Triangle (Chapter 3)

Title                 : TRIANGLE (Chapter 3)

Author                        : D.Kim (@desyEES)

Main Cast       :

  • Kim Jong In (Kai EXO-K)
  • Oh Se Hoon (Sehun EXO-K)
  • Xi Lu Han (Luhan EXO-M)
  • Park Ki Na
  • Kim Min Ra

Support Cast  : Find

Genre              : Friendship, School Life, Romance

Length                        : Multi Chapter

Rating            : PG 15

Sekali lagi, terima kasih banyak kepada admin yang mau posting FF saya ^^

 Ini hasil khayalan saya, jd kalo ada kemiripian berarti tidak disengaja 😀

 oOo

Kina hanya duduk di dekat tenda, menyaksikan teman-temannya yang asyik bermain di laut. Dilihatnya Minra berjalan ke arahnya. Melihat Minra yang basah kuyup dengan menggunakan bikini, Kina berinisiatif mengambilkan handuk.

“Oh, kau sudah selesai mandi?” Tanya Kina seraya menyodorkan handuk.

“Ne, Gumawo, eoonie..” Minra membalas dengan senyuman, lalu ia duduk di sebelah Kina. “Ehm, airnya benar-benar hangat.” Ujarnya

“Ara..” Sahut Kina sambil menatap lurus ke laut.

“Kenapa tidak ikut berenang?” Tanya Minra

“Oh, Aku tidak bawa baju ganti. Hehe..” Jawab Kina. Walaupun sebenarnya dia ingin turun ke laut, tapi moodnya langsung hilang gara-gara di tertawai oleh  Sehun dan Luhan.

“Oppa!” Seru Minra. Kina langsung menelusuri arah pandangan gadis cantik itu. Kai, Sehun, dan Luhan rupanya sudah selesai bermain-main di laut dan berjalan mendekat. “Oppa, ayo kita berfoto!” Ajak Minra

“Ayookk!” Sahut Luhan antusias. Mereka lalu berfoto bersama dengan berbagai pose lucu. Kai nampaknya tidak ikut berfoto, tapi menjadi tukang foto. Minra menciutkan bibirnya dan bergaya dengan imut, Sehun berpose sok cool, Luhan matanya melotot kayak kucing (?), dan tentu saja sebuah senyum yang dibuat seperti apapun akan selalu terlihat manis. Sesekali Kai tersenyum melihat ekspresi-ekspresi lucu teman-temannya itu dari mata kamera.

“Kai, biar aku saja yang mengambil gambar..” Kina mengambil kamera dari tangan Kai, dan mendorongnya untuk ikut berpose dengan yang lain. Namun tiba-tiba Minra mengambil kembali kameranya dari tangan Kina.

“Biar aku saja.  Ayo senyum!! ” Cekkrrettt!(?) Dan akhirnya, Kai menyumbangkan senyumnya di potretan terakhir bersama kawan-kawannya. Karena sudah waktu, merekapun segera pulang ke asrama. Liburan yang singkat, tapi benar-benar menyenangkan.

oOo

Hari dimulai dengan pagi yg cerah, awan menari-nari di langit diiringi kicauan burung dan hembusan angin beserta sinar cahaya abadi. Namun, suasana berubah menjadi riuh ketika suara dering handphone berbunyi silih berganti dan terdengar di setiap sudut ruangan kelas XII. Kai, Sehun, dan Luhan yang baru saja memasuki sekolah langsung merogoh saku dan mengambil ponsel masing-masing, begitu juga yang dilakukan oleh siswa lainnya. Seketika Kai membuka matanya lebar-lebar. Sebuah pesan yang berisi rekaman video telah disebar oleh seseorang.

“K, kai, kenapa video ini? Kau dan Yuri sunbae..” Ucap Sehun terbata-bata. Dalam rekaman itu terlihat jelas Kai yang berdiri berhadapan dengan Yuri di ruang dance. Kai tak menggubris, dia berusaha untuk tetap tenang meski dia ingin sekali melempar ponselnya itu. Sehun dan Luhan masih menatapnya bingung, tapi Kai kemudian berjalan dengan santai ke kelas dan memasang wajah dingin.

