati huh? Dasar adik kurang ajar” tegur Kyungsoo yang muncul dari beakang Kwangsoo dan menjitak bagian belakang kepala Kwangsoo.

“Akh, aku hanya bercanda hyung haha” ucap Kwangsoo yang kini berjalan kembali kearah meja makan.

“Ada apa kau mencariku?” tanya Kyungsoo yang masih enggan berjalan keluar untuk membukakan pintu gerbang rumahnya kepada Hyewon.

“Setidaknya kau biarkan aku terlebih dahulu untuk masuk, ung? Diluar sangat dingin kau tahu” balas Hyewon dengan ekspresi pout khasnya.

“Shirreo, aku sangat malas. Lebih baik langsung saja kau katakan dari sana” jawab Kyungsoo yang masih memandangi wajah Hyewon di layar monitor.

Beberapa menit kemudian jitakan dari Nyonya Do berhasil mengenai puncak kepala Kyungsoo dan berhasil membutnya meringis kesakitan. Terlihat wajah ibunya itu yang tidak senang dengan sikap putranya kepada Hyewon.

“Kau ini sama sekali tidak memiliki sopan santun. Lihat Hyewon yang sudah menggigil di luar” semprot nyonya Do yang kesal melihat sikap anak sulungnya itu dan berjalan mendekati monitor yang sebelumnya menjadi objek penghubung percakapannya dengan Hyewon di luar sana.

“Ah, Hyewon-a maaf kan sikap Kyungsoo. Dia akan membukakan pintu sekarang. Bersabarlah” ucap nyonya Do dan kini ia menatap Kyungsoo dengan mengisyaratkan ‘buka pintunya, jika tidak fasilitasmu akan disita’ Kyungsoo yang mengerti isyarat dari ibu kandungnya itu hanya menghela nafas dan berjalan lesu keluar kearah pintu pagar rumahnya.

Di seberang sana, terlihat Kwangsoo yang tersenyum penuh kemenangan dan kembali melanjutkan makan malamnya yang sempat tertunda sesaat.

***

‘kruyuuukk’ suara perut yang menggema memenuhi ruang kamar Ahreum, ya saat ini ia kelaparan. Sangat kelaparan. Jika ia turun sekarang disaat jam makan malam, ibu angkatnya itu pasti tidak akan berhenti membicarakan rencananya untuk menjodohkan Ahreum dengan puluhan laki-laki yang menjadi pilihannya itu. Ini sangat tidak adil, Junmyung. Kakak angkat laki-lakinya bahkan belum memiliki kekasih saat ini, seharusnya ibunya lebih mengutamakan perjodohan kepada Junmyung bukan dirinya.

“Akh..baigoppa” keluh Ahreum dan beralih menatap jam dinding yang menggantung di dinding kamar berwarna biru dongker yang berkesan dngan nuansa tenang yang membuatnya nyaman di dalam kamar kalau sedang mengerjakan tugas pekerjaannya itu.

09.45 p.m , sudah hampir 1 jam Ahreum menunggu. Akhirnya ia memutuskan keluar kamar mengendap-endap agar tidak di ketahui keberadaannya dan menggangu yang lain karna saat ini sudah memasuki jam waktu tidur.

Syukurlah, ia berhasil berjalan ke dapur dengan bantuan penerangan dari ponselnya. Ia membuka pintu kulkas dan mencari-cari makanan yang masih tersisa, namun hasilnya nihil. Kini ia beralih ke rak dan laci dapur untuk mencari persediaan ramen yang ia ingat 1 minggu yang lalu ia terahir membelinya dan belum ia sentuh sama sekali.

“Ayolah, pasti masih ada disini” gumamnya sambil berusaha meronggoh-ronggoh lemari atas dapur dengan bantuan kursi karena tinggi tubuhnya tidak cukup untuk menggampai lemari dapur tersebut.

“Ah, dapat!” serunya masih dalam nada yang kecil kini tangannya yang sibuk di dalam lemari berusaha mengambil bungkusan ramen yang ia yakin ramen 1 minggu yang lalu ia beli. Namun saat ia tengah sibuk mengambil bungkusan ramen tersebut ia kehilangan keseimbangan dan membuat kursi yang menjadi tempat ia berdiri saat ini bergoyang.

