Wedding Affair (Chapter 1)

wa3

Title : Wedding Affair

 

Author : ayslv

 

Cast : Chanyeol and OC(s)

 

Genre : AU, Hurt, Married Life, Romance

 

Rate : PG-15

 

Lenght : Chapter/Series

 

For another story, can visit my personal blog : https://silpianipark.wordpress.com/

 

 

___

 

 

Terimakasih untuk admin yang sudah memposting ff ini. Wedding Affair, sebelumnya sudah aku publish di blog lain dan blog pribadi tentunya. Untuk prolog bisa di lihat di blog pribadi ku.

 

Walau masih ada banyak kekurangan, aku harap tidak mengecewakan dan kalian suka sama jalan ceritanya. Juga, jangan lupa tinggal kan jejak setelah baca. Thank you!

 

 

___

 

 

Malam itu Hyera tidak begitu kaget menemukan wajah suaminya berada tepat di depan wajahnya. Chanyeol menarik bibirnya ke atas dan Hyera melakukan hal serupa. Hyera yakin itu hanya halusinasi atau karena kamarnya yang dibiarkan dalam keadaan gelap, maka Hyera kembali menutup matanya.

Hyera terlalu lelah untuk sekedar memastikan. Atau ia tidak dapat menghitung berapa lama dirinya menangis.

 

Saat di pagi hari, Hyera terbangun dan merasakan kepalanya berdenyut-denyut, begitu pun dengan matanya yang terasa berat dan tebal. Hyera mengedipkan matanya pelan karena lagi-lagi ia melihat suaminya berada di kasur yang sama. Hyera mulai berpikir bahwa sesuatu yang tidak beres telah terjadi, ia gila.

 

“Selamat pagi, sayang. Apa tidurmu nyenyak?”

 

Hyera tidak menjawab, tidak pula mengangguk atau menggeleng. Gadis itu berusaha mencerna semua keganjilan dalam dirinya dan menyingkirkan wajah Chanyeol dari matanya. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Hyera melihat wajah itu berkilau karena terpaan cahaya matahari dan warna hitam dari bola mata Chanyeol yang paling Hyera sukai tampak bersinar.

 

“O..Oppa?”

 

“Ya, aku di sini.”

 

Maksudnya adalah ketika kau tidak dapat membedakan antara mimpi dan bukan mimpi.

 

“Apa yang kau lakukan?”

 

“Tidur bersama istriku, tentu. Memang apa lagi?”

 

Mata Hyera menampilkan lapisan kaca. Apa dirinya benar-benar sudah gila? Kenyataan yang seharusnya adalah Chanyeol bersama kakaknya bukan bersamanya. Tapi saat Chanyeol menariknya ke dalam sebuah pelukan hangat, Hyera tahu bahwa itu bukan tipuan dari alam bawah sadarnya.

 

“Maafkan aku.” Chanyeol berkata lirih, menekan bibirnya di atas dahi Hyera dengan lembut.

 

Dan Hyera tidak dapat lagi menampung air mata yang sejak tadi telah membendung pada kelopaknya, Hyera mengangguk dan semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam dekapan Chanyeol.

 

Tanpa tahu seseorang berdiri di luar. Menatap pintu kamar mereka penuh luka. Hanmi, gadis itu mengusap pipinya yang telah basah dan memilih untuk kembali ke kamarnya.

 

**

 

Tuan Park beberapa kali melempar sebuah lelucon atau kejadian-kejadian lucu yang pernah terjadi dalam hidupnya. Terlihat sekali bahwa lelaki setengah baya itu mencoba menciptakan suasana akrab.

 

Sesekali mereka tertawa, tapi semua itu tidak bertahan lama, selanjutnya kecanggungan lebih mendominasi. Sampai salah satu di antara mereka memecah keheningan.

 

“Hari ini jadwal ku memeriksakan kandungan,” -Hanmi. Kini semua orang yang ada di ruang makan memusatkan perhatian mereka padanya. Kecuali Hyera yang duduk bersebelahan dengan Chanyeol di seberang, gadis itu tidak sekali pun mengalihkan pandangannya dari makanan yang ada di atas piring.

 

Tuan dan nyonya Park tampak bertukar pandang sejenak sebelum membuka suara. “Oh, benarkah?” Nyonya Park melirik putranya, Chanyeol.

 

“Ne, ibu mertua.” Hanmi tersenyum manis.

 

“Uhm.. kalau begitu Chanyeol harus mengantarmu,” Ucap nyonya Park ragu. “Bagaimana? Kau sedang tidak sibuk ‘kan, nak?” Bertepatan dengan itu, Hyera menurunkan kedua tangannya dan menempatkannya di atas pangkuan.

 

Sementara Hanmi ikut menatap Chanyeol selagi menunggu jawaban dari suaminya. Dari cara Chanyeol yang diam seribu bahasa, Hanmi melihat tidak ada indikasi untuk lelaki itu bicara. Tapi sesuatu lebih mengejutkan dari yang ia pikirkan sebelumnya.

