The Night Mistake (Chapter 5)

sehun chanyeol

The Night Mistake – Part.5

By : Ririn Setyo

Park Chanyeol || Song Jiyeon || Oh Sehun

Other Cast : Kim Jongin || Yang Yoojin || Xiumin

Genre : Romance ( PG – 16)

Length : Chaptered

FF ini juga publish di blog pribadi saya dengan cast yang berbeda  http://www.ririnsetyo.wordpress.com

“Aku minta bantuan Jinhwan Hyung untuk memeriksa sekali lagi, apa yang sebenarnya terjadi malam itu, Sehun.”

Chanyeol menelan beberapa butir obat disela-sela perbincangannya bersama Sehun, melalui kabel headset yang menyumbat telinga kanannya, tersambung pada hanphone layar sentuh yang dia letakkan di atas ranjang, di samping tubuhnya yang tengah bersandar.

“Wae?Kau tidak percaya padaku?”

“Bukan! Bukan itu—- aku hanya khawatir kau melewatkan sesuatu, tidak apa-apa kan?”

Terdengar suara Sehun yang menghembuskan napas berat di ujung sambungan telepone.“Terserah kau saja!Bagaimana keadaanmu hari ini?Apa sudah lebih baik?”

“Jauh lebih buruk!Semalam Jiyeon kembali menghajarku, lenganku luka dan wajahku sedikit memar.”

“Apa gadis itu sudah gila?”Sehun terdengar berteriak,Chanyeol mengeryitkan dahi.

“Tidak! Dia hanya—- terlalu membenciku,”

“Tapi ini sudah kedua kali kau diserang sangat sadis, Chanyeol.”

“Iya aku tahu, tapi aku pantas mendapatkannya.”

“Pantas?”Sehun terdengar tertawa sumbang.“Singkirkan gadis itu, sebelum dia semakin menyusahkanmu, Chanyeol.”

“Tidak!Aku harus bertanggungjawab pada gadis itu, Sehun.”

“Terserah!”Sehun memberi jeda pada ucapannya.“Berarti hari ini, kau tidak akan datang untuk menemui ibumu di rapat perusahaan?”

Chanyeol mendesah pelan. “Aku tidak membutuhkan semua yang dia tawarkan untukku,”

“Itu bukan penawaran, itu hak mu ParkChanyeol.”

“Aku akan menyerahkan hak itu padamu,”

“Chanyeol ini tidak lucu.”

Chanyeol tertawa pelan. “Aku tidak ingin membahasnyaSehun dan tolong jangan beritahu tentang luka di lenganku dan tetap rahasiakan tentang Jiyeon pada Yoojin, bisakah?” tanyaChanyeol lirih.

Heemm—- tentu.”

“Aku akan mencari waktu yang tepat, untuk mengatakan semuanya pada Yoojin.”Chanyeol menutup pembicaraan saat Sehun berkata setuju di seberang sana.

Seharusnya siang ini Chanyeolakanmengajak Sehun menemui para direksi pemegang saham di perusahaan ibunya, namun diurungkan karenaChanyeol merasa lengannya masih nyeri dan tidak bisa bergerak bebas. Sesuai dengan yang sudah direncakan sang ibu beberapa bulan lalu, jika hari ini sang ibu ingin menyerahkan hak semua saham yang di wariskan oleh sang ayah Park Jaebin untuknya.Selama ini Chanyeol selalu menolak harta yang diwariskan ayahnya, dari rumah mewah, apartement dan sederet resort mewah lainnya, Chanyeol merasa tidak membutuhkan itu semua dan ingin membuktikan pada sang ibu jika dia bisa berhasil, tanpa bayang-bayang nama besar ayahnya.Begitu juga dengan saham perusahaan yang Chanyeol rencanakan akan dia serahkan untuk sepupunyaOhSehun.

Chanyeol sangat menyayangi Sehun seperti saudaranya sendiri, laki-laki itu selalu menganggap dirinya berhutang budi terlalu banyak pada Sehun dan keluarga sepupunya itu.Chanyeol pun berpikir jika akan terlihat pantas jika dia menyerahkan haknya di  Shinhwa Corporation milik sang ayah pada Sehun, sebagai ucapan terima kasih untuk semua limpahan kasih sayang yang selamaini keluarga Sehun berikan untuknya. Chanyeol remaja yang labil, rapuh dan kesepian.

Chanyeol kembali menghembuskan napasnya, menyandarkan pungungnya di sandaran ranjang, menengadah menatap langit-langit kamar berpelitur putih yang kini menunginya.Mata sendu Chanyeol seolah menelusuri peristiwa di hidupnya yang kini tengah terpapar nyata di tiap sudut putih langit-langit, menelaah tiap bagian yang tanpa sadar kini telah membelitnya terlalu kuat tanpa celah untuk dilepas.Jiyeon adalah hal tersulit yang semakin mengganggunya, belum lagi dengan semua masalah keluarganya yang kacau, bercampur menjadi satu dengan hal yang lebih penting dari itu semua, tunangannya,Yoojin.