Tentu saja, semua mata langsung tertuju padanya. Begitu Kai memasuki kelas, suasana yang sebelumnya riuh langsung sepi. Kai masih bisa mendengar suara teman-temannya yang saling berbisik. Tapi Kai yang dingin bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan berjalan menuju tempat duduknya.

“Kai, kau sudah datang?!” Kina menyambut Kai dengan senyum cerianya dan juga bersikap seolah tidak sedang terjadi apa-apa. Kai hanya mengangguk pelan.

“Wah, wah, tidak kusangka ternyata kau pernah ditolak mentah-mentah oleh Yuri sunbae!” Seorang namja yang juga teman sekelas Kai tertawa sinis. “Tidak tau malu kau ini! bahkan kau memohon seperti itu! Haghaghag lucu sekali. Wkkk..” Dan teman-teman yang lainpun ikut tertawa terbahak-bahak  seolah ada sebuah lelucon. Kai masih berusaha untuk tidak peduli, tapi namja brutal itu malah memperagakan adegan di rekaman tersebut dimana Kai meminta Yuri untuk tetap tinggal, dan gelak tawa pun kembali menggelegar. Rahang Kai mengeras bersama darahnya yang mulai naik ke ubun-ubun.

“Apa makananmu sampah??” Kai tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan menatap namja itu tajam.

“M, mwo??” Namja itu membulatkan matanya yang berapi-api

“Pantas saja mulutmu itu benar-benar busuk.” Kai tersenyum sinis dan kembali duduk tenang. Namja itu langsung memanas. Dia mendekati bangku Kai dan menggebrak mejanya. Kai masih tidak mempedulikannya sampai namja itu menarik kerah Kai. Namun Kai berhasil menepisnya dengan mudah. Siswa lain langsung bergedebuk(?) menuju tempat duduk masing-masing begitu mendapat sinyal bahwa seongsaengnim akan segera memasuki kelas. Namja nakal itu juga langsung berlari menuju tempat duduknya. Kegaduhan seketika berubah menjadi tenang, Tapi perasaan Kai sungguh tidak bisa tenang

Bel istirahat berbunyi. Kai langsung berjalan keluar kelas

“Kkamjong, kenapa kau tidak pernah bercerita sebelumnya kalau kau menyukai Yuri sunbae?” Sehun menanyai Kai sewaktu Kai akan pergi ke toilet.

“Itu masa lalu.” Sahut Kai ketus. Menyadari wajah Kai yang sedang penuh amarah, Sehun mengurungkan niatnya untuk memintai penjelasan dari Kai tentang video itu.

“Kau mau ikut aku ke kamar mandi?” Kai melirik Sehun sanksi.

“Eh, aniya, aniya.” Sehun melepas rangkulannya dan kembali ke kelas. Kai lalu berjalan sendiri menuju toilet. Ia membasuh wajahnya untuk sekedar menyejukkan hati yang sedari tadi terbakar malu. ditatapnya pantulan bayangannya di cermin.

“Tch, siapa yang melakukan semua ini?!” Bisik Kai geram. Setika tangannya mengepal dan tanpa sadar ia memukul cermin itu hingga pecah.

Prangg!

oOo

“Apa kau fikir cermin itu milik ayahmu?! Seenaknya saja kau memecahkannya!” Cho Saem selaku wali kelas Kai membentak Kai habis-habisan tanpa memperdulikan darah yang mengalir dipunggung tangan Kai. Terlihat juga ada bekas beling yang menancap disana.

“Joesonghamnida Saem..” Kai hanya tertunduk

“Hhhf, sudahlah. Kau boleh keluar.” Kyuhyun lantas mengizinkan Kai keluar setelah merasa cukup untuk memarahinya.

Kai’s Pov

Saat ini, aku merasa kacau. Siapa yang merekam dan menyebar video itu? Aku sungguh tidak mengerti. Aku sudah melupakan dia, tapi kenapa hal yang sudah berlalu harus terungkit kembali? Bahkan beling yang merobek kulit punggung tanganku ini tidak ada artinya. Ruangan tempat aku duduk saat ini benar-benar kejam. Memang tidak akan ada tempat yang lebih tenang dari ruangan yang kejam ini. Sekalipun sepi dan mencekam, aku menyukai tempat ini. Bahkan aku selalu mengadukan kerapuhanku disini.