 

“Aku dan Hyera. Kami akan pergi ke suatu tempat. Dan aku sudah berjanji padanya. Maafkan aku, Hanmi. Aku akan menyuruh supir Kim untuk mengantar-”

 

“Oppa,” Potong Hyera. Wanita itu memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya. “Kita bisa pergi lain waktu. Sebaiknya oppa menemani eonni saja. Bukankah seharusnya seperti itu?”

 

“Hyera-”

 

“Oppa,” Potong Hyera, lagi. “Semua wanita akan bersedih jika bukan suaminya yang menemani mereka, melainkan orang lain. Dan itu tidak baik untuk ibu dan bayinya.” Hyera menjaga suaranya supaya tetap stabil. “Oppa.. aku tidak apa-apa,” Hyera memberikan senyum sebagai usaha terakhir untuk meyakinkan Chanyeol.

 

Pada akhirnya Chanyeol luluh. Melihat tatapan memohon dari Hyera membuatnya tanpa sadar mengangguk.

 

“Setelah makan siang aku akan menjemputmu,” Ucap Chanyeol pada Hanmi.

 

Tapi bukan itu yang Hanmi harapkan. Chanyeol bersedia menemani nya karena Hyera, bukan karena dirinya dan bayi dalam kandungannya, dan itu berkali-kali lipat jauh lebih menyedihkan. Sepercik api timbul dalam hati gadis itu, Hanmi mencengkeram gelas yang ada di tangannya sedikit bergetar.

 

Tuan Park berdehem, membersihkan kerongkongan nya yang terasa kering. Suasana berubah menjadi tegang, atau hanya perasaannya saja? Entah lah. “Ayo, lanjutkan sarapan kalian. Ini tampak lezat, bagaimana bisa istriku membuat ini semua,” Lelaki setengah baya itu terkekeh.

 

**

 

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Hanmi dihadiahkan kebisuan dari Chanyeol. Hanya alunan musik klasik yang satu-satunya ia dengar di dalam mobil. Tak jarang pula Hanmi menyeret nya masuk ke perbincangan, tapi lelaki itu hanya menjawab seperlunya atau sebuah gumaman yang semakin membuat darah Hanmi mendidih.

 

Bahkan saat di rumah sakit, saat dokter memintanya untuk ikut masuk ke dalam, Chanyeol lebih memilih menunggu di luar. Hal itu membuat Hanmi tidak dapat fokus ketika dokter menjelaskan tentang perkembangan janin nya. Tapi sejauh ini semua dalam keadaan baik-baik saja, hanya perlu meminum beberapa vitamin dan istirahat yang cukup.

 

“Dokter mengatakan apa padamu?” Chanyeol bertanya tanpa menoleh. Sekarang ini mereka dalam perjalanan kembali ke rumah.

 

Hanmi segera memutar arah pandangnya pada Chanyeol. Gadis itu tidak dapat menutupi rasa bahagia yang meletup-letup di dalam rongga dadanya. Terlihat dari matanya yang berbinar saat menatap Chanyeol. Itu berarti Chanyeol tidak sepenuhnya mengabaikan dirinya dan calon bayi mereka tentu. Pikir Hanmi.

 

“Uhm.. dokter mengatakan bahwa sejauh ini perkembangannya bagus. Aku hanya perlu istirahat yang cukup, memakan makanan yang bergizi, tidak terlalu memikirkan hal-hal berat, dan meminum beberapa vitamin.” Ujar Hanmi dengan berbingkai senyum di wajahnya.

 

Chanyeol melirik sekilas, merasa terganggu karena Hanmi masih saja menatapnya. Seakan mengerti, wanita itu dengan cepat menurunkan pandangannya dan meminta maaf. “A..aku tidak bermaksud,” Hanmi berkata pelan.

 

“Di persimpangan depan ada supermarket. Haruskah kita berhenti?”

 

“Huh?”

 

“Aku kira kau perlu membeli beberapa kebutuhan,”

 

“Ke..bu..tuhan?”

 

Chanyeol mengangguk. “Susu. Baju hamil. Dan kebutuhan lainnya. Bukankah wanita hamil selalu meminum susu kehamilan? Dan perutmu akan membesar seiring waktu berjalan,”

 

Kali ini Chanyeol menoleh dan mata mereka bertemu. Untuk beberapa saat, Chanyeol merasa ada yang salah dengan dirinya. Sebelum ia dapat mengendalikan diri, sesuatu dalam dirinya seperti bergetar ketika melihat Hanmi tersenyum lembut. Tidak ada yang berubah. Senyumnya masih sama.

 

Sedikit banyak Chanyeol mengakui. Rasa rindu itu masih ada.

 

**

 

Hyera menaruh seikat bunga krisan di atas permukaan tanah dengan nisan bertulis kan nama ayahnya. Dan seikat bunga lily di atas permukaan tanah dengan nisan bertulis kan nama ibunya; yang bersebelahan dengan nisan ayahnya. Gadis itu memejamkan mata, mengangkat kedua tangannya yang saling berkaitan di depan dada dan memulai doanya.

