“Mianhe..” – (Chapter 1)

 IMG_2091

“Minahe..”

Chapter 1

Author                        :           Do Haa Ri (@DoHaaRi1)

Main Cast                   :           Do Kyungsoo

Shin Hye Ri (OC)

Other Cast                :           Byun Baekhyun

Irene – Red Velvet

Genre                          :           Sad, Romance, Marriage Life

Rating                         :           PG 18

Length                        :           Chapter

Disclaimer                  :           Don’t be a plagiator. It’s pure mine.

 ***

“Aku tak tahu kalau cinta bisa serumit ini. Aku merasakan sakit dan bahagia di saat yang bersamaan……”

Shin Hye Ri Pov

Lembut angin penghujung musim semi menerpaku. Menerbangkan anak rambutku perlahan. Kulemparkan tatapanku pada seorang namja yang baru saja turun dari sebuah mobil mewah. Senyumku terukir tatkala namja bermata besar dan berkulit putih seputih susu itu melangkah tegas memasuki halaman sekolah.

Seperti slow motion, kulihat langkahnya seolah menjadi lambat diikuti terpaan angin yang menyapu wajahnya dan memainkan anak rambutnya, menambah ketampanan namja itu. Tak sedikit yeoja, termasuk aku ikut terpana melihat indahnya sosok ciptaan Tuhan itu.

Namun senyumku perlahan memudar tatkala namja itu melangkah menghampiri seorang yeoja cantik berambut panjang. Yeoja itu menyambutnya dengan senyum sumringah. Dan hatiku semakin jatuh merosot manakala namja itu merangkul pundak yeoja tersebut dan berjalan beriringan sambil sesekali tertawa bersama.

“Mengapa cinta harus serumit ini?”. “Mengapa cinta harus sesakit ini?”, batinku. Dan disinilah aku, berakhir hanya dengan memandangi punggung namja itu. Sama seperti hari-hari biasanya. Aku sama sekali tak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaanku ini. Jangankan untuk itu, aku bahkan tak punya keberanian untuk sekedar menyapanya. Walau kami belajar di sekolah bahkan kelas yang sama, dan juga.. tinggal di rumah yang sama.

Yah aku dan namja itu, Do Kyungsoo, namja yang sejak lama kucintai, tinggal di rumah yang sama, tapi dengan status yang berbeda. Aku adalah anak dari seorang pembantu yang hampir sepanjang hidupnya mengabdikan diri di rumah Tuan dan Nyonya Do, orang tua Do Kyungsoo.

Sementara Do Kyungsoo adalah anak tunggal dan pewaris dari Do Group, salah satu perusahaan tekstil terbesar di Seoul. Do Kyungsoo dibesarkan dengan kasih sayang dan harta yang melimpah dari Tuan Do Min Jung dan Nyonya Do Hyeri.

Sementara aku Shin Hye Ri, aku hanyalah anak dari pembantu yang bekerja di rumah Tuan dan Nyonya Do. Aku hanya punya eomma, dan aku sangat menyayanginya. Sementara appa meninggal karena kecelakaan saat eomma mengandungku.

Hidup yang serba berkecukupan membuat Kyungsoo menjadi anak yang manja. Ia menjadi anak yang suka hura-hura dan menghambur-hamburkan uangnya. Namun, walaupun begitu Tuan dan Nyonya Do tetap menyayanginya.

Sama sepertiku, walaupun aku hanyalah anak pembantu mereka. Namun Tuan dan Nyonya Do memperlakukan aku dan Eomma layaknya keluarga mereka. Sejak sekolah dasar hingga sekarang aku selalu bersekolah di sekolah ternama, sekolah yang sama dengan sekolah Kyungsoo. Aku bahkan diberikan fasilitas yang sama seperti Kyungsoo. Hanya saja aku lebih memilih menolaknya, karena aku sadar siapa diriku. Aku memang bersekolah di sekolah yang mahal, namun aku lebih memilih menjadi diriku yang sebenarnya, Shin Hye Ri seorang anak pembantu.

