-Flashback- Innocent Sehun, Inability of Baekhyun and Cheonsa’s Dilemma (Part 1)

Title: -Flashback- Innocent Sehun, Inability of Baekhyun and Cheonsa’s Dilemma

Author: @diantrf

Cast:

Oh Sehun, Byun Baekhyun (Exo) | Park Cheonsa (OC)

Others

Genre: Romance, Fluff | Rating: G | Length: Chaptered

Prev:

Innocent Cheonsa | What’s Cheonsa Doing Today? | Still Like-A-Child Cheonsa | Cheonsa Wants to Get Diet | First Sight With Cheonsa | Cheonsa’s First, Second and Third Kisses | First Pain of Cheonsa

0o0

Cheonsa duduk seorang diri di tepi sungai Han sore hari ini. Sebenarnya sudah sedaritadi ia ingin pulang, namun entah mengapa ia merasa kembali ke rumah pun percuma. Cheonsa ingin sendiri, ingin menenangkan pikirannya yang belakangan ini terganggu oleh beberapa hal. Bosan, ia pun memutuskan untuk berjalan menyusuri tepian sungai, mencari kedai es krim kesukaannya. Sepertinya es krim memang satu-satunya alternatif baginya untuk menenangkan diri.

Mungkin banyak orang yang heran, gadis manis dan periang sepertinya menjadi pendiam akhir-akhir ini. Mungkinkah ini yang dinamakan pre-wedding syndrome? Ya, mungkin saja. Setelah berjalan beberapa menit akhirnya Cheonsa sampai di tempat tujuan. Ia segera mengambil tempat duduk di dekat jendela yang menghadap langsung dengan pemandangan depan kedai itu. Sore hari yang cerah, sangat cocok untuk bermain sepeda bersama teman atau keluarga.

Ia memesan es krim vanila dan setelahnya kembali melamunkan sesuatu. Entah apa itu, yang jelas permasalahan ini benar-benar membuatnya memikirkan hal itu dan tak berminat sama sekali untuk menghapusnya dari ingatan. Ia menghela napas dalam sekali, mengingat suatu kenangan manis di masa lalu. Saat Chanyeol dan Baekhyun membawanya ke taman dan mengajarinya menaiki sepeda.

Saat itu Cheonsa masih berumur sepuluh tahun. Padahal Chanyeol dan Baekhyun seharusnya fokus dengan ujian kelulusan mereka, namun karena Cheonsa terus merengek ingin belajar naik sepeda, Chanyeol mengalah dan menemani adiknya itu. Tentunya Baekhyun tak ingin melewatkan satu momen pun bersama Cheonsa. Akhirnya mereka berdua mengajari Cheonsa naik sepeda sampai bisa.

Cheonsa masih sangat ingat, dulu ia terjatuh beberapa kali, dan Baekhyunlah yang selalu memeluknya dan mengatakan bahwa Cheonsa tidak boleh menangis hanya karena terjatuh. Di saat Chanyeol pergi membeli obat merah untuk Cheonsa, Baekhyunlah yang menemaninya sampai Chanyeol datang, bahkan ia pula yang mengobati luka Cheonsa.

Es krim pesanan Cheonsa telah datang. Setelah mengucapkan terima kasih ia langsung memakan es krimnya dalam diam. Entah mengapa akhir-akhir ini Cheonsa mulai membuka pikirannya. Cheonsa yang selama ini baik kepada siapa pun menjadikannya sering disalah pahami. Cheonsa tak pernah mengerti dengan yang namanya cinta dan sebagainya. Yang ia tahu hanya ia menyayangi keluarganya dan Baekhyun yang pada dasarnya adalah sahabat kakaknya. Cheonsa tak pernah dekat dengan teman laki-lakinya untuk ke arah serius, hanya sekedar bermain dan belajar saja, tak lebih.

Namun Baekhyun berbeda. Pria dewasa itu benar-benar melindungi Cheonsa seperti Chanyeol melindunginya. Cheonsa seakan memiliki dua kakak yang sangat menyayanginya. Di saat orang tuanya sering berpergian karena urusan bisnis, hanya Chanyeollah yang Cheonsa miliki. Cheonsa yang terlahir sebagai gadis polos yang manis. Ya, Cheonsa hanya ingin menjadi seperti itu bahkan untuk seterusnya.