“Kai..” Sebuah suara lembut yang tak asing bergema menghampiriku. Aku segera mendongakkan kepalaku yang sedari tadi menunduk. Suara langkah sepatu itu mendekatiku, aku kembali menunduk. Aku tau, dia selalu muncul disaat seperti ini.

“Paboya..” Bentaknya dengan suara yang ditahan.  “Apa belum cukup luka di hatimu itu sampai kau harus melukai tanganmu seperti ini?!” Aku hanya diam dan menunduk. “Disaat rapuh seperti ini, bahkan gigitan semutpun akan terasa sangat menyakitkan.”  Ucapnya lagi, tapi lebih lembut. Aku masih menunduk diam dan tak ingin menunjukan wajahku yang kusut dan kacau ini. dia lalu duduk di sebelahku dan tiba-tiba dia memegang tanganku, mengambil sesuatu dari tasnya, dan mengoleskannya pada lukaku.

Kurasakan sedikit perih di sana, namun kemudian desiran angin menghembus di atas tanganku. Apa yang dia lakukan? Dia meniupnya. Dia, Park Kina mengoleskan cairan di atas lukaku sambil meniupnya dengan hati-hati. Rasanya lebih baik, perih itu perlahan menghilang. Aku hanya diam memperhatikan. Dia lalu mengeluarkan perban dari tasnya dan melilitnya untuk menutupi lukaku. Aku hanya mematung, membiarkannya mengobati sebagian luka pedih ini. Dan kini, lukaku sudah terbalut rapi.

“Sudah selesai..” ucapnya setelah memastikan tak ada lagi darah yang mengalir di sana. Aku masih menatapnya yang sibuk memberesekan botol alcohol dan perban kedalam tasnya. Aku tau, dia memang teman yang sangat baik.

“Park Kina, gumawo.” Ucapku pelan. Dia tersenyum, seperti biasa, meski matanya itu menatapku prihatin. Kina bangkit dari duduknya kemudian berjalan keluar meninggalkan ruangan ini. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti di ambang pintu dan dia menoleh kembali padaku .

“Kai, berjalanlah seolah tidak ada beban. Sekalipun itu sulit, kau masih bisa merangkak. Mereka tidak tau, mereka tidak mengerti sama sekali, hanya kau yang tau. Semua akan baik-baik saja, Kai.” Dia tersenyum sekali lagi padaku, senyum yang benar-benar hangat. Kemudian ia berjalan keluar meninggalkan ruangan ini.. Aku kembali menunduk, menatapi lantai kayu ruangan ini. Tanpa sadar aku tersenyum. Nafasku rasanya sudah bisa tersembus dengan teratur kembali.

Saat aku akan meninggalkan ruangan ini, tanpa sengaja aku menginjak sesuatu. Ternyata sebuah cincin yang pernah kulempar dulu, di sini. Cincin yang pernah kugenggam dengan penuh rasa cinta dan kulempar dengan kerapuhan.

“Aku sudah melupakan dia sejak aku melempar cincin ini..” Gumamku sambil memandangi cicin itu. Kudekap cincin itu dalam genggamanku, dan tanpa sadar aku tersenyum kembali.

~ Dear Ring : Perasaanku saat ini, seperti saat pertama aku menggenggammu. Berdebar..

oOo

“Kai, gwaenchana?”

“Apa yang terjadi dengan tanganmu?” Luhan dan Sehun langsung menghampiriku saat aku masuk ke kamar. Mereka menatapku penuh tanya.

“Ini hanya luka kecil.” Jawabku berusaha terlihat baik-baik saja. Ya, kurasa aku sudah merasa baik-baik saja sejak perban ini membalut tanganku.

“Mereka menyebar video itu mungkin hanya bermaksud untuk bersenang-senang. Semua akan segera berlalu.” Luhan menepuk-nepuk pundakku. Ahh, terima kasih atas pengertianmu. Batinku.

“Kkamjongie, kalo ada waktu ayo kita minum bubble tea.” Ajak Sehun yang mulai memasang wajah ceria.

“Kau sudah meminumnya setiap hari kan?” Jawabku malas sambil berjalan ke kasur.

“Tch! Aku ingin mendengar ceritamu. Kita kan roommate, kau bisa curhat denganku.” Sehun lalu merangkulku. Tumben sekali dia perhatian.