‘Duakk’ Ahreum terjatuh, tangan kirinya lebih dulu mencium tanah sedangkan kepalanya yang terbentuk dengan kaki meja.

“Akh..” ringis Ahreum dan beberapa detik kemudian lampu dapur menyala dan muncul sosok Junmyung di ambang pintu dengan stik baseballnya.

“Hei, kau sedang apa huh? Aku kira kau pencuri sungguhan” ucap Junmyung yang menurunkan stik baseball ke lantai dan berjalan mendekati Ahreum.

“Kau juga, kenapa sampai membawa stik baseball segala huh? Kau kira dapur lapangan baseball huh?” balas Ahreum dengan posisi memegangi dahinya yang sedikit lecet karna benturan tadi.

Junmyung yang melihat adiknya itu memegangi dahi menatapnya dan menunjuk dahinya sendiri dengan jari telunjuk kanannya. “Itu knapa?” tanya Junmyung yang melihat tingkah Ahreum.

“Hanya lecet, tidak usah dipikirkan” jawab Ahreum datar dan kini beranjak dari posisinya yang semula terduduk di lantai sambil memegangi memar di dahinya itu.

‘Kruyuuukkk’ Yup, suara perut Ahreum kini memenuhi penjuru ruangan tempatnya berada saat ini. Memalukan. Itulah yang kini terlitas di pikiran Ahreum. Beberapa detik kemudian terdengar kekehan Junmyung yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

“Seharusnya kau katakan saja daritadi haha” ucap Junmyung disela tawa kecilnya dan mengacak-acak puncak kepala Ahreum, “Dimana kau menyimpannya?” Lanjut Junmyung yang berjalan kearah lemari dapur yang sebelumnya menjadi salah satu tempat dimana ia mencoba mengambil ramen miliknya itu namun gagal dan membuat dahi dan sikunya memar. Sungguh mengebalkan.

“Disitu” Ahreum menunjuk salah satu dari 5 lemari kecil yang berada di dapurnya, Junmyung mengangguk tanda mengerti dan mengambil sebungkus ramen dari lemari tersebut dan beralih ke kompor listrik keluarga Lee untuk memasak ramen instant yang baru saja ia ambil.

7 menit. Ramen instant itu pun jadi dan sudah dihidangkan dengan panci kecil yang Jumyung gunakan untuk merebus ramen. Keduanya tengah asik menyeruput ramen dan kuah ramen yang pedas itu, saat ini pukul 10 malam tepat dan rumah keluarga Lee terlihat tenang dan sunyi karena para pelayan dan kedua orang tua mereka telah tertidur lelap, syukurlah kebisingan Ahreum dan Junmyung tidak mengganggu mereka, jika tertangkap basah mungkin keduanya akan diomeli habis-habisan.

“Oppa” panggil Ahreum yang tengah sibuk mengaduk-aduk ramen dengan sumpit besinya.

“Hmm” jawab Junmyung dengan dehaman karena kini di mulutnya masih penuh dengan ramen.

“Kenapa kau bersikeras menyuruhku untuk menjauhi Siwan?” pandangan Ahreum beralih kea rah Junmyung dengan tatapan serius kali ini dan berharap mendapat penjelasan dari kakak laki-lakinya itu.

“…..”

***

09.00 AM KST

Koridor Rumah Sakit terlihat penuh dengan beberapa perawat dan dokter yang berjalan kesana kemari memasuki ruang termasuk dengan dokter yang sedang berlari mendorong ranjang roda bersama beberapa perawat yang mengerumuni ranjang tersebut dan membantunya mendorong ke arah into masuk Unit Gawat Darurat. Di hari yang cerah di awal musim panas yang begitu sibuk setiap harinya jumlah pasien semakin meningkat.

“Dokter Lee, semua persiapan sudah siap” ucap salah satu asisten yang berada di ruang operasi dengan mengenakan pakaian steril.

