Just Telling The Truth To Me (Chapter 3)

Title: Just Telling The Truth To Me #3

Author: Kim Ria

Genre: Romance, Frienship

Length: Chaptered

Ratting: T

Main Cast: Ahn Ri Young | Byun Baek Hyun | Park Chan Yeol | Oh Se Hun

 

“ Ini murni…100% ASLI dari pemikiran sendiri. Jika ada kemiripan saya mohon maaf dan jika ada kemiripan saya sungguh tidak tahu. Ide-ide cerita ketika saya baca buku, komik, dan fanfiction..Selamat membaca! ^^Thanks, “

Chapter Three “I Like My Noisy Grandpa”

 

Riri terus memandangi Baekhyun yang tepat ada disampingnya ini dengan heran. Semenjak peritiwa besar pada pelajaran sastra beberapa minggu yang lalu, membuat Baekhyun menjadi sangat peduli dengannya, entah itu hal kecil atau besar baginya. Riri akui jika pertolongan Baekhyun memang sangat membatunya, namun ia menjadi merasa aneh dengan Baekhyun yang sekarang. Ingin sekali bertanya pada Baekhyun dan mengatakan padanya untuk bersikap biasa saja. Namun mengingat dirinya yang tak biasa bicara serius dengan Baekhyun, membuatnya bingung untuk mengobati rasa risihnya itu.

Bagaimana cara aku mengatakan hal serius pada orang semacam dia? Mempertanyakan mengenai tingkah lakunya yang menjadi sangat aneh dan sudah tak bisa diucapkan dengan satu mulut ini?

**

“Ini milikmu Riri.” Kata Baekhyun sambil meletakkan pulpen bermotif strawberry milik Riri ke atas meja. Riri yang baru saja mendengar perkataan Baekhyun yang telah berhasil menemukan pulpennya, gadis berambut hitam ini langsung menoleh pada Baekhyun.

“Secepat itu? Jatuh dimana?” tanya Riri.

“Didekat kursiku.” Jawab Baekhyun. Riri hanya menggut-manggut mendengarnya, setelah itu ia kembali fokus pada buku catatannya. Sekilas ia melihat ke arah Baekhyun yang tengah serius mencatat. Dia masih waraskan? Pikirnya. Karena ini sudah lebih dari sepuluh kali, Baekhyun selalu peduli pada barang-barangnya yang jatuh.

Tak terasa, bel istirahat pun berbunyi. Spontan para murid langsung menutup buku catatannya lalu berdiri menghadap pada guru bahasa mereka. Dengan kompak mereka membungkuk sambil mengucapkan terima kasih pada bu Kim.

“Hey, ayo pergi ke kantin.” Ajak Chanyeol kepada 2 orang temannya yang duduk dibelakang.

“Ah… Tidak,tidak,tidak. Tadi pagi aku sudah diminta untuk menata buku baru di perpustakaan.” tolak Baekhyun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu ia bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan teman-temannya tanpa mengatakan satu kalimat apapun.

Aneh pada sikap Baekhyun, Riri memutuskan untuk mengikuti langkah Baekhyun.

“Aku juga tidak ke kantin. Ada hal yang harus ku urus teman-teman…Pergilah ke kantin berdua saja.” Kata Riri sambil menyusul Baekhyun. Kepala Chnyeol dan Sehun bergerak mengikuti arah pergi Riri.

“Ish…Mereka ini aneh sekali.” Desis Chanyeol.

**

“Yaampun, petugas perpustakaan itu gila.” Umpat Baekhyun sambil membawa satu kardus yang berisi puluhan buku ensiklopedia. Ia harus menata buku-buku ini di salah satu rak buku yang hanya berisi kumpulan buku ensiklopedia saja.

Bruuk!

Baekhyun menjatuhkan kardus itu kebawah dengan hati-hati. Namun karena berat, kardus itu menimbulkan suaranya yang agak keras.Baekhyun mengibas-ibaskan tangan kanannya karena pegal mengangkat kerdus penuh buku itu.

Dengan cekatan, ia membuka kardus baru itu dan meletakkan bukunya satu-per satu pada kolom yang masih kosong.

Kedua alis Baekhyun terangkat ketika ia mendapati ada tangan lain yang meletakkan buku ensiklopedia pada rak. Kemudian matanya mengikuti arah gerak tangan misterius itu, untuk mengetahui siapa pemiliknya. Betapa terkejutnya Baekhyun, ketika itu adalah tangan Riri. Hatinya terasa amat senang ketika bisa melihat Riri dengan jarak dekat seperti ini, walaupun sebelumnya ia juga cukup sering menatap Riri dari jarak dekat.

Merasa diperhatikan, Riri pun menoleh dan memandang Baekhyun.

“Jangan mengira yang lain-lain ya? Aku hanya ingin membantu kok.” Kata Riri seolah bisa membaca apa yang dipikirkan Baekhyun. Baekhyun mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Memang yang kaupikirkan aku mengira-ngira apa ha?” sahut Baekhyun akhirnya. Riri hanya diam ketika ia sudah kalah biacara dengan Baekhyun.