Lalu seorang pemuda bernama Sehun datang, masuk begitu saja ke dalam hidupnya. Cheonsa yang selalu welcome terhadap semua orang membuatnya tak menyadari bahwa segalanya telah dirancang untuknya. Perjodohan yang aneh, Sehun yang dingin dan Cheonsa yang polos. Gadis itu bingung.

Huh, kenapa segalanya membingungkan?” Gerutunya pelan, masih sembari memakan es krimnya. Pandangan Cheonsa teralihkan pada sosok pemuda tinggi di seberang sana, sedang duduk berdua dengan gadis lainnya yang mungkin seumuran.

“Itu bukan Raeyoo eonnie,” ujar Cheonsa pelan pada dirinya. Ia refleks mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Yeoboseyo, Cheonsa? Ada apa?

 

Eonnie di mana? Apakah sedang bersama Chanyeol oppa?” Tanya Cheonsa pada orang di seberang telepon, Shin Raeyoo.

Tidak, eonnie sedang di studio. Chanyeol sedang pergi menemui teman lamanya.

Nugu? Yeoja?

“Ne, Teman lamanya Baekhyun juga. Ah, Cheonsa maaf eonnie masih harus mengerjakan sesuatu. Annyeong.

Annyeong, eonnie.” Sambungan pun terputus, membuat Cheonsa penasaran dengan keadaan sebenarnya. Raeyoo eonnie sudah tahu jika Chanyeol oppa-nya menemui teman lama yang juga perempuan—dan apa katanya tadi? Teman lama Baekhyun? Entah kenapa mendengar nama Baekhyun membuatnya merasakan sesuatu yang aneh.

“Mencurigakan.”

0o0

Di sisi taman yang lain, Chanyeol masih saja terdiam. Bertemu dengan mantan kekasih yang telah lama tak jumpa membuatnya sedikit gugup. Jika saja bukan karena Baekhyun yang menyusahkan itu mungkin ia tak akan pernah mau melakukan hal ini.

Kim Kyuri, gadis yang berada tepat di sebelahnya ini adalah mantan kekasihnya. Gadis yang dulu pernah mengisi hatinya, dan mungkin kenangan-kenangan itu masih tersimpan rapi dalam ingatan Chanyeol. Kyuri dulu menyukai Baekhyun. Awalnya Chanyeol marah, namun ada satu hal yang lebih ia perhatikan. Ini bukan tentang hatinya yang sakit karena kekasihnya ternyata menyukai sahabatnya, namun karena sampai kapan pun perasaan Kyuri untuk Baekhyun tak akan pernah terbalas. Baekhyun sangat mencintai Cheonsa, dan Kyuri tak tahu hal itu. Dan mungkin inilah saatnya memberitahu Kyuri yang sebenarnya.

Ehm, itu.. Senang bertemu denganmu lagi,” ucap Chanyeol membuka suara, memecah keneningan di antara mereka. Kyuri masih tetap cantik dan manis, tak ada yang berubah dari senyum menawannya.

“Raejin bilang kau ingin menemuiku karena ingin membicarakan Baekhyun. Jadi?”

“Jadi? Ah, haruskah langsung ke inti pembicaraan?” Chanyeol mengusap tengkuknya karena gugup. Setelah apa yang mereka lewati selama ini.. Apakah Kyuri masih mencintai Baekhyun?

“Tunggu! Kau tidak tiba-tiba ingin menjadi kekasihku lagi, ‘kan? Kudengar kau sudah punya kekasih baru, Park Chanyeol? Jangan coba-coba menggodaku lagi!” Kyuri sontak menjauhkan duduknya dari Chanyeol, dan pemuda itu hanya tertawa melihat tingkah menggemaskan Kyuri.

“Kamu masih tetap percaya diri, ya? Sangat menggemaskan. Kamu bisa tenang, aku sangat menyayangi kekasihku yang sekarang,” Chanyeol mengusap rambut Kyuri dengan tangan panjangnya. Sial, walau pun duduk menjauh seperti ini ia melupakan satu fakta lain. Tangan Chanyeol yang panjang dapat dengan mudah menjangkau kepalanya.