Yoojin gadis tersakiti yang dengan sukarela menyerahkan seluruh hati dan jiwanya untuk Chanyeol, tanpa imbalan apapun dan selalu bergeming walau nyatanya Chanyeol hanya memberikan airmata pesakitan sedari dulu.Selalu menghianati perasaan suci Yoojin yang tersemat hanya untuk Chanyeol seorang.Lalu kini, masih pantaskah Chanyeol berharap lebih pada hubungan yang tidak sehat ini?Masih patutkah Chanyeol merasa takut gadis itu meninggalkannya dengan fakta kepantasan yang seharusnya sudah terjadi berbulan-bulan lalu?

Chanyeol kembali mendesah lebih berat dari sebelumnya, menutup mata sesaat saat wajah ibunya berkelebat membuyarkan pikirannya tentang sang tunangan. Sosok ibu yang sejatinya sangat di sayangi Chanyeol melebihi dia menyayangi nyawanya sendiri, sosok ibu yang dulu selalu memeluknya hangat, menggenggam tangannya dan selalu melindungi Chanyeol kecil dari semua kekejaman dunia yang datang menghampiri.

 

Tapi kini?

 

Entahlah! Chanyeol bahkan tidak pernah ingat, kapan terakhir kali dia tersenyum untuk sang ibu. Dia sudah tidak ingat kapan terakhir kali wanita yang telah membuatnya terlahir kedunia itu, memeluknya hangat seperti saat dia kecil dulu.Semua sudah berlalu! Bahkan sudah terlalu lawas untuk sekedar diingat.

Chanyeol menegakkan tubuhnya, memandang sebuah pigura foto yang tergantung dingin di depannya. Foto dirinya bersama ayah dan ibunya puluhan tahun silam, foto yang membuat pikirannya berlari cepat pada kenanganyang sudah jauh tertinggal di belakang sana. Kenangan untuk semua kisah manis keluarganya dimasa lalu, kenangan yang sudah tidak mungkin untuk kembali terulang.

“Taukah ayah—- jika di malam kepergianmu, ayah juga telah berhasil membawa ibuku turut serta bersamamu?”Chanyeol bergumam, mengerjapkan matanya yang tiba-tiba saja sudah berembun.

“Kenapa?Kenapa kalian berdua meninggalkanku sendirian?”

Sebulir airmata jatuh di pipi Chanyeol yang pucat,dia mengusapnya cepat dan kembali berdiri dari masa lalu yang sudah tidak ingin diingatnya, masa lalu yang ingin sekali Chanyeol tinggalkan walau dengan langkah yang tertatih.

~000~

Sehun mengakhiri pembicaraannya bersama Chanyeol, dia menarik sudut bibir tipisnya hingga seringai licik tercetak disana. Mata sendu dengan kesan hangat milik laki-laki tampan itu mengerjab, menatap sosok lain yang sejak tadi duduk diam di hadapan Sehun. Berbatas meja kaca di antara mereka, sosok yang semakin memicingkan pandangan saat tawa sumbang Sehun kembali terdengar.

“Apa ada berita yang membahagiakan, hingga kau tertawa seseram itu Sehun?”

Mata hangat Sehun menghujam lawan bicaranya.“Tentu saja Jongin, dia—- akan menyerahkan saham Shinhwapadaku dengan sukarela.”

Dahi Jongin mengeryit.“ParkChanyeol?”

Heemm-— sepupu tercintaku, apa menurutmu ini terlalu sempurna?”Sehun tertawa lantang, mengabaikan Jongin yang menatapnya tak suka.

“Hingga saat ini aku masih tidak mengerti kenapa kau ingin sekali menghancurkan Chanyeol, padahal dia sangat menyayangimu dan rela menyerahkan apa saja untukmu.”

Seketika tawa Sehun menghilang, rahangnya mengeras, kepalan tangannya samar mulai terbentuk.

“Dia telah merampas semua yang aku miliki, Jongin!”

“Milikmu yang mana yang telah Chanyeol rampas darimu, Sehun?Ayahmu atau YangYoojin?”

“Semuanya!Dia telah merampas semuanya,” kilatan kemarahan di mata Sehun merajam Jongin, menyiratkan kebencian yang teramat sangat walau Jongin tidak begitu mengerti kenapa Sehun harus sebenci itu.

“Dia bukan hanya merampas ayahku tapi juga ibuku, dia merampas semua perhatian orangtuaku tanpa sisa, hingga aku merasa tidak pernah ada di dunia ini.Laludia juga merampas satu-satunya gadis yang aku sukai, dia merampas cinta pertamaku, malaikatku dengan seenaknya.Aku membencinya Jongin, aku sangat membencinya!”

Kebencian Sehun tak pernah beranjak, tak pernah berkurang walau sebanyak apapun rasa sayang yang Chanyeol limpahkan padanya.Sehun sudah diracuni rasa cemburu tak berdasar, hingga membawanya ke jurang kebencian yang membutakan hatinya.Sehun rela merencakan hal busuk untuk menjatuhkan laki-laki yang bahkan, menganggap dirinya lebih penting dari nyawa laki-laki itu sendiri.

“Bersiaplah, karena sebentar lagi kau akan mendapat tamu yang sedikit tidak menyenangkan,Jongin.”Sehun melirik Jongin sesaat sebelum beranjak dari sofa yang di dudukinya.

“Maksudmu?”

“Im Jinhwan akan menemuimu hari ini, diaingin menyelidiki apa yang terjadi di hotelmu malam itu.”