Mereka berdua melakukan aktivitas menata buku baru dalam diam. Mereka terjebak pada pikirannya masing-masing. Riri menoleh pada Baekhyun, memperhatikan Baekhyun yang masih sibuk dengan buku-buku ensiklopedia itu.

“Hey. Jangan terus melihatku, jika kau mengakui keren bilang saja. Aku akan menerimanya kok.” Celutuk Baekhyun tanpa menoleh pada Riri. Riri yang ketahuan jika memperhatikan Baekhyun langsung tersentak dan memunculkan semburat merah pada wajahnya.

“Si..Si..Siapa yang bilang kau keren? Na..Nar..Narsis sekali.” Balas Riri dengan terbata. Mendengar balasan Riri yang gagap, membuat Baekhyun tertawa lepas. Lelaki ini terus tertawa sambil memegangi perutnya.

“Kkk..Kenapa tertawa si??? Ini perpustakaan tahu…” Riri mencoba mengingatkan Baekhyun dan beralasan agar kegagapannya tadi tidak dibahas oleh Baekhyun.

Baekhyun menghentikan tawanya dan bersusah payah untuk kembali menegakkan tubuhnya.

“Iya,iya,iya.Aku mengerti.” Kata Baekhyun kemudian. Lelaki ini kembali pada aktivitasnya lagi. Apalagi jika bukan menata buku?

Melihat Baekhyun yang terus-terus menata buku, membuat mata Riri bosan. Apalagi Baekhyun menjadi jarang berulah seperti sebelumnya. Kepala gadis ini berputar memikirkan ingin membuat kegaduhan apa, karena ia termasuk tipikal gadis yang tak suka banyak diam.

Seperti ada lampu bercahaya diatas kepala Riri. Yup! Gadis ini berhasil mendapat ide.

“Hey, kakek.” Panggil Riri pada Baekhyun. Baekhyun yang sudah hafal dengan semua julukannya dari Riri, menoleh pada Riri dengan malas.

“Apa?” tanyanya.

“Ayo kita bersekutu. Aku tahu kau bosan dengan pekerjaanmu.” Kata Riri dengan antusias. Baekhyun mengernyitkan dahinya.

“Bersekutu? Maksudmu?” Baekhyun masih belum mengerti dan paham dengan jalan pikiran Riri ini. Riri hanya menjawab dengan tatapan jahil dan kedua alisnya yang naik turun.

 

“WOOOOAAAAAAAAAA!!!!!!!” Riri berteriak sekeras mungkin sambil bergidik ketakutan. Tentu semua yang ada didalam perpustaakan berlari ke arah Riri tak tercekuali penjaga perpustakaan. Baekhyun sendiri, yang mendengar teriakan cempreng dan melengking tepat di telinganya. Membuatnya harus menekan telinganya sendiri dengan kedua tangannya. Meminimaliskan suara Riri yang masuk kedalam gendang telinganya.

Semua yang ada di perpustakaan kini mengelilingi Riri dan Baekhyun dengan tatapan penuh keheranan dan penasaran.

“Ada apa nona?” tanya penjaga perpustakaan pada Riri dengan cemas.

“Anu…Itu… Di rak sebelah sana pak…” kata Riri menunjuk rak buku yang ada didepannya.

“Ada apa?”

“Tikus…..” jawab Riri dengan takut-takut. Penjaga perpustakaan itu menggeleng-gelengkan kepalanya setelah tahu apa penyebab gadis ini berteriak hingga mencapai titik klimaksnya. Penjaga perpustakaan itu mencoba memeriksa rak yang ditunjuk Riri.

“Sudah tidak ada. Tidak usah takut lagi.” Kata penjaga perpustakaan itu ramah.

“Tapi…Tadi aku melihat tikus itu..Besar sekali ukurannya. Tepat di imajinasiku.”

 

Hening.

 

Penjaga perpustakaan yang tadi adalah malaikat, berubah menjadi ‘demon’ dengan tanduk merahnya yang sangat panjang. Dan siswa lain yang tengah mengelilingi Riri dan Baekhyun menatap mereka dengan amat kesal.

“Psst..Sudah saatnya…LARI BAEKHYUN!” seru Riri sambil menarik lengan Baekhyun lalu menyeretnya keluar dari kerumunan setan itu dan keluar dari perpustakaan dengan bergandengan tangan.

Mereka berlari dengan perasaan takut dan merinding, namun lama-kelamaan mereka tertawa. Menikmati kenakalan yang Riri buat hari ini.

Dibalik tawa mereka yang geli terhadap insiden tadi. Baekhyun merasakan kehangatan luar biasa ketika tangan mereka bertaut cukup lama bersentuhan ketika berlari. Ini pertama kalinya bagi Baekhyun, ia bisa bergandengan tangan dengan Riri. Apakah gadis ini sadar jika ia telah menggenggam tanganku dengan sangat erat?

Kini lapangan bukan tempat pemberhentian mereka. Halte baru mereka adalah atap sekolah yang sepi. Ketika menginjakkan kaki mereka disana, angin sepoi-sepoi menyambut mereka dengan meriahnya.