 

Kemudian sesuatu meluncur di pipinya begitu mulus. Hyera terisak pelan sembari terus berdoa dalam keheningan. Angin sore bertiup begitu menenangkan, perasaan damai menyelimuti rongga dadanya. Hyera membuka mata dan membersihkan pipinya dari sisa-sisa air mata yang tanpa permisi telah tumpah.

 

“Ayah, ibu, bagaimana kabar kalian?” Hyera tersenyum dan mengusap lembut nisan ayah dan ibunya secara bergantian. “Aku merindukan kalian,”

 

“Apa kalian bahagia di sana?”

 

“Aku harap begitu,”

 

Hyera melirik makam lain yang berada di sisi lain dari makam ayahnya. “Aku selalu ragu harus memanggilmu dengan panggilan apa. Tapi aku berharap, kau juga bahagia di sana.” Gadis itu tersenyum hambar dan melanjutkan. “Maaf, aku tidak sempat membawa bunga untukmu. Aku pikir ia akan datang berkunjung dan membawakan kau bunga,”

 

“Ibu..” Panggil Hyera setelah beberapa saat terdiam. “Kau tahu, semua ini tidak mudah bagiku,”

 

“Katakan. Apa yang harus aku lakukan?”

 

“Ibu.. aku bertanya padamu. Kenapa kau diam saja?”

 

“Ibu..”

 

Sungguh, Hyera tidak ingin terlihat lemah, untuk sekarang. Tapi air mata itu terus menghujani pipinya tanpa henti. Semakin ia mengusap air matanya maka semakin deras hujan di pipinya. Hyera menyembunyikan wajahnya diantara kedua telapak tangannya yang bergetar dan suara tangis terdengar begitu menyesakkan bagi siapa pun yang mendengarnya.

 

Ibu.. apa yang harus aku lakukan?

 

Beberapa lama sampai Hyera dapat menguasai dirinya. Hyera bangkit lalu melangkahkan kakinya menjauhi pemakaman ayah dan ibunya setelah mengucap salam perpisahan. Tanpa disadari dari arah berlawanan, Chanyeol dan Hanmi berjalan beriringan.

 

Hanmi menaruh seikat bunga tulip kesukaan ibunya di atas permukaan tanah dengan nisan bertulis kan nama ibunya. Gadis itu kemudian melihat seikat bunga krisan yang ada di atas makam ayahnya, sebelum ikut menaruh bunganya bersebelahan. Dan seikat bunga lily pada makam lain, Hanmi tersenyum tertahan.

 

Dilihat dari kesegaran bunga itu, Hanmi tahu kalau adiknya baru saja berkunjung. Gadis itu memejamkan mata dan mulai berdoa. Sementara Chanyeol masih dalam posisi nya menatap Hanmi dengan sorot mata yang sulit diartikan.

 

**

 

“Nenek, aku datang,”

 

“Oh ya tuhan!” Pekik nenek Han. Wanita tua itu langsung menghampiri dan memeluk Hyera ketika pintu berlonceng nya menampilkan sosok gadis yang begitu ia rindu kan.

 

“Gadis nakal. Kau tahu seberapa banyak aku merindukan dirimu, huh?” Omel nenek Han selagi mengeratkan pelukan nya. Hyera terkekeh dan balas memeluk nenek Han tidak kalah erat.

 

“Di mana suamimu?” Tanya nenek Han setelah mereka melepaskan diri dari satu sama lain. Kepalanya bergerak-gerak mencari sosok tinggi Chanyeol, tapi nenek Han tidak menemukannya. Bahkan ujung hidungnya pun tidak terlihat.

 

“Uhm.. Chanyeol oppa sedang ada urusan,”

 

Nenek Han memicingkan matanya. Sementara Hyera tampak menahan napas was-was. Nenek Han selalu berhasil menebak isi kepalanya. Tapi kemudian gadis itu dapat bernapas lega karena nenek Han tidak memperpanjang masalah kedatangannya tanpa Chanyeol.

 

Nenek Han membawa Hyera masuk lebih dalam. Gadis itu duduk di kursi rotan yang tersedia selagi nenek Han menyibukkan dirinya di dapur. Salah satu alasan kenapa ia menyukai rumah sederhana dari nenek Han adalah karena suasana nya yang begitu unik. Dengan kata lain ada banyak barang antik di sini.

 

Jadi, suami dari nenek Han dahulu nya adalah seseorang yang menjual barang antik. Mungkin itu sebabnya mengapa nenek Han menyukai barang antik, karena setiap harinya ia terbiasa dengan barang-barang antik. Kemudian nenek Han harus merelakan kepergian suaminya akibat kanker darah yang merenggut nyawanya.

 

Setelah itu, nenek Han tidak berniat untuk meneruskan usaha suaminya. Ia lebih memilih menyimpan semua barang-barang antik itu sebagai kenangan dari suaminya atau ketika nenek Han tiba-tiba merindukan nya. Sementara untuk membiayai hidupnya, nenek Han menggunakan uang hasil pensiunan semasa ia bekerja dahulu.

 

Hyera berpikir untuk menginap sehari saja. Selain untuk menghindar dari Chanyeol karena Hyera rasa dirinya belum cukup kuat untuk menerima kenyataan itu. Hyera juga merindukan nenek Han. Saat pernikahannya dengan Chanyeol, nenek Han tidak dapat hadir karena harus menemani cucunya melahirkan. Jadi dapat di hitung berapa lama Hyera tidak bertemu dengan nenek Han.