“Apa?”

“Katakan saja kau tidak tahu apa-apa,”

Sehun menghentikan ucapannya, menatap lurus-lurus ke daun pintu di depannya, sebelum akhirnya beranjak dari Jongin dengan sebaris kalimat yang membuat Jongin menyesal karena telah membantu Sehun malam itu.Malam dimana Jongin memilihkan acak satu kamar hotel, hingga membuat seorang gadis yang tidak berdosa menanggung semuanya.

“Jika dia tahu bahwa tidak pernah ada wanita penghibur yang aku sewa untuk Chanyeol, jika dia tahu bahwa akulah yang menambahkan obat perangsang di minuman Chanyeol malam itu, maka kau akan tahu akibatnya, KimJongin!”

~000~

Tanpa berniat untuk meminta izin terlebih dahulu kepada si pemilik di dalam rumah, Sehun memasukkan kata sandi pintu lalu melangkahkan kakinya ke dalam rumah saat pintunya perlahan terbuka.Menampilkan sebuah ruangan bercat abu-abu terang, beberapa sofa nyaman terdapat di bagian tengah ruangan.Sehun kembali melangkah lebih dalam, bergeser ke sebelah kanan, di sudut rumah yang nyaman, terdapat meja panjang, jejeran buku yang tertata rapi, menghadap ke jendela kaca yang mensajikan pemandangan taman bunga di luar halaman rumah.Rumah kecil namun sangat elegant dan nyaman yang Sehun berikan, sebagai hadiah ulang tahun si pemilik rumah di beberapa tahun yang lalu.Deretan tumbuhan hijau dalam pot putih berjejer di sepanjang jendela, seorang gadis tengah duduk membelakanginya, terlihat sibuk dengan pensil dan sketsa gambar yang Sehun yakini sebagai rancangan pakaian terbaru dari gadis yang sepertinya belum menyadari kedatangan Sehun.

Senyum hangat Sehun merekah tanpa perintah, menatap sosok gadis yang sudah menemani hari-harinya sejak Sehun masih berumur tujuh tahun.Mereka menjalin satu hubungan persahabatan yang membawa Sehun tanpa sadar, merasakan perasaan bahagia yang mengetarkan sanubari, jantungnya berdegub terlalu kencang sejak beberapa tahun yang lalu. Rasa yang belum sempat terjabarkan hingga tidak pernah diketahui sang gadis hingga kini.

“Mau sampai kapan kau memandangiku, SehunOppa?”Yoojin berpaling, menangkap basah Sehun yang tengah memandanginya.

Senyum Sehun terlihat semakin lebar, melangkah mendekati Yoojinyang masih sangat sibuk menyelesaikan sketsa rancangan pakaian yang akan ada di pagelaran busana tahunan yang diadakan oleh pemerintahan Korea Selatan, dalam Seoul Fashion Weeks.Yoojin yang berstatus sebagai desainer muda berbakat itu, turut andil dalam acara tahunan tersebut, agar eksitensinya di dunia Fashion semakin terlihat nyata. Sebagai pendatang baru di dunia itu, Yoojin masih harus bekerja keras untuk bisa bersaing, bersama puluhan desainer lokal yang sudah memiliki nama di negaranya bahkan dunia.Tangan kekar Sehun mengusap kepala gadis itu, meluapkan semua rasa yang sayangnya masih tersembunyi terlalu rapat.

“Apa semuanya harus kau selesaikan hari ini, Yoojin?” tanyaSehun

“Tidak juga, hanya saja—- aku takut tidak bisa menyelesaikannya jika aku menundanya, Oppa.”

“Sayang sekali, padahal hari ini aku ingin mengajakmu mengunjungi Chanyeol.”

“ChanyeolOppa?”

“Eoh!Hari ini dia baru saja mengabariku, jika dia tidak enak badan.”

“Sejak pulang dari rumah sakit, keadaan ChanyeolOppa belum pulih benar.”Jawab Yoojin wajahnya cemas.

Gadis cantik itu pada akhirnya berdiri dari bangku yang di dudukinya, meraih lengan Sehun lalu memeluknya erat.Yoojin tersenyum sebelum melangkahkan kakinya, membawa Sehun keluar dari rumah menuju mobil hitam Sehun yang terparkir di halaman depan.

“Kita mau kemana?”tanyaSehun saat mereka baru saja hendak masuk ke dalam mobil.

“Menjenguk ChanyeolOppa, bukankah kau mengkhawatirkannya?”

Samar tapi pasti senyum kemenangan terlukis di wajah Sehun, seperti mendapat jalan pintas super lancar untuk semua rencana keji yang telah dia rancang.Rencana untuk mempertemukan Yoojin dan Jiyeon, dengan hasil akhir menghancurkan Chanyeol tanpa sisa.Sehunpun sangat yakin jika sebentar lagi sepupu sekaligus sahabatnya itu, akanmerasa tak sanggup untuk terus melanjutkan sisa hidupnya di dunia ini.