“Jadi, apa itu yang kau maksud untuk meminta sekutu denganku?” tanya Baekhyun sambil melepas genggaman tangan Riri. Riri membalikkan tubuhnya dan menatap mata Baekhyun untuk sesaat sebelum akhirnya menjulurkan lidahnya.

“Tapi, aku bisa melakukannya sendiri kan? Tanpa bersekutu denganmu.” Kata Riri sok hebat. Baekhyun mencibir melihat kenarsisan Riri. Baekhyun melirik jam tangan hitamnya.

“ Lima menit lagi, pelajaran sastra.” Celutuk Baekhyun. Riri yang tengah menikmati cuaca di atap sekolah, akhirya menoleh juga pada Baekhyun.

“Huh, aku bisa marathon nanti kakek. Tenang saja.” Timpal Riri ringan. Baekhyun berdecak mendengar perkataan Riri yang meremehkan. Baekhyun terdiam sejenak sambil memperhatikan Riri, ia merasa aneh dengan sikap Riri yang tiba-tiba menjadi ribut. Sebenarnya yang dipikirkan gadis itu apa sih?

 

Tak terasa lima menit telah berlalu dengan begitu cepatnya. Ketika bel masuk telah dengan nyaring dan memekakan telinga yang mendengar, Riri dan Baekhyun terperanjat kaget dan saling berpandangan.

“Pelajaran sastra!!” pekik mereka bersamaan. Mau Riri ataupun Baekhyun, kalang kabut untuk pergi dari atap sekolah. Kaki Baekhyun yang lebih panjang dari Riri akhirnya mampu mendahului Riri. Sementara Riri sendiri, tengah berlari di belakang Baekhyun dengan gelisah.

Berlari menuruni tangga membuat pergerakan mereka menjadi lambat, dan sampai akhirnya

Krek! Pergelangan kaki kanan Riri tiba-tiba keram dan ia sama sekali tak bisa menghentikan langkahnya dan tak mampu menyeimbangkan tubuhnya. Tubuh Riri tercondong kedepan dan membuatnya terguling ke depan dan menabrak dinding yang menghubungkan tangga ke-dua dan ke-tiga.

BRRUUKKK!!!!

Suara keras ketika Riri menghantam dinding kuat ketika ia terguling dari tangga. Dan dalam detik itu juga Riri menutup matanya tak tersadarkan diri.

Baekhyun yang sudah setengah jalan di tangga ke-dua langsung berhenti ketika mendengar suara amat keras.Ia mendengar sesuatu yang telah menghantam dinding. Baekhyun menghentikan langkahnya, dan berbalik badan, memastikan ‘sesuatu’ apa yang telah menghantam dinding besar tersebut. Awalnya kedua alis dan matanya baisa saja, namun saat melihat Riri dalam posisi mengenaskan membuatkedua alisnya terangkat sempurna dan matanya membulat.

“Riri!”

Baekhyun menyerukan nama Riri dalam kepanikannya. Ia berlari kepada Riri untuk memastikan keadaan Riri. Saat sampai ke tempat Riri, Baekhyun membalikkan tubuh gadis itu untuk melihat wajahnya. Rasa panik Baekhyun yang sudah melibihi 100% nya, kembali meningkat ketika mendapati Riri terpejam dan jidat putih mulusnya mengeluarkan cairan merah yang disebut ‘darah’ dengan sangat cepat.

Rasa panik dan takut telah mendominasi pada diri Baekhyun. Baekhyun tidak tahu apa-apa untuk mengatasi hal ini. Yang ia tahu ia harus cepat membawa gadis malang ini ke ruang kesehatan sebelum darah itu keluar lebih banyak lagi.

Baekhyun dengan susah payah mengangkat tubuh Riri, lalu membopongnya kelantai bawah menuju ruang kesehatan.

***

Bu Hwang mengernyitkan dahinya heran ketika beliau telah duduk manis di meja guru kelas 10-3.

“Kemana dua anak yang lain?” tanya Bu Hwang. Semua yang ada di kelas hanya diam dan saling memandang satu sama lain. Tak terkecuali Chanyeol dan Sehun yang kini tengah saling menyikut satu sama lain.

“Aku tidak mau tahu. Pokoknya pelajaran tak akan dimulai dan berakhir sebelum ada kabar dari dua murid yang tak patuh ini! Kalian berdua! Carilah dua anak itu! Cepat!” perintah bu Hwang pada Siyeon dan Hana. Kedua gadis itu mengangguk cepat lalu berlari keluar kelas untuk menjalankan tugas bu Hwang.

“Dan untuk yang lain, kalian baca saja buku kalian dan jagan berisik!”

Chanyeol menghela nafasnya panjang. Ia mengusap-usap belakang lehernya. Entah ada malaikat apa pada tubuh Chanyeol, namun ia merasakan merinding luar biasa dan sangat gelisah.

“Mereka ini kemana sih? Dan kenapa aku menjadi merinding begini?”

***

Baekhyun duduk di samping pintu ruang kesehatan sambil menggigt ibu jarinya dengan cemas.

Krieeekk….