 

Beberapa lama nenek Han kembali dengan minuman teh dan beberapa piring yang berisi camilan. Nenek Han mengerutkan dahi ketika melihat Hyera yang seperti memikirkan sesuatu. Bahkan gadis itu tidak menyadari kalau nenek Han sudah ikut duduk di sebelah nya.

 

“Hyera?”

 

“…”

 

Nenek Han kemudian mengguncang pelan lengan Hyera. Baru setelahnya gadis itu tersadar dan menoleh.

 

“Oh, nenek.. kau mengaggetkan ku,”

 

“Kau melamun?”

 

“Uhm.. tidak..” Hyera menggeleng. “Aku hanya sedang berpikir,”

 

“Bagaimana kalau aku menemani nenek malam ini? Lagi pula aku sudah lama tidak menginap di sini. Memang kau tidak merindukan ku?” Lanjutnya dengan nada merajuk.

 

Hyera menundukkan wajah ketika nenek Han mencoba mengintip ke dalam matanya. Kalau dibiarkan, nenek Han akan tahu kalau dirinya sedang berbohong. Tapi pada nyatanya gadis itu kalah cepat karena nenek Han berhasil menangkap sorot matanya.

 

“Apa sesuatu telah terjadi?”

 

**

 

Chanyeol melepas seat belt yang melingkar di tubuhnya setelah sebelumnya mematikan mesin mobil. Lelaki itu menoleh dan menemukan Hanmi dalam keadaan tidur. Tangannya terangkat hendak membangunkan istrinya itu tapi urung ketika melihat gurat kelelahan di wajah Hanmi. Maka Chanyeol berinisiatif untuk menggendong nya masuk ke dalam.

 

Chanyeol keluar dari mobil bertepatan dengan beberapa asisten rumah tangga yang datang menghampirinya. Chanyeol menyuruh mereka untuk membawa barang-barang belanjaan yang ia simpan di bagasi sementara ia mulai membuka pintu mobil di sebelah Hanmi.

 

Walau ragu pada akhirnya Chanyeol merendahkan tubuhnya supaya lebih memudahkan dirinya untuk membawa Hanmi. Chanyeol menempatkan sebelah tangannya di belakang tubuh Hanmi, dan sebelah nya lagi di bawah lutut gadis itu. Entah ia yang tidak berhati-hati atau karena Hanmi selalu peka terhadap sentuhan apa pun, Hanmi membuka matanya dan menemukan wajah Chanyeol yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

 

Keduanya terdiam. Tenggelam ke dalam mata satu sama lain. Hanmi merasakan darah nya seperti berdesir-desir. Dan jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya. Gadis itu berharap bahwa waktu akan menjadi lambat, untuk sekarang saja.

 

Chanyeol menjadi orang pertama yang menyadari situasi ini. Lelaki itu segera menegakkan tubuhnya kembali. “Kita sudah sampai. Turunlah dan istirahat.” Ujar Chanyeol sebelum melangkahkan kakinya, meninggalkan Hanmi yang masih mematung di tempat.

 

Hanmi menghela napas panjang lalu ikut menyusul ke dalam.

 

Ini tidak mudah. Tentu.

 

Chanyeol mengerutkan dahi ketika menemukan kamarnya dalam keadaan gelap. Ia kemudian menekan saklar, menaruh paper bag berisi satu cup besar ice cream vanila kesukaan istrinya di meja terdekat. Dalam perjalanan pulang, Chanyeol mengunjungi kedai ice cream langganan nya bersama Hyera dan membeli beberapa untuk ia nikmati bersama istrinya itu.

 

Chanyeol meraih ponsel yang ada di saku, menekan speed dial yang langsung menghubungkannya dengan Hyera. Setelah memastikan kamar mandi yang juga dalam keadaan kosong. Tapi terkejut ketika mendengar suara yang bersumber dari atas meja rias di dekat tempat tidur. Chanyeol berjalan mendekat dan menemukan ponsel milik Hyera tergeletak di sana.

 

Ya tuhan, ke mana dia? Chanyeol mengusap wajahnya frustasi. Ia melihat jam yang tergantung di sudut ruang, jarum pendek mengarah pada angka 10 dan Chanyeol tidak tahu istrinya pergi ke mana, sementara di luar langit sudah gelap sepenuhnya.

 

Chanyeol membanting pintu, kaki-kaki panjangnya menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa sementara ia menghubungi ayah dan ibunya yang sudah kembali ke rumah utama. Meneriaki semua asisten rumah tangga, tak terkecuali supir Kim yang ikut terkena imbas. Semua orang tampak sibuk berlari ke sana kemari, memeriksa setiap ruang bahkan sampai ruang bawah tanah sekali pun. Tapi mereka tidak menemukan Hyera.