 

***

Entah sejak kapan rasa ini tumbuh. Aku pun tak tahu. Yang jelas tiap kali melihat Kyungsoo pulang dalam keadaan mabuk hatiku rasanya perih, bahkan lebih perih dari luka teriris pisau sekalipun. Dan perih itu semakin menjadi manakala aku hanya bisa melihatnya dari jauh, tanpa bisa sekedar membantunya atau memapahnya ketika ia mulai limbung.

 

Do Kyungsoo, namja itu bahkan hampir tak pernah berbicara padaku. Aku tak tahu apa yang membuatnya seperti itu. Bahkan ketika kami berpapasan di dapur ketika ia ingin mengambil air minum, atau meminta dibuatkan sesuatu pada eomma, dia hanya akan menatapku sekilas tanpa berniat mengeluarkan sepatah katapun. Ataupun ketika kami berpapasan di kelas, atau tiba-tiba berada di satu kelompok belajar yang sama, Do Kyungsoo tidak pernah berniat berbicara padaku.

Hingga pada suatu malam, dimana semuanya berubah. Aku terperangkap pada situasi dimana aku merasa harus menolong Kyungsoo. Pada saat itu Tuan dan Nyonya Do sedang berada di Jepang, karena mengurus salah satu Cabang dari perusahaan mereka.

Sama seperti malam-malam biasanya, aku melihat Kyungsoo mabuk dan berjalan sempoyongan. Kulirik jam, ternyata sekarang pukul 2 malam. Entah mengapa, melihatnya seperti itu, membuat hatiku kembali merasakan perih. “Mengapa kau harus seperti itu Kyungsoo-ssi”, batinku.

Ketika mencapai anak tangga, kaki Kyungsoo tersandung dan tubuhnya terjatuh. Sontak aku berlari dan memapah tubuhnya. Persetan dengan rasa takutku. Yang terpenting adalah menolong Kyungsoo.

Nafasku tersengal-sengal, jantunkug berdetak tak karuan. Ini adalah kali pertama aku berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Kyungsoo. Kuatur nafasku, mencoba menyeimbangkan detak jantungku. “Ayolah Hye Ri, kau hanya perlu memapahnya sampai ke kamar”, batinku.

“Irene..”, Kyungsoo sesekali bergumam. Aku bukanlah orang bodoh yang tak mengerti dengan gumaman Kyungsoo. Jelas aku tahu. Yeoja itu, Irene. Yeoja yang selalu bersama dengan Kyungsoo. Yeoja yang selalu merangkul Kyungsoo mesra. Satu-satunya yeoja yang bisa membuat Kyungsoo tersenyum manis. Dan entah mengapa, memikirkannya membuat hatiku kembali merasakan perih.

“Irene.. Wae? Wae Ireokkhe”, gumamnya lagi. “Irene.. Irene.. nan jeongmal saranghae”, Kyungsoo semakin merancau.

Bahkan ketika aku membaringkan tubuh Kyungsoo di ranjang king sizenya, Kyungsoo masih juga bergumam tak jelas. Kulihat ada setetes cairan bening di sudut matanya. Lagi-lagi melihatnya membuat hatiku perih.

***

Entah mendapat dorongan dari mana, tanganku tiba-tiba terjulur menyapu tetesan bening yang mengalir dari sudut matanya. Mengapa harus Irene? Mengapa harus wanita itu? Mengapa harus dia yang kau tangisi Kyungsoo-ssi. Andai saja orang itu aku, andai saja hanya aku.

Rasanya aku ingin sekali saja egois, mempertahankan rasa di hatiku, walau aku tahu, aku jauh dari kata pantas. Aku hanyalah anak dari pembantunya. Aku hanyalah gadis yang sama sekali tak pernah menarik perhatiannya. Namun, aku juga tak bisa semudah itu membuang rasa yang sudah sejak lama mengakar di dalam hatiku ini.

Hening. Hanya hembusan angin yang masuk dari jendela kamar Kyungsoo yang ternyata belum tertutup. “Rasanya jendela kamarnya harus ditutup”, batinku. Saat aku berniat bangkit dari dudukku, tiba-tiba genggaman tangan kokoh mencengkram pergelanganku.