Munculah pak Han dengan jas putih dan kaca mata hitam yang telah menjadi ciri khas salah satu dokter di sekolah ini.

“Kaki kanannya memang cedera cukup parah..Tapi,..Tak usah khawatir, aku sudah memberikan perawatan terbaikku. Bagus kau sudah buru-buru kemari, karena luka dikepalanya harus segera dihentikan pendarahannya. Oh ya, apa seragamu tak apa-apa jika terkena darah seperti itu?”

Baekhyun menurunkan pandangannya dan melihat ke arah blazzer seragamnya yang terdapt cukup banyak darah dari kepala Riri. Ia kembali menatap pak Han lalu meringis.

“Tak apa, apa aku boleh masuk?” pak Han menjawab dengan anggukan kepalanya yang lembut sambil tersenyum.

Lega dan senang, itulah yang Baekhyun rasakan detik ini. Ia memasuki ruang kesehatan dengan langkah yang mantap. Baru saja masuk dan berjalan tiga langkah, ia sudah bisa melihat degan amat jelas ranjang yang telah ditiduri seorang gadis dengan perban pada kepala dan kaki kanannya. Baekhyun mengerutkan alisnya, tatapannya menjadi miris ketika melihat Riri berada di ranjang itu.

Baekhyun berdiri di samping ranjang Riri. Pak Han sudah mengelapnya rupanya. Pikir Baekhyun ketika menyadari jika darah yang mengalir melewati wajah bahkan leher dan bahunya dari jidat Riri telah bersih.

Tangannya terulur untuk membelai rambut hitam Riri, namun Baekhyun menghentikan pergerakannya lalu menghela nafasnya.

“Aku tak akan bisa menyentuhnya layaknya seorang gadis yang kusuka.” Ujar Baekhyun sambil menatap Riri.

Kepala Baekhyun celingukan mencari kursi kecil agar ia bisa duduk. Ia langsung tersenyum cerah ketika mendapat kursi yang ia cari berada di bawah ranjang Riri.

***

“Hey, itu pak Han. Bagaimana jika kita tanyai saja?” usul Hana pada Siyeon. Siyeon menganggukkan kepalanya dengan yakin. Hana dan Siyeon berlari kecil mendatangi pak Han yang tengah berjalan dari arah ruang kesehatan.

“Selamat siang pak Han!” sapa mereka ramah sambil membungkukan tubuh mereka sebagai simbol hormat. Pak Han tersenyum lalu membalas sapaan mereka.

“Eum…Maaf menganggu pak. Saya Woo Si Yeon dari kelas 10-3 dan ini Lee Ha Na. Kami dimintai bu Hwang untuk mencari teman kami yang bernama….” Siyeon menghentikan kalimatnya karena lupa nama dari dua teman sekelasnya itu. Hana menghela nafasnya lalu mengalihkan pernyataan Siyeon pada dirinya sendiri.

“Byun Baek Hyun dan Ahn Ri Young. Apa pak Han melihatnya?” tanya Hana dengan bahasa formlanya.

“Ya, mereka berada di ruang kesehatan. Sampaikan saja pada bu Hwang, jika Riyoung tengah dirawat di ruang kesehatan dan Baekhyun tengah menemaninya.” Jawab pak Han tenang. Namun reaksi Siyeon dan Hana tidak setenang jawaban dari pak Han.

“Eum permisi pak Han. Apakah Riyoung separah itu? Ia baik-baik sajakan?” tanya Hana khawatir.

“Tenang saja, ia sedang istirahat. Ayo masuklah ke kelas kalian.” Kata pak Han sambil berjalan mendahului kedua siswinya. Hana dan Siyeon masih belum bergeming, mereka memandang satu sama lain sambil menggigt bibir mereka.

***

Perlahan mata Riri terbuka. Kepalanya celingukan kesana kemari, kebingungan. Ruang kesehatan? Pikir Riri. Ia mendudukkan tubuhnya sendiri di ranjangnya sambil merintih kesakitan yang ia rasakan dari kakinya. Ia juga merasakan nyeri di dahinya ia mencoba menyentuh daerah nyeri itu. Terasa kain perban telah menyelimuti lukanya.

Ia terdiam mencoba mengingat-ingat apa yang terjadinya padanya. Kaki keram ucap Riri pada dirinya sendiri. Riri bergidik ngeri mengingat cara jatuhnya yang aneh dan mengerikan. Hingga membuat kepalanya terluka seperti ini. Riri memandang ke arah kaki kananya yang sudah di perban cukup rapat dan sakit saat ia mencoba menggerakkannya saat ia mencoba duduk tadi.

“Astaga! Apa aku meninggalkan pelajaran mengerikan itu? Ahh…Pasti ada 5 tumpuk buku yang harus ku catat.Ah….Menjengkelkan sekali.” Keluh Riri ketika mengingat jika alasannya berlari karena terburu-buru untuk masuk kelas.

“Oh! Kau sudah bangun?” tiba-tiba Baekhyun muncul dari balik pintu ruang kesehatan sambil membawa sekotak susu strawberry dan roti isi.

“Seperti yang kau lihat.” sahut Riri.