~000~

Jongin kembali terkekeh guna menutupi rasa gugupnya, mendapati tamu tak diundang yang sungguh membuatnya hampir mati berdiri pagi ini. Tamu yang sejatinya telah dia bicarakan bersama Sehun beberapa jam lalu, tapi Jongin tidak menyangka jika akan datang secepat ini. Im Jinhwan tiba-tiba datang ke kantornya, menatapnya tajam seraya memberikan satu pertanyaan yang membuat bulu kuduk Jongin meremang seketika.

“Aku ingin tahu kemana perginya wanita penghibur yang seharusnya ada di kamar Chanyeol malam itu, atau—- aku ingin tahu siapakah yang mengatur agar pelayan itu ada di kamar Chanyeol, KimJongin.”

Jongin meraih minuman dinginnya di atas meja, memberikan ekspresi wajah setenang mungkin walau nyatanya kini wajah Jongin mulai memucat.Jongin tahu betul siapa Im Jinhwan, laki-laki dingin yang akan melakukan segala cara untuk tujuannya. Laki-laki yang tidak mengenal rasa belas kasih dan siapa saja yang berurusan dengannya, sama saja dengan menyerahkan nyawa mereka secara sukarela.

“Aku tidak mengerti apa maksudmu, Jinhwan.”

Jongin menelan minumannya susah payah, kerongkongannya terasa tersumbat sesaat setelah Jinhwan menajamkan tatapannya. Dia membenarkan tata letak kacamata bulat yang membingkai wajahnya, mengerakkan pupil matanya gelisah dan berharap sesi tanya jawab ini segera berakhir.

“Kau tentu mengerti apa maksudku, Jongin,”

Mata dingin Jinhwan menukik tajam, menahan rangkaian kata yang sudah disusun Jongin sesuai dengan apa yang telah Sehun sarankan padanya. Sungguh itu tidak semudah yang Jongin perkiraan sebelumnya, Jinhwan benar-benar membuat Jongin merasa ketakutan.

“Ada yang menjebak Chanyeol malam itu, di hotelmu.Dan hari ini aku ingin kau mengatakan semua hal yang kau tahu, tanpa harus membuatku marah.Kau—- masih sangat menyayangi nyawamu, benar begitu?”

Jongin memaku, tak punya nyali membalas tatapan tajam Jinhwan, dia memilih sedikit menunduk seraya kembali meletakkan minumannya di atas meja.Jongin benar-benar panik tanpa menemukan cara untuk menghindar dari situasi genting ini, namun juga tidak punya jawaban yang masuk akal untuk pertanyaan Jinhwan yang kembali mendesaknya. Semua terasa hilang hingga Jongin tak dapat menemukan apapun di dalam otak kecilnya, memaki dirinya sendiri yang terlena pada tumpukan uang yang ditawarkan Sehun, hingga dia terlibat dalam masalah yang baru disadari Jongin tidak sesederhana yang pernah dia bayangkan sebelumnya.Tawaran yang membuat Jongin lupa, dengan persahabatan yang telah terjalin di antara dirinya, Chanyeol dan Sehun sejak mereka masih sama-sama di bangku kuliah.

“Aku—- aku benar-benar tidak tahu apapun Jinhwan,” Jongin meremas jemarinya yang mendingin, melanjutkan kata-katanya yang terdengar gemetar.“Aku hanya tahu jika Sehun, menyewa seorang pelacurku untuk menemani Chanyeol malam itu.Selebihnya aku tidak tahu.”

“Benarkah?”

“Percayalah padaku.”

Jinhwan menganggukkan kepalanya pelan, menegakkan tubuh tingginya seraya beranjak dan berdiri di samping Jongin.Dalam satu gerakan yang sangat cepat, Jinhwan sudah menarik Jongin untuk berdiri, mendorong Jongin hingga terjepit di sela lengan dengan punggung yang sudah membentur tembok ruang kerjanya yang berpelitur putih bersih.

“Katakan padaku siapa yang membayarmu, untuk semua kecurangan yang harus di tanggung Chanyeol, Kim Jongin!”

Jinhwan semakin menekan lengannya pada leher Jongin, membuat Jongin hampir tidak bisa bernapas.Wajah laki-laki itu pucat dalam balutan rasa takut yang kian menjalari di tiap inci tubuhnya, berusaha menahan lengan Jinhwan yang kian menyakiti lehernya dan membuat jantungnya melemah karena tak mampu menemukan oksigen.

“KATAKAN!!!”

“Se—-seseorang Jinhwan.” Ucap Jonginsusah payah, berusaha kembali melanjutkan ucapannya disela-sela tekanan Jinhwan yang tak mengendur.“Se—- seorang, laki-laki misterius, aku—- aku dibayar mahal, tapi aku—- aku benar-benar tidak mengenalnya.”

Seketika tubuh Jongin beringsut di lantai, sesaat setelah Jinhwan melepaskan lengannya, Jongin terdengar terbatuk, sedikit tersedak seraya memegangi lehernya yang terasa masih sangat sakit.

“Apa aku harus percaya padamu?” Jinhwan berjongkok di depanJongin.

“Aku mengatakan yang sebenarnya, laki-laki itu memintaku menyiapkan sebuah kamar dan seorang pelayan hotel.”

“Benarkah?Jadi—- tidak ada wanita penghibur yang Sehun sewa malam itu?”

“Ada! Tapi aku meminta gadis itu untuk pergi.” Jinhwan tersenyum samar yang terasa sangat dingin. “Apa ada lagi yang kau tahu, Jongin?”