 

Hanmi yang sedang mencoba beberapa baju hamil yang Chanyeol belikan untuknya tanpa sengaja mendengar semua kegaduhan dari lantai bawah. Gadis itu kemudian melipat beberapa baju yang berserakan di atas tempat tidur dan kembali memasukkan nya ke dalam paper bag. Sedikit bercermin untuk merapikan diri sebelum kakinya melangkah keluar.

 

“Chanyeol, ada apa?” Tanya Hanmi kebingungan saat melihat para asisten rumah tangga kompak menundukkan wajah mereka dalam-dalam di hadapan tuannya.

 

Sang empu nama menoleh dengan emosi yang telah menyeruak sampai ubun-ubun. Chanyeol menatap nyalang Hanmi yang sedikit bergetar di tempatnya. Sejarah dirinya mengenal lelaki itu, baru kali ini Hanmi melihat Chanyeol seperti bukan manusia.

 

“Kau!” Tunjuk Chanyeol. “Aku tidak akan memaafkanmu jika sesuatu terjadi pada istriku!”

 

Hanmi menatap kosong punggung Chanyeol yang mulai menjauh. Lelaki itu melajukan mobil nya secepat angin berhembus. Tanpa sadar Hanmi sedikit meremas perutnya bersamaan dengan air mata yang jatuh dari kelopaknya.

 

**

 

“Hyera, kau yakin sudah meminta izin pada suamimu?” Nenek Han bertanya untuk yang kesekian kalinya.

 

Hyera yang saat itu sedang membereskan tempat tidur untuk di tempati olehnya dan nenek Han segera menoleh ke arah sumber suara. Lalu mengangguk dan tersenyum.

 

“Aku bisa menghubungi nya kalau kau mau,” Ujar nenek Han tak menyerah. Ingat bahwa Hyera lupa membawa ponsel nya. Atau memang sengaja.

 

Hyera menggeleng. “Tidak nenek. Aku benar-benar sudah mendapat izin darinya,” Gadis itu mengambil alih bantal dan selimut dari tangan nenek Han dan mengatur posisi nya.

 

Nenek Han tampak menghela napas panjang. “Ya sudah..” Ia menggenggam tangan Hyera dan mengusap punggung tangannya lembut.

 

Tiga jam berlalu sia-sia. Hyera tidak dapat berbohong bahwa dirinya merasa gelisah. Ia mencoba untuk memejamkan mata dan membuat dirinya supaya mengantuk. Tapi pikiran-pikiran tentang Chanyeol terus menari-nari di kepalanya. Seperti, Apa yang sedang Chanyeol lakukan? Apa Chanyeol masih bersama kakaknya? Apa Chanyeol tahu kalau ia tidak di rumah? Apa Chanyeol mengkhawatirkan dirinya? Apa Chanyeol berusaha mencarinya? Dan lain-lain.

 

Gadis itu melirik nenek Han yang sudah memejamkan matanya. Berkali-kali pula Hyera menghela napas berat. Tidak dapat di pungkiri bahwa Hyera merindukan Chanyeol. Sehari tidak bertemu rasanya seperti bertahun-tahun lamanya dan entah kebetulan atau bagaimana, Hyera tidak mengerti, tapi ia rasa jarum jam yang ada di ruang itu tidak berfungsi dengan benar karena itu terlihat begitu lambat berpindah dari satu angka ke angka yang lain. Baiklah, Hyera mengakui bahwa dirinya berlebihan.

 

“Nenek, apa kau sudah tidur?” Ragu-ragu Hyera bertanya. Matanya menerawang pada langit-langit kamar. Kemudian kecewa karena nenek Han tidak menyahut, itu berarti hanya ia satu-satunya yang masih terjaga.

 

“Sebenarnya, aku belum ingin tidur,” Kata nenek Han tiba-tiba. Perlahan-lahan mata tuanya terbuka.

 

“Nenek,”

 

“Hm?”

 

“Menurutmu apa yang salah dari hidup seseorang?”

 

“Yang salah dari hidup seseorang?” Nenek Han mengulang pertanyaan Hyera, kalem. Ia kemudian tertawa pelan, menarik perhatian gadis berambut hitam legam itu supaya menoleh kepadanya.

 

“Tidak ada yang salah dari hidup seseorang. Semua orang telah mendapat takarnya masing-masing. Yang salah adalah ketika seseorang itu menghindari hidupnya sendiri.”

 

Hyera tersenyum, ia kemudian merangsek maju dan mulai melingkarkan tangannya pada tubuh nenek Han. Hubungan darah tidak selalu menjadi alasan, buktinya Hyera merasa nyaman berada di dekat nenek Han. Kendati tahu bahwa nenek Han hanya seseorang yang ia kenal, gadis itu sudah menganggap nenek Han seperti nenek kandungnya sendiri.

 

“Terkadang, apa yang kau lihat tidak selalu tentang kebenaran. Kau harus pintar menelaah sebelum menarik kesimpulan.”

 

**

 

Hanmi berdiri dari duduk nya ketika pintu mengayun terbuka dan menampilkan sosok Chanyeol yang terlihat kacau dan berantakan. Pun dengan tuan dan nyonya Park yang merasa khawatir dengan keadaan putra mereka. Matahari telah menggantikan bulan tapi Chanyeol masih belum menemukan keberadaan Hyera.