Baekhyun menyodorkan susu dan roti itu kehadapan Riri.

“Makanlah.” Suruh Baekhyun. Riri menatap Baekhyun heran lalu tersemnyum tipis.

“Baiklah, terima kasih.” Ucap Riri senang. Baekhyun tersenyum mendengar Riri teramat senang dengan pemberian kecilnya. Baekhyun kembali duduk di kursinya lalu bertopang dagu sambil memperhatikan keadaan di luar jendela.

“Cepatlah makan sampai habis, lalu kita pulang.” Kata Baekhyun tanpa menoleh pada Riri. Riri yang terkejut menoleh pada Baekhyun sambil terus menggilas roti yanga da di mulutnya.

“Pulang? Memang boleh?” tanya Riri kikuk.

“Ck. Pertanyaanmu sungguh bodoh. Sudahlah, kau tenang saja pak Han sangat baik padamu tahu. Sekarang habiskan makananmu sebelum bel istirahat agar kita bisa pulang dengan tenang.” Kata Baekhyun. Riri hanya menggut-manggut lalu melanjutkan makannya.

 

Gluk…

Riri telah menyelesaikan tegukan terakhirnya. Setelah itu ia mengusap bibirnya dengan punggung tangan kirinya. Riri menoleh pada Baekhyun.

“Aku sudah selesai Baekhyun.” Kata Riri. Baekhyun bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan keluar pintu. Kepala Riri bergerak mengikuti arah gerakan perginya Baekhyun. Hanya beberapa detik Baekhyun keluar, setelah itu ia kembali muncul sambil membawa ransel Riri dan siap dengan tasnya sendiri.

“Ini.” Baekhyun meberikan ransel pada Riri.Lalu, saat Riri sudah siap dengan ranselnya Baekhyun membantu Riri untuk turun dari ranjang.

“Dengar kakimu sedang cedera, kau rangkul saja bahuku sebagai pengganti kruk.” Kata Baekhyun lembut.

“Tidak, aku bisa sendiri. Ini hanya cedera.” Tolak Riri. Gadis ini mencoba menyeimbangkan tubuhnya sendiri degan kaki kanannya yang cedera. Awalnya ia baik-biak saja, namun saat mulai melangkahkan langkah pertamanya keseimbangan tubuhnya telah goyah. Dengan sigap Baekhyun meraih tubuh Riri yang hampir terjatuh.

Baekhyun mendekapnya dari belakang. Berdebar. Jantungnya berdebar cepat. Panas. Suhu tubuhnya memanas.Ia menelan ludahnya dengan berat, Aku memeluknya? Riri membulatkan matanya lantaran terkejut, namun ia sendiri juga lega Baekhyun telah menangkapnya.

“Eum, terima kasih. Aku baik-baik saja, tolong lepaskan Baekhyun.” Kata Riri yang mulai aneh dan risih dengan suasananya yang menjadi canggung seperti ini. Baekhyun menuruti apa kata Riri, ia melepaskan dekapannya.

Riri meraih lengan kiri Baekhyun. Menjadikan lengan kiri Baekhyun sebagai penompangnya untuk berjalan. Baekhyun menurunkan pandangannya dan melihat ke arah lengan kirinya yang sudah didekap tangan kanan Riri. Dan akhirnya kedua mata mereka bertemu untuk saling menatap satu sama lain.

“Jangan berpikir macam-macam tahu. Aku hanya butuh ini untuk berpegangan tahu.” Kata Riri memecah suasana canggung mereka saat tengah bertatapan. Baekhyun terkekeh lalu membalas perkataan Riri,

“Hey, memang siapa yang berpikir macam-macam ha?” mendengar balasan dari Baekhyun, Riri menjadi salah tingkah. Menutupi kekalahannya itu, Riri hanya menghembuskan nafasnya panjang.

Merekapun akhirnya berjalan berdampingan. Langkah mereka lambat, karena cedera kaki Riri yang membuatnya sulit untuk melangkah. Tak ada yang biacara waktu itu, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Butuh waktu sekitar sepuluh menit bagi mereka untuk sampai ke depan kantor guru yang berjarak 3 meter dari ruang kesehatan. Gemas dengan hal itu, Baekhyun mengintruksi Riri untuk berhenti.

“Aku sudah gemas Riri. Kita lebih lembat dari siput dan kura-kura tahu. Sebaiknya kita persingkat waktu ini.” Katanya sambil berjongkok membelakangi Riri.

“Naiklah.” Sambungnya. Riri mengedip-kedipkan matanya saat melihat ke arah Baekhyun. Benarkan? Dia sekarang menjadi aneh sekali. Dan sekarang makin menjadi-jadi. Batin Riri. Ia memutar bola matanya sesaat untuk membuang pikiran itu lalu menuruti perintah Baekhyun.

Kedua kaki Baekhyun agak gemetaran saat mulai berdiri dengan posisi Riri berada di atasnya. Ia akui jika gadis ini cuup berat juga, baginya ini seperti menggendong babi yang doyan sekali makan karena terasa berat sekali.