“Dia—- dia memintaku, untuk menambahkan obat perangsang di minuman Chanyeol, hanya itu yang aku tahu.”

“Obat perangsang?”Jinhwan kembali tersenyum lalu menegakkan tubuh tingginya.

“Percayalah padaku, Jinhwan.”

Jinhwan membungkuk, membisikkan kalimat yang membuat bulu kuduk Jongin kembali meremang.“Kau akan merasakan kekejamanku yang lebih dari ini, jika kau berani menyembunyikan sesuatu dariku, camkan itu KimJongin!”

Jinhwan kembali menegakkan tubuhnya, merapikan jas hitam yang membalut tubuh tingginya, berjalan pelan dalam kesenyapan yang terasa begitu dingin. Meninggalkan Jongin yang panik di belakang sana, meninggalkan Jongin yang segera meraih ponselnya dari dalam saku celana, lalu menghubungi seseorang yang semestinya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Im Jinhwan, bukan dirinya.

“Sehun!Dia mencurigaiku?”

~000~

Dengan tetap menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa yang tengah di dudukinya, Chanyeol meminta Kang Jihye yang berdiri di ambang pintu, untuk masuk ke dalam ruang santai yang biasa Chanyeol gunakan sebagai tempat menerima tamu ataupun para teman-temannya untuk berbincang. Mempersilahkan dokter paruh baya yang terlihat masih sangat cantik, di usiaempat puluh tahunan itu untuk duduk tepat di hadapannya.

“Apa anda sudah merasa lebih baik hari ini, TuanPark?”

Chanyeol mengangguk pelan, senyum samarterulas di ujung bibirnya, dia menatap lengannya yang masih di perban dan masih terasa sedikit nyeri saat Chanyeol bangun pagi ini.

“Maafkan saya karenatelah membuat anda terluka, tapi hanya ini satu-satunya cara yang saya yakin bisa membuat keadaan Jiyeon bisa lebih cepat pulih.”

“Tidak masalah jika memang demi kebaikan gadis itu

Jihye mengangguk pelan, menatap Chanyeol dengan wajah serius hingga kening Chanyeol mengeryit.

“Ada apa dokter Kang?” tanyaChanyeol seraya meraih teh hijau di atas meja yang baru saja di sajikan oleh salah satu pelayan, menyesapnya perlahan dan menunggu kalimat Jihye dengan sedikit tidak sabar.

Jihye menarik napasnya sebentar, menyusun kalimat guna menyampaikan kabar penting pada Chanyeol, kabar yang membuat Chanyeol tersedak seketika, matanya melebar.

“Jiyeon—- gadis itu positif hamil.”

Sementar itu di ruangannya,Jiyeon berjalan terhuyung saat rasa pening tiba-tiba mendera kepalanya, dia meringis lalu duduk di tepi ranjang tidurnya, memijat pelipis guna mengusir rasa pening yang sedikit mengaburkan pandangannya.Jiyeon menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang, merasa jika tubuhnya tidak terlalu baik hari ini.Jiyeon beraba keningnya sendiri, lalu sedetik kemudian Jiyeon terlihat mengerjab dan mengelengkan kepalanya, merasa tak suka dengan sebuah rasa yang kembali datang memenuhi hati dan pikirannya.Rasa yang membuat Jiyeon binggung dan tidak percaya, membuat gadis itu bersusah payah untuk mengabaikannya, namun sayangnya rasa asing itu kian kuat saat Jiyeon mencoba menepisnya.

 

Jiyeon kini tengah merindu.

 

Sebenarnya tidak ada yang salah pada rasa itu, jika tertuju pada orang-orang terkasih yang Jiyeon sayangi.Namun semuanya terlihat aneh dan berbeda, jika rasa itu justru tertuju pada seseorang yang paling Jiyeon benci.Pada seseorang yang ingin sekali Jiyeon jatuhkan ke dalam jurang yang curam, bahkan Jiyeon pernah berpikir untuk menancapkan belati tajam di jantung seseorang yang semakin waktu berlalu semakin membuat Jiyeon kian merindu.

“Kenapa aku merindukannya?” gumam Jiyeon.

Dia kembali berusaha menghalau rasa rindu itu, Jiyeon bahkan mengigit ujung bibirnya, mengepalkan jari-jarinya, menahan kakinya agar tidak melangkah keluar dari kamar hanya untuk dapat melihat sosok si pembuat rindu.Tapi sayangnya Jiyeon tidak bisa, di detik berikutnya Jiyeon sudah berdiri, berjalan cepat menuju pintu kamar sebelum akhirnya menghambur keluar dari kamar.Berjalan menelusuri beranda kamar yang panjang, Jiyeon terlihat memajukan lehernya saat berdiri di ujung tangga, menelitik ke arah bawah dan berharap menemukan sosok yang dicarinya.Namun nihil Jiyeon tidak melihat siapapun, di bawah anak tangga yang meliuk indah di depannya.