“Aku tidak akan curhat dengan orang ember sepertimu.” Jawabku bercanda. Kujulurkan lidahku pada Sehun, dan dia langsung memukul-mukul bahuku seperti biasa gaya Sehun yang rempong.

Setelah kufikir-fikir, kejadian tadi membuatku semakin sadar. Sekalipun aku harus mengangkat beban yang berat, aku masih bisa bergerak meskipun dengan merangkak. Semua yang terjadi akan segera berlalu seperti tertiup angin. Tanpa aku sadari sebelumnya, aku memiliki orang-orang yang selalu mengkhawatirkanku. Aku harus memiliki sikap lebih baik pada mereka.  Aku merasa lebih baik sekarang. Sekali lagi aku katakan bahwa aku benar-benar merasa baik-baik saja sekarang.

Author’s Pov

Jam istirahat Kina dan Luhan janjian untuk membaca buku di perpustakaan. Memang orang-orang yang otaknya encer pasti tidak lepas dari rajin membaca buku. *Tuh denger ,author sok.

“Kalian mau kemana?” Tanya Sehun hendak mengikuti.

“Perpus, ikut?”

“Oh, aniyo.” Sehun langsung menolak. Pasti tau alasannya kan? “Kai, beli minum yuk.” Sehun langsung mengajak Kai. Tapi sepertinya Kai lebih berminat untuk mengikuti Kina dan Luhan ke perpustakaan. Tumben banget Kai mau ke perpustakaan, padahal kalo dihitung-hitung selama hampir tiga tahun ini baru dua kali mereka ke perpus. Itupun buat tidur biar nggak berisik, dan waktu di suruh bersihin perpustakaan. Dan entah karena angin apa, Kai mau ke perpustakaan, dan Sehun pun mengikuti dengan wajah manyun.

“Wah, kalian benar-benar sudah banyak peningkatan. Kajja!” Seru Kina.

“Heek?!” Kai Sehun hanya mendengus.

@Library

Kina dan Luhan sibuk menulis dan berdiskusi. Mereka membaca sebuah buku tebal bersama sambil membicarakan kelebihan dan juga kekurangan buku itu (?) Sehun hanya mondar-mandir di depan rak buku karena bingung mau membaca bku apa.

“Huft, di sini tidak ada komik..” Gumamnya pasrah

“Ini perpustakaan.” Tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya. Sehun menoleh ke balik rak buku dan melihat seorang gadis sedang bersandar sambil memegang sebuah buku.

“Kim Min Ra!?”

“Sstt, ini perpustakaan.”

“Oh, eh,  mian. Kau sedang apa disini?” Tanya Sehun sambil mengecilkan volume suaranya.

“Oppa, jika aku mengatakannya lagi ini akan jadi yang ketiga kali. ‘Ini perpustakaan’, tentu saja aku membaca buku.” Sahut Minra dengan wajah -.-

“Oh iya.” Sehun garuk-garuk pantat

Sementara Kai hanya membengongi buku yang ada di hadapanya. Dia malah sibuk memperhatikan Luhan dan Kina.

 “Menurutmu mana yang mengandung mineral lebih banyak, air atau semangka?”

“Mmm.. semangka.”

“Wae? kenapa bukan air?”

“Karena semangka mengandung air.”

“Tapi itu kan bukan air murni?”

“Tapi semangka juga mengambil air dari tanah.”

Wah, aku jadi ingin makan semangka..hahah”

“Stt.. pelankan suaramu hihi..”

Sehun mengikuti Minra dan duduk di satu meja yang sama. Minra masih sibuk membaca bukunya yang berjudul “Kumpulan Puisi”

“Minra~yaa, kau sedang baca buku apa?” Tanya Sehun

“Kau bisa lihat judulnya kan.” Minra menunjuk judul di buku itu yang terpampang jelas.

“Aahh, benar. Aku juga sudah pernah membaca buku itu. Puisinya bagus-bagus.” Ucap Sehun.

“benarkah? Sehun Oppa suka puisi juga? Kufikir oppa hanya suka membaca komik.”

“Heiii, tentu saja! Aku sudah terbiasa membaca buku setebal 5cm hanya dalam satu hari.” Kai hanya geleng-geleng mendengar momongan Sehun yang sangat bohong itu.