 

“Bagaimana?” Tanya nyonya Park saat Chanyeol tiba di hadapan mereka. Kentara sekali bahwa nyonya Park khawatir dengan menantunya. Terlihat dari gurat di wajahnya yang sudah tidak muda lagi.

 

Alih cepat-cepat menjawab, Chanyeol malah mendaratkan tatapan menusuk pada Hanmi. Membuat nyali gadis itu menciut seketika dan berakhir dengan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Kemudian gelengan kepala diberikan atas pertanyaan ibunya, tuan dan nyonya Park tampak menghembuskan napas berat.

 

“Hanmi, bagaimana denganmu? Kau kakaknya, pasti kau tahu tempat mana saja yang sering Hyera kunjungi.”

 

Takut-takut Hanmi mengangkat wajahnya. Membalas tatapan penuh harap dari nyonya Park. “Aku.. tidak tahu,” Matanya melirik sekilas Chanyeol yang masih memertahankan sorot tajam nya. “Aku benar-benar tidak tahu. Maafkan aku.” Hanmi kembali menunduk.

 

“Ya tuhan, bagaimana ini?”

 

“Kau dalang dari semua ini, Shin Hanmi!”

 

“Apa maksudmu? Kau menyalahkan ku?” Seloroh Hanmi. Gadis itu tidak terima karena Chanyeol terus memojokkan dirinya atas kesalahan yang ia sendiri tidak tahu. “Lalu menurutmu apa salah jika seorang istri meminta suaminya untuk menemani mereka memeriksakan calon bayinya? Hah?!” Seakan tidak mengenal batasan, Hanmi mengeluarkan semua yang mengganjal dalam hatinya. Mata itu telah memerah bercampur dengan kemarahan dan kesedihan.

 

Hanmi kemudian mengusap kasar air matanya. Melihat Chanyeol yang tidak menunjukkan tanda-tanda untuk membalas ucapan nya, Hanmi tidak merasa puas lalu kembali membuka suara. “Kau pikir aku menginginkan situasi seperti ini? Kau pikir aku bahagia dengan keadaan ku seperti ini?!”

 

“Kau salah jika berpikiran seperti itu, Park Chanyeol. Karena aku juga merasa tersakiti!” Tutup nya dengan isakan tertahan.

 

Chanyeol terdiam. Perkataan Hanmi barusan seakan menampar nya begitu keras dan tiba-tiba. Jadi, disini, dirinya lah yang menjadi pria brengsek yang secara terang-terangan telah menyakiti hati kedua nya, Hyera dan Hanmi. Dan janin dalam kandungan Hanmi, meski tahu bahwa ‘ia’ masih belum merasakan apa itu rasa sakit. Tapi Chanyeol terlalu buta untuk menyadari itu semua.

 

“Sudah henti kan. Kalian ini kenapa?!” Tuan Park menengahi. Setelah sebelumnya terperangah bersama istrinya dengan perdebatan mereka. Perasaan iba menggulung dalam rongga dadanya. “Sayang, bawa Hanmi ke kamarnya. Biarkan dia istirahat,” Perintah tuan Park pada istrinya.

 

Nyonya Park kemudian beralih ke sisi Hanmi. Gadis itu tidak menolak ketika nyonya Park meraih bahunya yang bergetar lalu menuntunnya menuju anak tangga penghubung lantai bawah dengan lantai atas, tempat di mana kamar Hanmi berada.

 

“Kau juga. Mandi dan istirahat lah. Setelah merasa baik baru kita lanjutkan pencarian istrimu,” Ujar tuan Park ketika Hanmi dan istrinya sudah tidak terlihat.

 

“Aku akan merasa baik jika sudah menemukannya,”

 

“Park Chanyeol!”

 

“Ayah!”

 

Kalau sudah begini, tuan Park tidak dapat melakukan apa-apa selain menghembuskan napas panjang. Chanyeol menundukkan pandangan, menatap lantai di bawah selagi mengingat-ingat kembali tempat yang berpotensi besar di datangi oleh Hyera. Karena sejauh ia mencari, Chanyeol tetap tidak menemukannya. Bahkan terakhir ia sempat mendatangi makam kedua orang tua Hyera. Tapi.. tunggu.. Chanyeol teringat sesuatu.

 

Nenek Han.

 

Benar. Chanyeol bodoh sampai tidak mengingat nenek Han.

 

“Ayah, sepertinya aku tahu dimana Hyera,” Gumam Chanyeol. Tuan Park menoleh setelah ikut berpikir marathon. Sedikit banyak tuan Park tahu tentang menantunya.

 

Dengan cepat Chanyeol memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya lebar-lebar, mengabaikan tuan Park yang baru saja akan membuka mulut. Pintu utama tinggal beberapa langkah saat tiba-tiba pintu itu mengayun terbuka. Chanyeol terdiam di posisi, selanjutnya matanya menangkap sosok Hyera dari balik pintu. Tanpa pikir panjang Chanyeol langsung berlari dan memeluk istrinya.

 

“Kau tahu, aku sangat khawatir!”