Dan akhirnya mereka dapat melangkah lebih cepat dari sebelumnya. Terkadang Baekhyun membuat Riri takut dengan Baekhyun berlari saat tengah menggedongnya. Tak jarang juga Riri jadi marah-marah saat Baekhyun sudah jahil begitu,

“Wuaaa!! Baekhyun bodoohh!!!” pekiknya sambil memukul-mukul kepala Baekhyun yang tidak jauh dari pandangannya itu. Seperti itulah ketika Riri marah-marah, ia akan mengumpat dan memukul-mukul Baekhyun.

Sudah dua puluh menit berlalu, Baekhyun menggendong Riri. Kini mereka kembali hanyut dalam diam. Hanya ada bisikan-bisikan angin yang terdengar melewati telinga mereka.

Riri menteduhkan pandangannya, memperhatikan kaki Baekhyun yang terbalut sepatu snekearsnya yang berwarna merah hitam yang terus melangkah maju. Hatinya masih mengganjal, ia ingin sekali jujur pada Baekhyun mengenai pikirannya tentang Baekhyun. Namun, Riri masih takut jika Baekhyun tak akan pernah serius.

Apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar tidak tahan. Batin Riri. Ia melirik pada Baekhyun yang jaraknya sangat dekat dengannya dengan sekejap mata. Ia tak bisa memperhatikan lama-lama dan sering-sering karena itu akan membuatnya ketahuan oleh Baekhyun sendiri.

Bagaimana ini?

***

Chanyeol memimpin barisan terdepan untuk pasukan kelasnya yang akan pergi menjenguk Riri. Anak-anak kelas 10-3 berjalan berdampingan bak sekelompok tentara romawi yang siap untuk berperang. Langkah mereka yang keras membuat suaranya terdengar seperti kuda balap.

“Riri! Baek….” Cahnyeol memelankan suaranya saat ia membuka ruang kesehatan hanya ada pak Han yang sedang duduk di tempatnya sambil membaca buku.

“Ha?” Chanyeol melong tak percaya.

“Hey ada apa?!” tanya salah satu temannya yang berada di belakang tubuh Chanyeol. Chanyeol lalu menoleh ke belakang dan menunjukkan wajah terkejutnya dengan mulut masih menganga.

“Mereka…Tidak ada.” Jawab Chanyeol.

“Ah…Sudah kubilang, paling juga pasti pulang. Ayo kita pergi saja.” Ajak Junmyeon kepada teman-teman yang lain. Mereka tentu menyetujui ajakan Junmyeon, rasanya percuma dan memalukan jika mereka tetap disana dengan keadaan seperti segerombolan ibu-ibu pengejar diskon yag padahal sama sekali tidak ada diskon di tempat itu. Perlahan kerumunan itu hilang dan habis, kecuali Chanyeol dan Sehun. Mereka kini mendatani pak Han da duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja pak Han.

“Maaf pak, jadi dimana Ahn Ri Young dan Byun Baek Hyun?” tanya Chanyeol to the point pada pak Han. Pak Han memincingkan matanya pada Chanyeol lalu menutup buku bacaannya.

“Mereka pulang, aku suruh mereka pulang agar Riyoung bisa istirahat di rumah. Kasihan jika dia terus di dalam sini sampai menunggu bel pulang.” Jawab pak Han datar.

“Eh? Baekhyun ikut juga?” pak Han menganggukkan kepalanya. Chanyeol membuang nafasnya kecewa, ia menyandarkan tubuhnya pada kursinya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Kita harus ke rumahnya, Sehun.” Kata Chanyeol dengan lirih.

“Ya.”

“Kau tahu alamatnya Hun?”

“Tidak, kita lihat saja data anak kelas kita nanti.” Chanyeol terdiam mendengarkan jawaban Sehun. Lalu tiba-tiba ada ingatan jika sehabis ini ada pelajaran sejarah lalu matematika yang mebuat Chanyeol malas dan bad mood, karena dirinya merasa kosong jika tidak ada Baekhyun. Chanyeol menganggap Baekhyun sebagai hal penting dari hidupnya karena Baekhyun adalah salah satu makhluk terdekatnya sebelum si manusia bisu ‘Sehun’.

Dan dalam detik berikutnya ia punya ide licik yang melewati kepala bertelinga besarnya. Ia mendekat pada telinga Sehun dan membisikkan sesuatu.

“Sehun, ayo kita bolos 2 pelajaran…Kita ke rumah Riri, mumpung jam istirahat masih lama…Mau kan?” Chanyeol benar-benar seperti setan ketika berbisik hal seperti itu di telinga kiri Sehun. Sehun melirik tajam pada Chanyeol. Namun setelah tatapan tajam mematikan itu, Sehun mengacungkan jempolnya.

***

“Aku tak percaya kau benar-benar akan berjalan menggendongku sampai ke rumah.” Kata Riri sambil terkekeh.

“Mau bagaimana lagi? Punggungku akan lebih sakit jika menurunkanmu di halte bus lalu menggondongmu lagi. Lebih baik begini tahu.” Timpal Baekhyun dengan suara yang terdengar seperti seseorang tengah menahan kotorannya yang akan keluar.