“Jinja? Tapi, Kai oppa sering bilang padaku bahwa komiknya selalu dipinjam olehmu.” Jawab Kina. Sehun langsung melirik Kai dengan tatapan membunuh.

“Dia berbohong padamu. Kau jangan percaya. Aku ini maniac buku. Haghaghag..” Sehun langsung tertawa garing tapi sangat keras dan membahana.

“Oh Se Hoon, Keluar!” Max Saem si pustakawan langsung membentak dan mengusir Sehun. Dan dengan wajah memelas Sehun langsung angkat kaki dari perpustakaan. Minra hanya bisa menahan tawa.

“Sehunie?!” Luhan memanggil Sehun dan lupa. Dia lupa kalau volumenya itu mampu membuat semua orang menoleh termasuk Max Saem.

“Xi Luhan, neodo. Keluar!!” Akhirnya Luhan pun keluar mengikuti Sehun. Max Changmin walau hanya seorang petugas perpustakaan memang galaknya suka lebay. Hati-hati bersuara, kalau sampai menyentuh gendang telinganya (?) maka kau akan langsung diusir. Motto perpustakaan adalah “Ketenangan itu ibarat membalikkan kertas halaman buku” *Motto macam apa?

Sekarang tinggal Kai dan Kina, ah ada Minra juga. Yang ada di fikiran Kai adalah jangan sampai Kina menanyainya tentang semangka dan air atau kenapa ekor cicak bisa tumbuh lagi.

“Kai..” panggil Kina pelan

“Eoh?” Kai menegakkan kepalanya

“Tanganmu sudah sembuh?” Kai langsung mengagguk dan Kina tersenyum lega kemudian melanjutkan membaca buku.

“Oppa..” panggil Minra hampir berbisik dari meja sebelah. Kai menoleh, dan Minra langsung menyodorkan sesuatu. Dan bel masuk langsung berbunyi.

“Minra, kenapa ini kau berikan pada oppa?” Tanya Kai pada Minra begitu keluar perpustakaan.

“Aku mengikuti kuis di majalah dan mendapat dua buah tiket gratis masuk taman hiburan. Tiket itu berlaku untuk besok, tapi aku sangat sibuk besok. Huh, malangnya nasibku. Pastikan oppa menggunakan tiket itu, karena aku susah payah mengikuti kusinya. Arraseo??” Setelah memberi penjelasan Minra langsung kabur ke kelasnya tanpa sempat Kai menolak tiket itu.

oOo

“Untuk apa aku pergi ke taman hiburan? Anak itu kenapa harus ikutan kuis murahan” gumam Kai sendiri. Ia meninggalkan tiket itu di atas mejanya dan keluar kelas menyusul Sehun Luhan. Kina yang menyadari Kai meninggalkan sesuatu diatas mejanya langsung mengejar Kai.

“Kai..” Panggil Kina “Ini, sesuatu tertingal di atas mejamu.” Kina menyodorkan tiket yang masih terbungkus kresek (?) itu.

“Oh ini.. ngg..” Kai berfikir sejenak.

“Kenapa Kai? Ini punyamu Kan?”

“Ngg.. Itu,, untukmu.” Blush~ Ya! Ralat! Kenapa aku bilang begitu? Batin Kai.

“Untukku? Kina langsung terlihat sumringah dan membuka kreseknya

“Minra memberikannya padaku. Kalau kau tidak mau,, itu..”

“Tiket taman hiburan?! Gumawo Kai.” Jawab Kina langsung. “Tapi kenapa ada dua tiket?”

“Oh, itu milikku..” Jawab Kai. Entah kenapa tiba-tiba tengkuknya gatal-gatal. Kina masih belum mengerti. Anak ini kopok apa?

“Besok jam 5 sore, kutunggu kau di depan asrama.” Ucap Kai akhirnya lalu menyusul Luhan dan Sehun. Kina masih mematung di tempatnya. Kemudian senyuman mengembang di sudut bibirnya.

“Kai, mengajakku ke taman hiburan?”

 

To be Continued..

 

Wwkkk.. ditunggu commnt’x yaa.^^

 oiya, Ini blog pribadiku tempat penampungan FF’’ author yg songong xD desyesungelf.wordpress.com  GUMAWO :*

 

6 pemikiran pada “Triangle (Chapter 3)

Tinggalkan komentar