“Baiklah. Operasi kita kali ini adalah pendonoran jantung, jadi jangan ada yang membuat kesalahan sedikitpun yang berakibat fatal. Kita hanya memilik jangka waktu 5 menit untuk mengangkat dan memasang jantung baru” tegas Ahreum yang sudah bersiap memasang posisi untuk memulai membedah dada pasien.

“Nde!” sontak semua yang berada di ruang oprasi menjawab dan bersiap pada posisi masing-masing.

Kegiatan operasipun mulai berjalan semuanya tengah sibuk memerhatikan indikator dan beberapa membantu Ahreum melakukan operasi.

Selesai memasang jantung baru dokter lain pun melanjutkan pekerjaan Ahreum menjahit kembali dada pasien tersebut. Sedangkan Ahreum sudah siap dengan defibrillator untuk mengembalikan denyut jantung pasien. “Clear!” kata Ahreum dan menggosokkan kedua permukaan lempengan satu sama lain lalu menempelkannya ke dada pasein, tubuh pasien itupun terlonjak keatas dan kembali berbaring di ranjang.

‘Tuut…tuut’ Mendengar suara indikator jantung yang kembali berbunyi normal semua yang berada di ruang operasi bernafas lega, Operasi sukses. Semuanya bersorak gembira disana.

“Wahh..Dokter Lee, Kau memang hebat!” ucap Dokter Park salah satu dokter yang membantunya melalakukan operasi.

“Hei, bagaimana kalau kita rayakan? Mala mini kita akan berpesta daging sapi dan soju beras!” Gayoung terlihat histeris dan diikuti dengan anggukan setuju yang lain.

“Aku tidak ikut” ucap Ahreum singkat lalu berjalan keluar menuju pintu keluar.

“Hei, Hei! Kau ini, kita semua melakukannya untukmu! Ayo bersenang-senang bersama” balas Gayoung yang berhasil menahan lengan temannya itu.

“Kalian urus dulu pasien itu, eo? Kita tidak mungkin meninggalkannya disini bukan? Kau yang sebagai perawat bergegaslah memakaikan pasien itu busana” tegur Ahreum dan kali ini ia berhasil berjalan keluar dari ruang operasi dan membuka maskernya.

“Jjang!” sekaleng the lemon kini berada di depan wajah Ahreum, Siwan. Ya, Siwan lah yang menyodorkannya sekaleng the lemon yang menjadi minuman favoritnya sejak duduk di bangku SMA. Ia sering minum the lemon bersama Gayoung dan Siwan yang menjadi kekasihnya dulu.

“Terima kasih” ucap Ahreum yang meraih kaleng tersebut dari tangan Siwan, dan berusaha membuka kaleng tersebut namun hasilnya nihil, dia menyukai minuman kaleng itu namun tidak bisa membukanya. Lucu sekali.

“Bagaimana dengan operasinya, hm?” tanya Siwan dan kembali meraih kaleng itu dari tangan Ahreum dan membukakannya untuknya lalu kembali menyerahkannya kepada Ahreum.

“Syukurlah, berjalan lancar” jawab Ahreum dan meneguk the lemonnya sampai tandas.

“Aigoo, Ahreumku begitu haus hm? Hahaha” ucap Siwan tersenyum manis dan mengelus puncak kepala Ahreum. “Hei..ada apa dengan dahimu?” lanjut Siwan namun kini senyumannya memudar, ia tidak sengaja melihat memar di dahi Ahreum saat mengacak-acak puncak kepalanya.

“Ah, bukan apa-apa. Ti-tidak usah dipikirkan” Ahreum bergegas pergi meninggalkan Siwan yang masih menatapnya di belakang. Ia berjalan menuju meja resepsionis untuk menanyakan jadwalnya hari ini.

“Dokter Lee? Ah, untuk saat ini sampai jam 3 sore jadwal anda kosong. Oh! Jangan lupa jam 4 sore untuk memeriksa kembali tekanan darah pasien ruang inap 201, ini beberapa data yang perlu kau data ulang dan harus kau selesaikan sore ini juga” ucap salah satu perawat yang menjaga di meja resepsoinis saat ini.