“Lalu?”

“Apakah kamu tidak penasaran alasan mengapa aku sangat melarang kamu menyukai Baekhyun dulu?”

Kyuri terdiam, matanya menerawang ke beberapa tahun yang lalu. Saat ia menyadari bahwa ia menyukai sahabat dari kekasihnya sendiri. Chanyeol sangat menentangnya, dan Kyuri sangat sakit hati waktu itu. Apa karena Chanyeol tak ingin melihat sahabatnya menjadi kekasih dari mantan kekasihnya sendiri?

“Aku terima jika kamu meninggalkanku demi menyukai orang lain. Namun mengapa harus Baekhyun? Mengapa harus dia?!”

 

 

“Karena kamu masih sangat mencintaiku dan tak ingin aku menjadi kekasih dari sahabatmu?” Jawab Kyuri polos, dan itu membuat Chanyeol mencubit pipinya. “Aish, sakit!”

“Pikiranmu terlalu dangkal. Beberapa faktanya benar dan yang lainnya kurang tepat.” Chanyeol menatap langit sore yang mulai berarak menjemput sang bulan. Kyuri membulatkan matanya, terdiam dengan suasana canggung ini. Ia tahu bahwa omongan Chanyeol belum sepenuhnya selesai.

“Kamu kenal adikku Cheonsa, ‘kan?” Tanya Chanyeol, dan hanya dijawab anggukan oleh Kyuri. “Baekhyun menyukai adikku. Ani, sangat mencintainya.” Kyuri semakin terkaget. Semua fakta yang baru terungkap sekarang. Bahkan ia sempat membenci Chanyeol karena permasalahan ini. Ternyata..

“Aku menentang kamu menyukai Baekhyun karena dua alasan. Alasan pertama, Baekhyun yang menyukai gadis lain—aku takut kamu sakit hati karena cinta yang tak berbalas. Lalu alasan lainnya..” Chanyeol mengambil jeda sejenak, menarik napas dan berpikir cepat apakah alasan yang satu ini masih pantas ia ucapkan atau tidak, “karena waktu itu aku masih sangat mencintaimu.”

Hening, tak ada yang membuka suara setelahnya. Sebenarnya ini apa? Apakah ini reuni pertemuan antar mantan kekasih? Kyuri masih mencoba mencerna semuanya. Lalu apa sebenarnya maksud Chanyeol mengungkapkan ini semua padanya?

Ah, maaf kamu pasti kaget. Baiklah, langsung saja ya ke inti permasalahannya.” Chanyeol mengatur duduknya, menegakkan tubuhnya dan menatap Kyuri lekat. Ia benar-benar bergantung pada gadis ini sekarang. “Adikku akan menikah beberapa hari lagi. Ia..dijodohkan.”

Kyuri menatap Chanyeol, mulai memahami apa yang mungkin akan Chanyeol utarakan selanjutnya. Sebuah permohonan konyol yang mungkin akan membuat Kyuri kembali dalam bayang-bayang masa lalu. “Oh tidak, jangan bilang..”

“Yuri-chan..” Chanyeol memohon dengan tidak tahu malunya seperti anak kecil. Juga, apa itu tadi?

“Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi, Chanyeol-ssi,” ucap Kyuri sinis sembari menatap tajam Chanyeol yang masih sok polos di hadapannya. Yuri dalam bahasa Jepang artinya bunga Lili. Karena Kyuri sangat menyukai bunga Lili maka Chanyeol memanggilnya dengan sebutan khas gadis Jepang, Yuri-chan—dan juga entah mengapa ada unsur ‘chan’ di sana, salah satu karakter dalam nama Chanyeol.

“Baiklah, tapi tolong bantulah aku. Demi kebahagiaan semuanya,” kali ini tatapan Chanyeol meredup. Akankah semuanya berjalan baik sesuai rencananya?