“Benarkah? Jika tak ingin lebih sakit kenapa kia harus beli kue beras tadi ha? Dan sempat duduk di tempat bibi penjual kue beras tadi? Sampai setengah jam lagi.”

“Issh…Itu karena aku lapar tahu! Itu masalah besar.”

Mereka sudah berjalan sangat lama, dan tak terasa jika mereka sudah berjalan memasuki blok rumah Riri. Mungkin ia sudah berjalan selama satu jam belum ditambah saat mereka mengisi perut mereka. Jalan ini benar-benar cantik, penuh dengan pepohonan cantik berdaun lebat dan bentuknya sangat artistik? Pokoknya bentuk pohon itu unik, dan beberapa rumah dengan bangunan tradisional. Ditambah jalannya yang sepi dan kedai kecil-kecil yang menjual kudapan-kudapan sederhana menyeruak di hidung mereka. Dapat disimpulkan jika ini benar-benar damai, tenang, sangat pas untuk tidur siang dan bersantai.

Memanfaatkan suasana seperti ini, Riri mengumpulkan nyalinya untuk bertanya pada Baekhyun.

“Baekhyun.” Panggil Riri lirih.

“Eum?” jawab Baekhyun pendek.

“Aku punya pertanyaan yang sangat mengangguku akhir-akhir ini.” Kata Riri sambil menenggelamkan kepalanya pada belaang tubuh Baekhyun, takut dan malu jika Baekhyun tiba-tiba menoleh padanya.

Baekhyun yang merasakan ada sesuatu yang aneh nantinya, ia terdiam sejenak untuk mengubah suasana yang mebuatnya merinding seperti ini.

“Apa? Pelajaran Sains? Kau kan tahu aku sangat bodoh dalam hal itu.” Kata Baekhyun mencoba menghindari arah pembicaraan Riri.

“Serius! Aku benar-benar tak tenang.” Baekhyun mengalah, ia menghela nafasnya panjang.

“Baiklah, apa itu?”

Riri mengatup mulutnya sendiri sambil berpikir untuk emnimbang-nimbang kalimat apa yang akan ia lontarkan karena ini cukup sulit juga bagi dirnya.Dan akhirnya ia beralasan,

“Kita duduk di sana dulu Baekhyun!” seru Riri sambil menunjuk bangku taman yang ada di dekat mereka, diantara dua pohon yang berbunga berwarna kuning, entah pohon apa itu namanya. Baekhyun yang terlihat seperti pelayan ini, hanya bisa menurut lalu menurunkan perlahan tubuh Riri pada kursi lalu mendudukkan tubuhnya sendiri dan menyandarkannya karena unggungnya benar-benar terasa tak sehat. Baekhyun merintih kecil sambil mengusap-usapkan punggungnya.

“Aku..” suara Riri mengentikan aktvitas Baekhyun, kini lelaki itu menoleh pada Riri dengan penasaran. Riri menatap kedepan, sama sekali tak mau membalas kontak mata Baekhyun.

“Merasa…Ada yang salah. Akhir-akhir ini…Kau sangat… Sangat perhatian padaku dan aku merasakan kau mengurangi banyak tingkah aneh dan konyolmu. Sebenarnya apa sih yang terjadi padamu?” Riri mengakhiri kata-katanya sambil menoleh pada Baekhyun, membalas kontak mata Baekhyun. Baekhyun membulatkan matanya, ia diam tak bisa berkata-kata.

Ia tak mungkin jika mengatakan ‘karena aku suka padamu, aku mencintaimu Riri~’ tidak, hal seperti itu tak cocok bagi Riri di mata Baekhyun. Riri tak menganggap Baekhyun lebih dari teman dan penggaggu. Baekhyun menurunkan pandagannya, memutus kontak matanya agar tidak terlalu gugup sambil mencari alasan yang sangat tepat untuk dijawab.

Merasa jika pertanyaannya tak akan dijawab, Riri menghela nafas pasrah.

“Jika tak mau jawab, juga tak apa. Tapi…” Riri menggantungkan kalimtanya agar Baekhyun kembali menatap matanya yang benar-benar serius saat ini. Baekhyun telah membalasnya, Riri kembali melanjutkan kalimatnya.

“Tolong, kembalilah pada kakek berisik lagi. Anggap aku musuhmu jadi kau bisa kembali padamu yang dulu, sama saat aku pertama melihatmu sebagai anak nakal. Jujur aku tak begitu nyaman dengan kakek baruku ini, aku lebih suka dan nyaman pada kakek yang berisik bukan yang cenderung perhatian seperti ini.”

Entah harus merasa sakit hati, tersentuh atau apa. Tapi yang hanya bisa Baekhyun lakukan sekarang adalah diam dan mencari cara untuk menutupi rasa aneh yang memenuhi hatinya sekarang. Ia membuang mukanya sambil tertawa kecil. Lalu kembali lagi menatap Riri.

“Hehehe..Baiklah aku akan menjadi berisik lagi, tapi jangan marah jika kau harus kukerjai sedemikian rupa ya? Apa ini adalah alsanmu berteriak di perpustakaan tadi? Kau memancingku untuk jahil?”