Jiyeon kembali melangkah dan berhenti di depan pintu sebuah ruangan yang terbuka, samar-samar dia mendengar suara dari seseorang yang di rindukannya, suara yang tanpa direncana membuat senyum Jiyeon merekah. Diamendekati daun pintu yang terbuka, mengenggam kedua tangan di depan dada, seraya menarik napasnya gusar. Jiyeon merasa jika jantungnya mungkin saja sudah mulai rusak karena saat ini berdetak terlalu cepat, dalam balutan rasa asing namun terasa sangat menyenangkan Jiyeonmerasa sangatbahagia.Jiyeon berdiri di ambang pintu, menatap Chanyeol yang duduk di sofa dengan ekspresi yang membuat dahi Jiyeon mengeryit.Laki-laki yang duduk berseberangan dengan sosok wanita yang Jiyeon yakini adalah Kang Jihye, terlihat panik, lalu bangkit dari duduknya.Dan dalam hitungan detik senyum bahagia Jiyeon sirna tanpa sisa, dia memaku di tempat, membeku bersama kalimat menakutkan yang baru saja di dengarnya terlontar dari bibir Chanyeol.

“Apa Jiyeon hamil?”

“Iyah, Tuan.”

“Kau benar-benar sudah memeriksanya?”

“Sudah!Dan sayangnya hasilnya positif, gadis itu hamil tiga minggu.”

Pandangan Chanyeol dan Jihye teralih seketika saat mendengar suara gesekan dari arah pintu, mereka berdua terlihat sangat terkejut mendapati sosok Jiyeon yang pucat dan terhuyung di sana.

“Jiyeon?”

Chanyeolmengerakkan kakinya yang terasa sangat berat untuk sekedar melangkah, menghampiri Jiyeon yang kian terhuyung, berjalan gontai nyaris limblung menjauh dari pintu ketikaChanyeol semakin mendekatinya.

“Aku hamil—-.”Jiyeon semakin berjalan mundur, dia mulai meracau, menggeleng kuat seraya menatap ke arah perutnya.

“Akutidak mau hamil!Aku tidak mau bayi ini, aku tidak mau!”

“Jiyeon—-“ Jihye ikut mendekati Jiyeon, berjalan dua langkah di belakang Chanyeol yang terlihat mulai panik.

Tanpa di duga Jiyeon mengerakkan tangannya, memukuli perutnya brutal.Pupilnya melebar tubuhnya bergetar hebat, dia bersandar rapuh pada dinding beranda, tetesan airmata mulai berjatuhan di pipinya yang memucat, merajam tiap detik dari detak jantungnya yang melambat.Chanyeolyang binggung dan tidak siap dengan Jiyeon yang tiba-tiba datang, bergegas mendekati Jiyeon, dia ingin menahan tangan gadis itu agar tidak memukuli perutnya.Namun tangan Chanyeoltertahan di udara, bergetar kuat,diamerasa tidak pantas untuk menyentuh gadis itu.

“Jiyeon aku mohon hentikan,”  Chanyeol menahan tangannya di antara lengan Jiyeon yang terus memukuli perutnya, terlihat sangat kalut dan benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menghentikan Jiyeon.

“Aku tidak mau!”

“Jiyeon—-“

“AKU TIDAK MAU BAYI INI!!!”

“Song Jiyeon!”

“AKU TIDAK MAU HAMIL!!! KAU DENGAR!!!”

Jiyeon terisak, napasnya memburu hingga dadanya terlihat naik turun, Jiyeon berhenti berteriak saat tangan hangatChanyeol pada akhirnya menahàn tangannya yang kembali hendak memukuli perutnya.Jiyeon menatap Chanyeol yang hanya berjarak satu jengkalan tangan, menatap mata yang memancarkan sejuta sesal tak terjabar, hingga Jiyeon terdiam tanpa kata makian yang terasa tertahan di ujung kerongkongannya.

“Jangan pukul diaJiyeon, pukul saja aku— pukul aku Jiyeon,”

Chanyeol melepaskan pegangannya di pergelangan Jiyeon, menatap memohon agar Jiyeon tidak kembali memukuli perutnya.Chanyeol sangat menyesal saat Jiyeon kembali menangis tersedu, mengerakkan tangan lemahnya dan mulai memukuli dada Chanyeol.

“Kenapa aku harus hamil?Kenapa aku harus mengandung bayimu, laki-laki brengsek!!”

Jiyeon kembali berteriak, airmatanya kian tak terbendung, dia meraung dan mencakar wajah Chanyeol.Jiyeon mencengkram bahu Chanyeol dengan kuat, tidak peduli jika Chanyeolakan tersakiti saat kuku-kukunya yang memutih menancap dan meninggalkan goresan di sana.

“Aku tidak mau—- aku tidak mau hamil,—-“

Pukulan Jiyeon pada akhirnya melemah setelah ribuan detik berlalu, tertelan dalam rasa terkejut berbalut emosi hati yang membuat Jiyeon merasa kakinya mati rasa, dia hampir beringsut di lantai yang dingin jika saja Chanyeol tidak menahan lengannya.

“Aku tidak mau bayi ini.”Jiyeon terisak semakin sesak.

“Jiyeon?”

“AKU TIDAK MAU!!!”