“Baiklah, terima kasih Perawat Kim” balas Ahreum setelah menerima papan data dan berjalan kearah pintu ruang kerjanya untuk menyelesaikan data-data pasien sebelum jam makan siangnya tiba.

***

“=dan sekian dari penjelasan saya tentang Emfisema” kata Prof. Jeon yang mengajar kelas yang diikuti oleh Chanyeol, Kyungsoo dan Hyewon saat ini. Semua yang berada dikelas itu tengah sibuk memerhatikan penjelas dan beberapa lagi mencatat penjelasan maupun mengetik penjelasan pada laptop masing-masing. “Sekian dari saya untuk hari ini, ingat tugas presentasi untuk kalian tinggal tersisa 2 hari lagi sebelum menjelang test pertengahan musim panas” lanjut Prof. Jeon lalu pergi keluar kelas begitu saja.

“Uwaah, sebentar lagi kita akan libur musim panas hm? Apa kita lebih baik menghabiskan libur musim panas di Villa keluarga Kyungsoo dan bermain di pantai?” ucap Hyewon yang membuka percakapan terlebih dahulu setelah semua mahasiswa pergi dan hanya mereka bertiga yang tersisa.

“Setuju!” sorak Chanyeol dengan wajah berseri yang tidak sabar untuk menikmati pemandangan pantai selama musim panas.

“Hei, aku tidak mengajakmu, wlee~” Hyewon menjulurkan lidahnya kepada Chanyeol. Ia tahun jika ia berani mengejek Chanyeol sama saja seperti ia sedang menyulutkan percikan api yang akan membesar dan siap membakar puluhan rumah sampai tidak berbentuk lagi.

“Dasar perempuan gila ini!” umpat Chanyeol dan mulai memasang muka jengkel kepada Hyewon.

“Wae? Wae??” ucap Hyewon yang memancing emosi Chanyeol.

“Kalian berdua ini sedang apa huh?” tanya Kyungsoo akhirnya yang sedari tadi masih sibuk menyalin catatan Chanyeol karna sempat tertinggal saat ia masih fokus mendengarkan penjelasan Prof.Jeon.

“Ayo, kita pulang bersama Kyungsoo-a~” ucap Hyewon dengan nada manjanya dan merangkul lengan Kyungsoo. Chanyeol hanya merasa risih melihat tingkah Hyewon yang dibuat-buat itu dan berjalan lebih dulu.

“Kau pulang saja bersama Kwangsoo hm? Aku harus menyusul Chanyeol saat ini, Selamat tinggal” jawab Kyungsoo yang berhasil melepas rangkulan Hyewon dan berlari menyusul Chanyeol.

“Nde? Kwangsoo? Hei! Kyungsoo-a!” teriak Hyewon yang sudah melihat sosok yang ia panggil itu pergi dengan mobilnya.

“Aish, begitu susahkah untukku membuatmu menyukaiku huh?”

***

‘Tok..Tok..Tok’ ketukan pintu terdengar di daun pintu ruang kerja Ahreum. Terlihat sang pemilik ruang kerja tersebut masih sibuk menggeliat di meja kerjanya. “Hmm,Nde?”

“Dokter Lee, Kau ada di dalam?” tanya si pengetuk pintu di luar sana, terdengar nadanya yang cemas.

“Masuklah” ucap Ahreum yang kembali keposisinya sedia kala dan mengambil posisinya yang sedang sibuk membaca buku tebal yang sudah menjadi buku yang sudah menemaninya 4 hari terakhir ini.Tanpa ia sadari buku yang ia baca dalam posisi terbalik.

“Oh, Perawat Gong? Ada apa?” tanya Ahreum yang mendapati Perawat Gong Mina, yang biasa disebut Perawat Gong di rumah sakit itu.

“Itu.. hmm” jawab Perawat Gong yang kini menunjuk buku yang tengah Ahreum baca di tangan kanannya.

“Eo? A-Ah, lupakan saja. Ada apa kau sampai datang kemari?” Ahreum sedikit salah tingkah dengan tingkah konyolnya barusan, mungkin Perawat Gong saat ini sedang menahan tawanya.