 

Hyera tersenyum kecil dan balas melingkarkan kedua tangannya pada tubuh tegap Chanyeol. “Maafkan aku,”

 

Tuan Park dan nyonya Park yang pada saat itu telah kembali kemudian mendekat. Membuat Chanyeol dengan enggan melepaskan pelukan nya. “Kau tidak apa-apa, nak?” Tanya nyonya Park masih dengan nada cemas nya.

 

Hyera menggeleng dan tersenyum. Ia merendahkan kan tubuhnya meminta maaf karena telah membuat mereka khawatir. “Maaf membuat ayah dan ibu khawatir,” Ucapnya menyesal.

 

“Ya sudah.. lebih baik kalian istirahat,” Kata tuan Park. “Chanyeol, cepat bawa istrimu ke kamar,” Chanyeol mengangguk dan segera membawa Hyera ke kamar mereka.

 

**

 

“Jadi apa yang membuat mu pergi?” Chanyeol menginterogasi. Sekarang ini mereka sedang bermalas-malas ria di atas tempat tidur, setelah membersihkan diri masing-masing dan menghabiskan sarapan nya di dalam kamar.

 

“Joonmyun oppa,”

 

“APA?!” Chanyeol sedikit menjaga jarak demi melihat wajah istrinya. “Kau bertemu dengan si sombong itu?!” Tanyanya heboh.

 

Yang di tanya mengangguk polos. “Aku baru tahu jika Joonmyun oppa sudah kembali. Nenek Han yang mengatakannya, lalu dia benar-benar datang menemui ku. Setelahnya kami bercerita tentang banyak hal dan-”

 

“Dan kau sampai melupakan fakta bahwa kau telah resmi memiliki suami, huh?!” Potong Chanyeol geram.

 

Sungguh, kalau ingin tahu, saat ini Hyera sedang matia-matian menahan tawa nya. Chanyeol akan berubah menjadi konyol jika sudah menyangkut dengan mantan kekasih dari istrinya, Kim Joonmyun. Atau dari cara Chanyeol menunjukkan rasa cemburu nya sangat lah kenak-kanakkan, menurut Hyera.

 

“Wajahmu serius sekali, oppa,” Kali ini Hyera tidak dapat menyembunyikan tawa nya. Gadis itu tertawa lepas seakan tatapan datar yang ditujukan padanya tidak berpengaruh. “Ya tuhan, aku serius, kau bertemu dengannya?”

 

“Aku bercanda,” Jawab nya datar.

 

“Aku tidak percaya!” -Chanyeol.

 

Hyera semakin gemas di buat nya. Ia kemudian kembali menarik dirinya ke dalam dekapan Chanyeol. “Diam lah. Aku ingin tidur,” Ucapnya sembari mulai menutup mata dan menempatkan kepalanya dalam posisi nyaman pada lengan Chanyeol.

 

“Tapi aku serius untuk mematahkan leher nya jika dia benar-benar menemuimu,” Chanyeol mengeratkan pelukan nya.

 

“Kekayaanmu bahkan masih jauh di bawahnya,”

 

Chanyeol baru akan kembali menciptakan jarak tapi Hyera lebih dahulu menahan nya. “Sudah diam!” Pada nyatanya Chanyeol hanya dapat menghembuskan napas pasrah karena bagaimana pun Hyera benar tentang yang satu itu. Tapi kalau urusan hati, Chanyeol lebih kaya dari Joonmyun; yang satu ini menurut dirinya sendiri, tentu.

 

“Kau belum menjawab pertanyaan ku,” Ujar Chanyeol setelah beberapa saat menghening.

 

“Yang mana?”

 

“Apa yang membuat mu pergi?” Tanya Chanyeol hati-hati. “Apa karena-”

 

“Aku kan sudah mengatakannya,” Potong Hyera. “Aku merindukan nenek Han,”

 

“Kau kan bisa menunggu ku atau meminta supir Kim untuk mengantar mu,”

 

“Dan lagi, kenapa kau meninggalkan ponselmu? Kau sengaja, huh?”

 

Hyera menghembuskan napas jengah.

 

“Oppa. Kau berisik. Mulutmu sudah seperti bibi-bibi saja,”

 

“Apa kau baru saja menyamakan suamimu dengan bibi-bibi?”

 

“Oh. Wae? Kau memang seperti bibi-bibi yang suka bergosip,”

 

Chanyeol menghembuskan napas berat. “Kau tidak tahu semalam aku hampir gila mencari mu. Berjanji lah untuk tidak melakukannya lagi. Kalau kau ingin menemui seseorang, atau kau merindukan seseorang, katakan itu padaku.” Jelas Chanyeol panjang lebar. “Dan satu lagi. Bawa selalu ponsel mu.”

 

“Termasuk Joonmyun oppa?”

 

“Sebelum itu terjadi, akan aku pasti kan dia lebih dulu mencium aspal.”