“Maafkan aku,”

Hanya kata itu yang terucap dari bibir Chanyeol yang kelu, dia menatap butiran airmata Jiyeon yang menyesakkan dadanya, merentas hati hingga hancur berkeping-keping, puluhan belati tajam terasa menusuk jantungnya.Chanyeol sangat menyesal untuk semua keadaan Jiyeon saat ini, Chanyeol merasa menjadi manusia paling bejat untuk semua pesakitan yang ditanggung Song Jiyeon karena perbuatannya.Dan keadaan kalut Chanyeol terasa semakin berat saat suara seorang gadis yang Chanyeol kenal terdengar memenuhi gendang telinganya, Chanyeol berpaling, menemukan sosok Yoojin yang sudah terpaku diundakan anak tangga paling atas bersama Sehun. Berdiri diam dengan wajah pucat lalu berlalu begitu saja dari hadapan Chanyeol, membuat Sehun yang datang bersama gadis itu terkejut.Chanyeol menatap Jihye binggung, dia meminta bantuan pada Jihye untuk menolongnya saat ini.Jihye yang juga terlihat syok itu mengangguk, mengambil alih sosok lemah Jiyeon yang masih terisak ke dalam pelukannya, memapah gadis itu kembali menuju kamarnya.

“Kenapa kau bawa Yoojin kemari, Sehun?” tanyaChanyeolkalut.

“Dia memaksaku untuk mengunjungimu, aku benar-benar tidak menyangka,—-“

Ucapan Sehun terputus saat Chanyeol sudah melesat melewatinya, menuruni anak tangga untuk menyusul Yoojin dan tidak pernah tahu jikaSehun baru saja menyunggingkan senyum licik untuk kemenangannya saat ini.

 

PLAK!!!—

 

Satu tamparan keras Yoojin layangkan pada wajah Chanyeol, gadis cantik itu tampak menahan tumpukanair mata yang berdesakan untuk turun di ujung soket matanya yang sayu.Dia mengepalkan tangannya yang bergetar, menahan luapan emosi jiwa untuk semua yang sudah Chanyeol lakukan hari ini.Melakukan sesuatu yang membuat Yoojin merasa terhempas tanpa nyawa ke jurang kehancuran tanpa sejumput asa yang tersisa.Ini benar-benar sakit, ini benar-benar sudah melebihi batas kesabaran Yoojin selama ini.Hari ini Chanyeol benar-benar telah mematahkan hatinya, menghancurkan kepercayaannya, hingga tak ada sebait kata yang mampu keluar dari bibir Yoojin yang membeku.

“Yoojin.”

Yoojin kembali mengangkat tangannya, kembali menampar Chanyeol sangat keras hingga tangannya terasa nyeri.Namun itu tidak sebanding dengan rasa nyeri yang kini bersamayam di hatinya, pada akhirnya air mataYoojin jatuh juga, menemani isak menyesakkan dari gadis itu yang mulai terdengar begitu pilu.Yoojin membekab mulutnya, menghalau tangan Chanyeol yang hendak meraih tubuhnya yang terhuyung.Yoojin menatap Chanyeol dengan sejuta rasa sakit yang membuat Chanyeol memaku, merasakan sesal yang menjejal ke dalam hati hingga mata Chanyeol ikut meneteskan air mata pesakitan yang menghancurkan jiwanya.

“Maafkan aku.”

Yoojin berbalik mengusap air matanya kasar seraya beranjak dari hadapan Chanyeol, meninggalkan Chanyeol dalam rasa bersalahdi belakang sana tanpa pernah menoleh sedikit pun. Dan tepat di undakan anak tangga paling bawah tampak sosok Sehun dengan senyum liciknya, tertawa pelan untuk semua kehancuran Chanyeol yang baru saja dimulai, dia bahkan merasa jika semua ini terjadi lebih cepat dari apa yang sudah dia rencakan. Sehunberjalan pelan menuju Chanyeol,memasang wajah selayak malaikat yang datang untuk menolong.

“Chanyeol, aku akan mencoba berbicara dengannya.”

Chanyeol menatap Sehunlalu tersenyum, mengangguk setuju seraya menepuk pelan pundak Sehun lalu berlalu menjauh.Melangkah tertatih menaiki anak tangga dalam hati yang bernaung terlalu sepi, merasa kosong saat kembali sadar jika dia baru saja kehilangan duniayang di cintainya. Kehilangan terberat yang Chanyeol rasakan setelah kematian ayahnya, kehilangan dari sebuah rencana licik Sehun yang lagi-lagi tersenyum bahagia di belakang sana.

~000~

“Kenapa kau lama sekali, Sehun?”Jongin berseru lalu duduk di sofa samping Sehun yang baru saja menghempaskan tubuhnya di sana.

“Hari ini aku baru saja berencana untuk membuat Yoojin mengetahui tentang gadis pelayan hotelmu itu Jongin, dan binggo—- kami datang di saat yang sangat tepat.Yoojin sudah mengetahui semuanya tanpa aku harus menjabarkannya.”

“Terserah!Aku tidak mau tahu tentang masalahmu Sehun, sekarang yang aku pikirkan hanya Jinhwan.Aku benar-benar takut, karena sepertinya dia mulai mencurigai rencana kita pada Chanyeol.”