“Pa-pasien yang belum lama ini kau tangani ini, Pasien Kang Minjoon. Tiba-tiba saja kondisinya memburuk”jawab Perawat Gong dengan nada bergetar.

“Nde?! Baiklah aku akan memeriksa keadaannya, terlebih dahulu hubungi beberapa perawat untuk memindahkannya ke UGD terlebih dahulu aku akan menyusul 10 menit lagi” perintah Ahreum yang bergegas menyiapkan peralatannya sedangkan Perawat Gong sudah berlari luar untuk memanggil bantuan memindahkan pasien yang di perintahkan Ahreum ke UGD.

Kini semuanya tengah mengerumuni ranjang pasien, Ahreum yang masih sibuk membaca catatan pasien dan beberapa perawat yang menyetel ulang selang infuse dan alat pernafasan pasien. Ahreum memulai pemeriksaan setelah selesai membaca catatan pasien dan menambahkan catatan baru pada catatan pasien tersebut.

“Siapa yang memberikan izin pasien ini untuk meminum obat penghilang rasa sakit dalam dosis yang tidak di tentukan huh?” tegur Ahreum tiba-tiba dan membuat orang di sekelilingnya menatap dirinya dan sekitar mereka dengan tatapan bingung.

“Se-sebenarnya itu…” ucap Perawat Gong yang sengaja menggangtung perkataannya mencari-cari pelaku dari masalah ini.

“Aku! Kenapa memangnya huh?” jawab seorang wanita paruh baya dengan pakaian mewahnya berjlan mendekati ranjang pasien.

“Nyonya Kim, tolong dengarkan aku. Kondisi putra anda akan membaik beberapa hari lagi tanpa bantuan obat untuk menghilangkan rasa nyeri yang ia rasakan setelah menjalankan operasi beberapa hari yang lalu. Mungkin jantung yang ia terima saat ini belum bekerja dengan baik jadi biarkan saja dia untuk beristirahat untuk beberapa hari” jelas Ahreum kepada wanita paruh baya itu.

“Apa kau bilang? Kau menyuruhku untuk membiarkan putraku menahan rasa sakit yang ia alami sedangkan aku hanya duduk manis di sampingnya melihat penderitaannnya?!” bentak Nyonya Kim yang selaku sebagai ibu kandung dari pasein tersebut.

“Aku dokter yang menangani putramu saat ini, jadi tolong dengarkan aku Nyonya!” emosi Ahreum mulai meluap karena wanita yang berada dihadapannya ini tidak mau mendengarkan ucapannya dan malah membentaknya.

“Lancang sekali kau! Dokter? Masih banyak dokter jantung spesialis jantung disini bukan? Apa aku perlu mengganti dokter untuk menangangi putraku huh?” wanita paruh baya itu kembali membentak Ahreum namun Ahreum berusaha menahan emosinya, tidak, dia tidak boleh membuat keributan disini.

“E-Eom-ma” suara lirih terdengar disana, semuanya menoleh kearah pasien yang mulai sadar setelah diberikan pertolongan pertama oleh perawat Gong.

“Eom-ma, ja-jangan marah kepadanya-a, aku pas-ti sem-buh. A-ku perca-ya pad-anya” Pasien itu Minjoon, Kang Minjoon ia tengah berusaha tersenyum dengan muka pucatnya.

“Minjoon, Min-joon putra-ku?!” histeris wanita paruh baya itu lalu memeluk putranya yang tengah berbaring di ranjang.

“Sepertinya masalhku sudah selesai disini, Perawat Gong tolong jangan izin kan siapapun memberikan Nyonya Kim obat pereda nyeri kepada Minjoon, arraseo?” Ahreum pun berjalan keluar begitu saja dan kembali keruang kerjanya melanjutkan pekerjaannya yaitu mendata ulang data-data pasien yang ia tangani.