Kyuri berpikir sejenak. Memang sejak kejadian itu ia tidak pernah ingin menyukai namja lain lagi. Sudah cukup ia sakit hati karena hal itu, dan ia tak ingin setiap inci kejadian itu terulang lagi dalam hidupnya. Tak akan pernah. “Huh, baiklah aku ikut rencana gilamu. Berdoa saja semoga Baekhyun tidak menendangku nantinya.”

Chanyeol tersenyum lebar, akhirnya satu misi berhasil dijalankan. Kyuri bangkit dari duduknya dan hendak pergi, “aku harus ke butik, masih banyak desain baju yang harus kuselesaikan.” Kyuri melambaikan tangannya. Namun sebelum ia benar-benar pergi, Chanyeol menarik tangannya dan memeluknya.

“Aku tahu ini sangat terlambat, tapi..,” diciumnya kening Kyuri dengan lembut. Gadis itu tentunya membulatkan matanya. Apa yang namja sinting ini lakukan?! “Aku mencintaimu. Bahagialah dengan Baekhyun, karena sekarang aku juga telah menemukan kebahagiaanku.” Chanyeol mengacak rambut Kyuri dengan gemas. Kyuri hanya tersenyum.

‘Rasanya masih sama seperti dulu saat Chanyeol menciumku.’

“Baiklah, jika lebih lama di sini mungkin aku akan dikira gadis yang sedang menggodamu,” Kyuri tertawa kecil dengan candaannya, “kalau rencananya sudah dimulai, kabari aku.” Saling melambaikan tangan, Kyuri kini benar-benar pergi meninggalkan Chanyeol.

“Kyuri!” Jarak mereka cukup jauh, namun Kyuri masih dapat mendengar panggilan Chanyeol. Ia berbalik, melihat Chanyeol yang tersenyum manis ke arahnya. “Terima kasih, kamu akan menjadi sahabat terbaikku yang kedua! Kapan-kapan akan kukenalkan pada kekasihku!” Chanyeol melambaikan tanganya dengan semangat. Kyuri mengangguk lalu kembali berjalan meninggalkan Chanyeol.

“Akhirnya, satu misi selesai,” ucap Chanyeol pelan dan ia pun ikut meninggalkan taman.

Di sisi lain, gadis manis dengan mata hijaunya itu bangkit dari ‘piknik kecilnya’. Cheonsa yang sedaritadi duduk di balik semak sambil memakan sisa es krimnya mendengar seluruh pembicaraan antara kakaknya dengan gadis yang diketahuinya bernama Kyuri itu. Cheonsa seperti tidak asing dengan nama itu.

Namun bukan itu yang kini Cheonsa permasalahkan di otaknya. Ini tentang seseorang yang belakangan ini memenuhi pikirannya. Orang yang tanpa sadar selalu menyayangi Cheonsa bagaimana pun keadaannya. Apakah semua ini hanya lelucon? Atau..

“Hyun oppa..menyukai Cheonsa? Benarkah?”

0o0

Malam harinya, keluarga Park berkumpul di meja makan untuk makan malam. Suatu momen langka mengingat betapa sibuknya kedua orang tua itu. Cheonsa duduk di sebelah Chanyeol yang tengah menikmati makanannya dalam diam. Namun memang dasarnya Cheonsa, ia dengan sengaja mengganggu makan malam tenang oppa-nya dengan menusuk-nusukkan jari telunjuknya di pipi kanan Chanyeol. Ibu dan ayahnya hanya tertawa kecil melihat anak gadis mereka yang menjahili kakaknya. Awalnya Chanyeol hanya diam dan bersabar, namun lama kelamaan tingkah adiknya ini semakin brutal.

Ahh, oppa—“

Chanyeol menarik tangan Cheonsa dan tepat saat mulut gadis itu terbuka, ia langsung memasukkan satu sendok penuh nasi dan kimchi ke dalam mulut Cheonsa. Langsung saja Chanyeol mencubit pipi Cheonsa yang mengembung karena menampung makanan dengan kapasitas berlebihan. Chanyeol tertawa, sedangkan kedua orang tua mereka hanya bisa geleng kepala melihat tingkah anak-anak mereka yang walau pun sudah besar tetap saja kekanakan.

“Chanyeol, eomma memasukkan lobak dalam kimchi-nya,” eomma menatap Chanyeol tajam, sedangkan yang dipandang mencoba mengingat sesuatu. Kimchi.. Lobak..