Jongin terlihat semakin panik, laki-laki itu tahu pasti sepak terjang dari Im Jinhwan selama ini. Kaki tangan kepercayaan keluarga ParkChanyeol yang sudah bekerja secara turun temurun, laki-laki yang didik sangat keras hingga menjelma menjadi laki-laki berdarah dingin dan tidak mengenal kompromi dalam melindungi keluarga Park tanpa terkecuali.Namun Sehun justru terdengar hanya tertawa pelan, membuat Jongin mengerutkan dahinya.

“Ini tidak lucu Sehun, dia pasti akan membunuhku, setelah dia tahu semuanya.Mungkin—- dia juga akan membunuhmu.”

“Jinhwan tidak akan membunuhku Jongin, dia tidak akan membunuh orang-orang yang Chanyeol sayangi.Ah! Harus kau ketahui jika Im Jinhwan tidak sekejam yang kau tahu, terdengar manis bukan?” Sehun kembali tertawa.

“Entahlah!Yang pasti aku benar-benar tidak mau menanggung kemurkaan Jinhwan, untuk semua rencana busukmu Sehun.”

Sehun terlihat hanya menatap lurus ke depan, tanpa ekspresi apapun. “Apa saja yang kau katakan pada Jinhwan?”

“Tidak ada!Aku tidak mengatakan apapun, sesuai yang kau inginkan.”Jelas Jongin hati-hati, dia memejamkan matanya sesaat setelah menatap Sehun yang tidak curiga sedikit pun, jika dia tengah berbohong.

“Itu bagus, karena aku ingin Chanyeol mengetahui ini semua dariku?”Jongin terkejut, menatap Sehun dengan tidak percaya.

“Apa maksudmu Sehun?Bagaimana mungkin kau ingin Chanyeol tahu semua kebusukan yang telah kau lakukan di belakangnya?”

Sehun menegakkan tubuhnya, menatap Jongin yang masih terlalu binggung dengan jalan pikiran Sehun.Di satu sisi Sehun memintanya untuk tutup mulut, di sisi lain Sehun juga ingin Chanyeolmengetahui kebenarannya dan membongkar kelicikannya pada Chanyeol.Sehun kembali terkekeh, menepuk bahu Jongin, senyum kemenangan tercetak begitu nyata di wajah tampannya yang terpahat nyaris sempurna.Jongin mengerutkan dahi, semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Sehun yang terdengar tidak masuk akal sama sekali.

“Chanyeol, dia sangat menyayangiku dan sangat percaya padakuJongin.Sejak awal aku sudah merencakan untuk membongkar semua rencanaku pada Chanyeol secepat mungkinsetelah mengambil Yoojin kembali,karena itulah akumemintamu tutup mulut. Aku ingin dia tahu semuanya dariku, bukan dari orang lain. Dengan begitu semua akan terasa jauh lebih menyakitkan,Jongin!”

Seketika tawa sumbang Sehun terdengar, memecah kesunyian takdir yang selama ini Sehun anggap tidak pernah berlaku adil padanya.Takdir yang membuat Sehun merasa iri hati, hingga menutup mata untuk semua rasa kasih yang Chanyeol curahkan selama ini.

“Aku benar-benar senang Jongin, aku benar-benar senang.Dan apa kau tahu satu hal—”Sehun mengantungkan kalimatnya di udara, tersenyum angkuh pada Jongin yang hanya menatapnya tanpa kata.

“Gadis malang itu hamil, ini benar-benar sempurna.”

Sehun kembali tertawa kencang seraya menarik salah satu hanphonennya dari balik saku jas, mengetik pesan singkat yang dia tujukan untuk seseorang.Matanya yang biasanya memancarkan pandangan hangat, kini terlihat culas lalu menatap sekilas Jongin yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.Jongin benar-benar tidak menyangka jika Sehun tega melakukan ini semua, melakukan hal menyakitkan pada Chanyeol, pada laki-laki yang diketahui Jonginselalu menjadikan sosok Sehun sebagai orang terpenting untuk hidupnya.

“Kau benar-benar licik, Sehun.

“Terima kasih untuk pujiannya, Jongin.”Ucap Sehun sesaat sebelum berlalu dari ruang kerja Jongin, dengan tawa licik yang tertinggal di belakang langkah kejamnya.

~ TBC ~

 

Kenapa FF ini publishnya cepet? Karena ini FF lama, taun 2014 sudah publish versi SUJU nya…

Buat yang baru mampir ke blog, trus ngarepin ini cinta segitiga Chanyeol-Jiyeon-Sehun, maaf sepertinya anda akan kecewa. TNM bukan cerita seperti itu, ini lebih rumit dari cinta segitiga. Please Jiyeon jangan dibash karena mukul Chanyeol, inget ya… Chanyeol itu Pemerkosa!!! Apapun alasan dibelakang dia melakukan itu.

Enjoy

27 pemikiran pada “The Night Mistake (Chapter 5)

  1. gak nyangka ternyata sehun jahat…
    uri thehun kenapa jadi jahat…
    aduh lieur sama konflik nya, terus gimana kalo omma nya chanyeol tau???

  2. Ga nyangka ternyata sehun di balik semuanya 😦 kok tega bgt lu hun ma sepupu sendiri? Kasian jiyeon dan chanyeol, aku juga ga tega liet yoojin .
    Ckck moga aja mereka cpat menemukan kbhagiaan masing2 yak

Tinggalkan Balasan ke baeksena Batalkan balasan