***

Terlihat 2 laki-laki yang tengah bercanda gurau di salah satu Café yang tak jauh dari Rumah Sakit tempat Ahreum bekerja, mereka berdua yang tengah menunggu hidangan mereka ber-2 tiba dan tinggal tersisa 10 menit untuk mereka menunggu, keduanya asik mengobrol sampai-sampai Ahreum yang memasuki Café tidak disadari oleh Kyungsoo, tepat di seberang bangkunya disisi kanan Ahreum duduk bersama dengan Gayoung. Keduanya tengah sibuk memesan menu, Kyungsoo yang tanpa sengaja menoleh kearah kanan melihat Ahreum disana.

“Pesanan tiba” tegur Hyewon-yang menjadi salah satu pelayan disana- dan menaruh hidangan mereka berdua di atas meja satu persatu. “Hei, Kyungsoo kau sedang apa huh? Kau sudah menyadari kecantikanku hm?” lanjut Hyewon dan kini ia mengikuti arah pandangan Kyungsoo karena ucapannya tidak mendapat balasan darinya.

“Ah, wanita itu? Dia dokter yang menangani adik laki-lakiku di Rumah Sakit Jeongdoo” ucap Hyewon yang mendapati sosok Ahreum disana yang tengah berbicara dengan Gayoung.

“Nde? Jeongdoo?” tanya Kyungsoo yang tersontak dari lamunannya.

“Nde, tidak jauh dari sini kau hanya perlu jalan sebentar kearah selatan dan menyebrang dan disanalah Rumah Sakit tempatnya bekerja. Jadi tidak heran jika ia sering berkujung kesini untuk makan siang” jawab Hyewon yang ikut memerhatikan Ahreum.

“Mungkin kau ingin ikut denganku untuk menjenguk adik laki-lakiku saat libur musim panas hm?” lanjut Hyewon dan kembali berdiri tegak di hadapannya.

“N-nde? Baiklah” jawab Kyungsoo singkat.

“Eo? Jadi kita seperti berkencan ke rumah sakit?! Wah, senangnya” ucap Hyewon yang terlihat diwajahnya yang berseri-seri.

“Hei, kau ini menggangu saja. Cepat kembali bekerja sebelum kau ditegur lagi oleh Managermu itu huh” tegur Chanyeol akhirnya yang sedari tadi tidak bisa menikmati bimbimbap miliknya karena Hyewon yang berisik.

Mendengar teguran Chanyeol, Hyewon hanya mendengus kesal kemudian berlalu. Chanyeol bernafas lega lalu melanjutkan makan siangnya. Sedangkan Kyungsoo masih menatap Ahreum disana.

“Ahreum-a, apa kau tidak merasakan sesuatu?” tanya Gayoung yang menyadari kalau temanya itu daritadi diperhatikan oleh orang aneh, mungkinkah orang itu adalah pria mesum?!

“Merasakan sesuatu? Maksudmu?” tanya Ahreum kembali kepada Gayoung yang memasang muka horror kepadanya.

“Coba kau putar kepalamu kearah kiri 90 derajat” perintah Gayoung kepada Ahreum.

Ahreum pun melakukan sesuai perintah temannya dan, kedua pasang manic mata Kyungsoo dan Ahreum oun bertemu. Deg.

“Kau?!” sontak Ahreum melihat pria yang duduk di seberangnya yang tertangkap basah tengah memerhatikannya daritadi.

 

TBC

 

Maaf lama update chapter 3-nya uuu~

Maklum ini aja lagi ngebut nyelesain ff pas lagi minggunya UKK :’) (Jangan Ditiru)

Maaf kalo belum dapet feelnya :”)

Semoga Chapter selanjutnya bakal makin greget lagi!

Author usahakan chapter selanjutnya bakal di kirim secepatnya’-‘)/ btw soal uname yang waktu itu salah ketik :’) maksudnya @hchnssi

Yaudah sekian deh, Adios~

Inget comment sama likenya :’D

3 pemikiran pada “Stupid Love (Chapter 3)

  1. authooor knpa adegan mereka berdua cma sedikit, terlalu banyak kehidupan pribadi mereka disni, sedangkan pertemuan mereka berdua hanya sekilas

    semoga next chapnya nanti mereka lebih bnyak berinteraksi ya
    fighting

Tinggalkan Balasan ke sh Batalkan balasan