“Cheonsa, ayo muntahkan makanannya!” Chanyeol menepuk punggung Cheonsa dengan brutal, membuat gadis itu langsung memuntahkan makanan itu di piringnya—yang untung saja telah kosong. Setelahnya, Cheonsa menatap tajam Chanyeol dan memukul kakaknya itu dengan brutal. Chanyeol refleks memegang tangan Cheonsa dan bangkit dari duduknya.

“Aku sudah selesai, terima kasih makanannya.”

Kyaa.. Chanyeol oppa turunkan Cheonsa!”

Chanyeol langsung menggendong Cheonsa dan kabur menuju kamar, meninggalkan kedua orang tuanya yang memandang mereka dengan mata membulat. Sebenarnya ada apa dengan kedua anak itu?

“Aku masih merasa mengasuh dua anak di bawah umur,” ucap eomma Cheonsa pelan, disambut dengan tawa kecil dari suaminya.

“Baguslah, serasa masih berumur dua puluhan saat pertama kali memiliki Chanyeol.”

Makan malam pun masih berlanjut, tanpa kedua orang tua itu ketahui apa yang tengah Chanyeol lakukan pada Cheonsa di dalam kamar sana.

0o0

Inikah yang dinamakan penculikan berencana? Cheonsa duduk di ranjang dengan tangan terikat di kepala ranjang dan mulut yang ditutup oleh kain hitam. Siapa pelakunya? Sudah jelas, siapa lagi jika bukan Chanyeol?

“Karena hari ini Cheonsa nakal jadi oppa sekarang menghukum Cheonsa. Mengerti?!” Ujar Chanyeol dengan wajah sok galaknya. Cheonsa memutar kedua matanya, merasa kesal dengan tingkah kekanakan Chanyeol. Apakah Chanyeol marah hanya karena kejadian di meja makan tadi? Ayolah, itu hanya candaan semata.

“Ini bukan hanya tentang kejahilanmu di meja makan tadi,” Cheonsa benar-benar membulatkan matanya. Apakah Chanyeol selama ini dapat membaca pikiran orang lain? “Kenapa Cheonsa bisa tahu bahwa oppa bertemu dengan seorang gadis di taman?”

Bagaimana pun juga mulut Cheonsa kini diikat dengan kain. Mana bisa ia menjawab pertanyaan Chanyeol? Alhasil gadis manis itu hanya terdiam, memandang Chanyeol dan mengirimkan semacam telepati pada oppa satu-satunya itu. Namun Chanyeol justru kini hanya terdiam sembari memainkan ponsel Cheonsa, mungkin sedang mengetikkan sesuatu. Cheonsa hanya menatap Chanyeol dalam diam. Apa yang sedang ia lakukan?

Hah, oppa keterlaluan—“

“Lebih keterlaluan mana denganmu? Raeyoo eonnie sekarang marah dengan oppa, apa Cheonsa senang?”

Chanyeol melepaskan ikatan di mulut Cheonsa, namun kini perang dingin tersulut di antara keduanya. Cheonsa yang mengadu pada Raeyoo bahwa ia melihat oppa-nya itu mencium gadis lain yang Raeyoo ketahui adalah teman lama Chanyeol. Cheonsa menundukkan kepalanya, tak ingin menatap Chanyeol. Mungkin kali ini ia agak keterlaluan. Chanyeol yang menyadari perubahan wajah Cheonsa menurunkan pandangannya. Adiknya sangat menggemaskan.

“Sudahlah, oppa terlalu berlebihan. Raeyoo sudah tidak marah,” ucap Chanyeol pelan sembari melepaskan ikatan tangan Cheonsa. Ia tersenyum kecil lalu mengacak rambut Cheonsa dengan sayang. “Sudah malam, Cheonsa harus tidur.” Diciumnya kening Cheonsa, tak lupa Chanyeol menyelimuti adiknya dan mematikan lampu, meninggalkan Cheonsa yang hanya diterangi oleh lampu tidurnya.