Baru saja aku memalingkan pandangan ke arah lenganku, tiba-tiba tubuhku limbung dan terjatuh menimpa tubuh yang susah payah kupapah dan kubaringkan di ranjang ini. Mataku membulat sempurna, saat posisiku kini beralih, yah.. kalian boleh memukul kepalaku sekarang juga, karena aku dengan bodohnya masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi padaku. Aku masih terperangah, mataku berkedip pelan, saat tubuhnya menindihku. Yah.. dia menindihku. Dia.. Do Kyungsoo.

Bolehkah aku egois sedikit saja? Sumpah demi pelajaran Kimia yang membuatku gila, ini bahkan lebih membuatku gila. Dan maaf.. aku.. menyukainya. Jantungku berdetak kencang semakin tak beraturan, terlebih saat mata bulat itu mngunci tatapanku.

Dan lamunanku tersadar saat, nafas Kyungsoo menerpa wajahku. Namun kesadaranku tiba-tiba melayang seiring jantungku yang seakan merosot ke dasar perut. Sebuah benda lembut nan lunak menyapu bibirku. Bergerak-gerak perlahan dan membawaku jauh dari alam sadarku.

Baiklah aku akan egois kali ini. Entah dorongan dari mana, bibirku pun perlahan membalas ciuman Kyungsoo. Jujur ini pertama kalinya bagiku, dan aku sama sekali tak pernah mempelajarinya. Aku hanya mengikuti naluri dan sisi egoisku saja.

Ciuman kami terus berlanjut, hingga atmosfernya berubah. Kami pun terbawa suasana. Entah sejak kapan ciuman ini jadi begitu menuntut. Lidah Kyungsoo seolah mendesak memaksa memasuki rongga mulutku, dan mengajak lidahku beradu. Ciuman Kyungsso turun di leherku, dan sebuah lenguhan yang sukses keluar dari mulutku semakin membuat Kyungsoo menggila. Dan rasanya aku pun turut menjadi gila karena membiarkan semuanya terjadi begitu saja. Lebih tepatnya, aku menikmatinya.

Aku sadar, ini tidak benar. Aku tak seharusnya begini. Membiarkan semuanya terjadi seperti ini. Menyerahkan semuanya seperti ini. Meski pada lelaki yang kucintai, tapi aku sama sekali tak pernah berpikir akan menyerahkanya dengan cara seperti ini.

Dan malam ini, entah mengapa malam ini aku berubah menjadi gadis paling egois. Aku menuruti sisi lainku yang ingin memiliki Kyungsoo, mempertahankan cintaku dan berusaha mendapatkan Kyungsoo, walau aku sadar sisi lain dari diriku pun selalu memberontak, menyadarkanku bahwa aku bukanlah siapa-siapa, dan aku bukanlah yeoja yang pantas untuk Kyungsoo.

Sekali lagi aku hanya mengikuti sisi egoisku. Ini bukan caraku untuk mendapatkan cintanya. Melainkan caraku mencintainya. Aku memang yeja bodoh, dan aku menyadari itu. Menyadari kalau aku terlalu mencintainya.

 

TBC

Annyeong, #bungkuk.bungkuk…

Joneun Do Haa Ri imnida.

Ini ff pertamaku. FF ini murni hasil pemikiranku. Eotteyo? Pertama kalinya bikin ff langsung bikin yang married life. Tapi aku gak kuat lanjutin adegannya, jadi segitu ajah adegan Kyungsoo-Hye Ri-nya. Jeongmal mianhe..:(. Aku harap kalian ngerti yah. Mian kalau ffku masih berantakan dan jauh dari kata sempurna, namanya juga baru belajar. Don’t be plagiat and RCL juseyo.. ^^, *wink*

 

 

7 pemikiran pada ““Mianhe..” – (Chapter 1)

  1. Haha pertamanya aku gak nyangka kalo kyungsol itu jadi bad boy disini, kok bisa sih kepikiran kyungsoo jadi bad boy gini ㅋㅋㅋㅋㅋ menarik ceritanya, keep writing

Tinggalkan komentar