Riri menganggukkan kepalanya malu.

Menyadari pipi Riri berubah merah, Baekhyun menjadi ada dorongan untuk jujur juga pada Riri. Seolah, membalas budi padanya karena sudah mengakui sesuatu hal untuknya.

“Dan sebenarnya aku…..Aku…Aku…” Riri menoleh pada Baekhyun dengan tatapan penasaran ketika mendengar suara Baekhyun.

“Aku..Apa?” tanya Riri yang penasaran karena tiba-tiba Baekhyun berbicara seolah ingin mengakui sesuatu juga padanya.

“Aku su…..” belum seelsai bicara, kalimat Baekhyun terpotong pada seruan keras dan berisik.

“Baekhyun!! Riri!!!” Chanyeol memanggil nama mereka penuh semangat, ia tersenyum sangat lebar sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Riri dan Baekhyun yang kini telah kompak tengah menatap dirinya dengan begitu terkejutnya.

“Bbb…Bagaimana kalian bisa sampai kesini?” tanya Riri. Chanyeol cengengesan sebelum menjawab pertanyaan Riri.

“Tunggu, kalian berdua bolos pelajaran?” Riri kembali bertanya lebih seduktif, kini Riri telah lupa pengakuan Baekhyun yang tertunda dan lebih penasaran dengan datangnya 2 makhluk tiang listrik ini.

“Kami melihat alamat rumahmu di data murid kelas, dan ya. Kami bolos.” Jawab Sehun dengan datarnya. Chanyeol masih cengengesan dan menyetujui jawaban Sehun dengan gerakan kepalanya.

“Wuaa.. Aku tersentuh sekali kalian senekat itu hanya untuk menjengukku.” Timpal Riri dengan narsisnya.

“Tidak hanya itu sih, karena aku bosan jika tidak ada kalian berdua yang biasanya berisik saat pelajaran.” Chanyeol membalas Riri dengan dilanjutkan tawa kerasnya tanpa sebab yang memekakan telinga.

“Apa ini? Apakah kau merindukanku dan Baekhyun? Hahahahaha….” Riri ikut tertawa sambil memegangi perutnya. Balasan Riri itu membuat semua yang ada di sana tertawa dan seperti biasa, kecuali Sehun.Ya mereka bertiga memang tidak waras, tertawa dengan mengenaskan tanp da alasan yang jelas.

Sehun. Ia punya aura gelap yang membentengi dirinya dari makhluk berisik semacam tiga spesies langka ini, Riri, Baekhyun dan Chanyeol.

Di tengah-tengah tawa itu Baekhyun merasakan kecewa karena tak bisa jujur, lega karena ia bisa aman dan Riri tak tahu jika orang sejenis dirinya bisa menyukai seorang gadis apalagi gadis itu adalah Riri, dan tenang karena ia bisa tahu kejanggalan Riri tadi pagi saat di perpustakaan. Ia menginginkanku yang dulu saat konyol, baiklah Byun Baek Hyun si kakek berisik akan kembali. Tunggu saja Riri! Kakek berisikmu akan memenuhi harimu lagi!

 

 

–To Be Continued in chapter 4….–

 

Author Note: Sekiannn… Hihi ^v^ semoga suka dengan part tiga ini. Maap yah, kalo gak ngena di hati teman-teman :V mungkin dari part inilah ada secercah cahaya untuk teman-teman yang rada bingung dengan judul ff ini… :3 (kok secercah cahaya sih? -_-“) habis disini kan Baekhyun gak jujur tuh sama Riri, hayoo :V #abaikan.

Ditunggu nih saran, kritik atau komentar lainnya buat fanfic baruku dan kesan readers tentang Riri, Baekhyun, Chanyeol dan Sehun..Hehehe hehehhe…. Gomawo~ ( X O )

“Annyeong~” (Kim Ria)

 

4 pemikiran pada “Just Telling The Truth To Me (Chapter 3)

  1. Wah, ada karya baru dari author kim ria nih! Tapi, kok langsung chap 3? Chap 1 sama 2nya kemana???
    Meski aku ga tau cerita awalnya gimana, tp aku rasa udah kebayang gimana ceritanya. Justru aku rasa jttttm ini lebih mirip hai miiko daripada 2 chan. Apalagi pas bagian baekhyun mau ngungkapin perasaannya ke riri. Itu kaya yoshida mau ngaku ke miiko, tp malah ada pengganggu damln akhirnya malah ga jadi…
    Tapi ya, apa jangan2 author udh kirim chap 1&2 tp belom dipost? Bilang aja ke adminnya biar dipost…

  2. Woah maaf ya thor aku langsung komen di chap3nya tapi aku sidah baca dari chap1nya riri dan baekhyun benar-benar kocak banget aku suka melihat mereka yang berisik dan jahil gak taunya baekhyun menyukai riri kukira ia mendekati riri karena taeyeon merupakan teman drkat riri secara dia fans beratnya taeyeon.
    Eoh benar-benar lucu .
    Next chapternya ya thor

Tinggalkan komentar