Huh, Chanyeol oppa aneh,” ucapnya pada dirinya sendiri, lalu pergi menuju alam mimpi yang indah. Siapa tahu ia bertemu dengan Sehun di sana.

“Sehun oppa, datanglah besok ke taman hiburan jam 10 pagi. Cheonsa tunggu.”

 

“Hyun oppa, datanglah besok ke taman hiburan jam 10 pagi. Cheonsa tunggu.”

0o0

Sepanjang langkahnya menuju kamar, Chanyeol hanya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Ia memikirkan rencananya besok, apakah akan berjalan dengan lancar, atau justru akan menjadi akhir dari segalanya? Oh, semoga saja berhasil.

“Sepertinya anak eomma yang satu ini sudah mulai terganggu kejiwaannya,” Chanyeol tersadar dari lamunannya karena suara ibunya. Ah, ternyata kakinya melangkah menuju dapur. Ibunya sedang mencuci piring. Chanyeol hanya tersenyum malu lalu berjalan menuju lemari pendingin, mengambil segelas air.

“Jadi, siapa Shin Raeyoo ini? Kalau tahu seperti ini mungkin eomma akan menyiapkan pernikahanmu lebih dulu baru Cheonsa—“

Eomma..”

“Hanya bercanda.” Chanyeol menghela napas karena gugup, dan ibunya masih sibuk mencuci piring. Ah ya, ia belum minta izin pada ibunya untuk membawa Cheonsa jalan-jalan besok. “Eomma..” Chanyeol memeluk ibunya dari belakang, persis sekali seperti kebiasaan ayahnya. Buah tak jatuh jauh dari pohonnya ternyata.

“Menginginkan sesuatu? Kamu mirip sekali dengan ayahmu jika sedang merengek meminta sesuatu seperti sekarang ini,” ibunya tersenyum kecil, ternyata ia benar-benar masih memiliki dua anak kecil dalam rumahnya.

Eomma memang pengertian. Besok Chanyeol akan mengajak Cheonsa jalan-jalan.” Memang tak ada wanita lain yang dapat membuat kita nyaman selain ibu kita sendiri. Chanyeol hanya terdiam, menunggu jawaban dari ibunya. “Dengan siapa?”

“Apa maksudnya ‘dengan siapa’?” ujar Chanyeol dengan nada heran. Ibunya ini sepertinya mencium gelagat anehnya.

“Chanyeol yakin hanya jalan-jalan dengan Cheonsa? Pasti tidak hanya—“

“Baiklah-baiklah, eomma menang. Besok akan ada banyak yang ikut,” Chanyeol menghela napas, ibunya tertawa kecil karena dugaannya benar.

“Banyak? Bagaimana dengan Rae—“

Eomma, just say yes or no, please..

“Baiklah,” satu senyuman manis ibunya berhasil membuat Chanyeol ikut mengembangkan senyumnya juga. “Tapi sang gadis beruntung satu ini berhutang satu sarapan pada eomma.” Ibu muda itu mematikan keran air, meninggalkan Chanyeol yang masih terdiam di tempatnya. Agak lama, sampai Chanyeol menyadari apa yang eomma-nya maksud.

Ya, eomma! Aish, mengapa appa sangat mencintainya?” Chanyeol tertawa kecil, mengambil ponselnya dari dalam saku dan menekan satu tombol panggilan.

Yeoboseyo, Raeyoo. Besok datanglah ke rumah, eomma ingin bertemu.”

Ya! Tapi—“

“Tidak ada kata tapi. Jam 8 pagi, dan berdandanlah yang manis.”

Ya! Park Chanyeol, kau—“

 

Good night, sweetheart.” Chanyeol terkikik geli mendengar respon Raeyoo. Diputusnya sambungan telepon dan kembali melangkah menuju kamar tidurnya. Semoga rencana esok hari berjalan lancar.

TBC

Sangat sangat maaf karena lamaaa banget huhu. Cheonsa memutuskan untuk liburan pasca natal jadinya gini deh(?). Doakan lancar, annyeong^^

69 pemikiran pada “-Flashback- Innocent Sehun, Inability of Baekhyun and Cheonsa’s Dilemma (Part 1)

Tinggalkan Balasan ke melanierosaria Batalkan balasan