 

Hyera tertawa pelan. “Arasseo,”

 

“Dan berhenti memanggilnya dengan sebutan oppa. Kau tahu, itu terdengar menjijikkan.” Chanyeol semakin mengeratkan dekapannya pada tubuh Hyera, sesekali memberikan kecupan-kecupan ringan pada dahi istrinya selagi tangannya sibuk mengusap rambut Hyera penuh sayang. Sedetik Chanyeol teringat dengan perkataan Hanmi beberapa waktu lalu, mungkin selama ini ia tidak menyadari seberapa banyak luka yang dirinya berikan. “Maafkan aku,”

 

Walau pun Chanyeol mengatakannya dengan pelan, tapi Hyera masih dapat mendengarnya dengan benar. Perlahan-lahan kelopaknya terbuka. Hyera mendongak melihat ke dalam mata Chanyeol di mana ia dapat melihat ada banyak penyesalan di sana. Kemudian tangannya terulur menangkup sisi wajah Chanyeol sebelum menghapus jarak. Selanjutnya kelembutan lain menyentuh bibir-bibir masing-masing. Hyera merasakan sesuatu meluncur melewati pipinya saat ia menutup mata.

 

**

 

Hanmi selalu tidak dapat menutup matanya dengan tenang. Gadis itu akan selalu terbangun di tengah malam dengan peluh membanjiri seluruh tubuhnya. Seakan mimpi buruk telah melekat dalam dirinya.

 

Seperti sekarang ini, Hanmi baru saja meminum beberapa pil obat tidur, kendati tahu bahwa efek nya sangat buruk jika di minum terus menerus di tambah ada nyawa lain di dalam perutnya, tapi Hanmi masih melakukannya. Toh Chanyeol sendiri tidak menginginkan bayi ini, jadi untuk apa ia peduli.

 

Hanmi mulai memejamkan matanya saat rasa kantuk itu telah menyerang kepalanya. Detik berganti menit, menit berganti jam, untuk beberapa waktu semua masih pada batas wajarnya sampai mimpi itu datang dan mengacaukan pertahanannya.

 

Kelopaknya terbuka dengan cepat, dan Hanmi merasakan seluruh tubuhnya menggigil. Napas nya terengah-engah seperti dirinya telah melakukan lari marathon. Gadis itu duduk meringkuk memeluk kedua kakinya. Bibirnya terus menggumamkan sesuatu yang hanya ia dan tuhan yang tahu.

 

Paginya, ketika Hanmi menarik pintu kamar keluar, matanya langsung di hadiahi dengan pemandangan yang membuat hatinya kembali berdenyut nyeri. Hanmi mempertaruhkan air muka nya saat ini, ia tidak berbohong jika rasanya begitu sakit tapi ia juga tidak ingin terlihat bahwa dirinya lah yang paling menderita disini.

 

Ini adalah suatu kebetulan yang sialan. Hanmi mengumpat dalam hati. Suami dan adiknya sama-sama keluar dari kamar mereka di waktu bersamaan dengan ia menutup pintu. Sejenak mata mereka saling bertemu, sebelum Chanyeol menarik bahu Hyera menjauh.

 

Hanmi menatap punggung Chanyeol dan Hyera dalam diam saat kaki-kaki mereka menuruni anak tangga. Kemudian mata sendu itu berubah menjadi gelap, Hanmi mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan air mata yang sejatinya akan menjadi sia-sia.

 

Hyera, aku tidak akan membiarkan kau kembali merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Kau harus tahu, aku tidak selemah ibu.

 

 

Tbc.

37 pemikiran pada “Wedding Affair (Chapter 1)

  1. Yg baca perasaanya campur aduk..gilaaa..kerennn
    Masih banyak rahasia yg belom terungkap
    Kenapa chanyeol nikahin 2 2nya??
    Kenapa hanmi bisa hamil kalo chanyeol gasuka sama dia
    Nexttt thorrrr 😍😍😍

  2. Ya tuhan kenapa complicated banget sii ?? Kenapa chanyeol juga gitu,,kenapa dia jahat sama istrinya yg lagi hamil .. galak amettt ..
    Lanjut ya ka ..😊😊

  3. Chan jadi cowok radak brengsek kah?? Masih bingung sama watak nya Hyera, Si Hanminya kasihan tapi kayaknya disini nantinya jadi antagonis ya thor??
    Si author pinter banget buat orang penasaran, baru chap 1 udah bikin nebak-nebak gak karuan. Semangat thor 🙌🙌🙌

  4. Aduh seru, thor jgn bilang kalo hyera sama hanmi ini sebenrnya adalah anak kembar. Trs knp hanmi bisa hamil mungkin dulu si chanyeol nidurin hanmi disangka itu hyera krn mukanya mirip, mungkin chanyeol dulu gatau kl hyera itu punya sodara kembar. Tebakan ku bnr ga?hahaha

    Sumpah kok aku keselnya sama hanmi ya? Gapeduli dia lg hamil abis ttp aja ngeselin bnr2 kyk ganggu chan sm hyera! Ah takut bgt chan lama2 jd perhatian sm si hanmi. Kyknya nih hanmi tipe2 yg selalu di nomor duakan deh, dia yg selalu iri sama hyera. Oya thor tolong diperjelas ya maincastnya kl bisa tulis nama pemera2n utamanya jgn cuma tulisannya chanyeol and OC hehe

Tinggalkan Balasan ke jessi Batalkan balasan