Wave Find Beach (Chapter 3)

mm

Wave Find Beach (Chapter 3)

“Kau tahu, kehidupan kita umpama ombak yang mencari tempat berlabuh.

 “Dan kupikir kita sekarang sebagai ombak telah menemukan pantai yang tepat. Ya, kita bahagia berada di sini, berlabuh di nirwana ini”.

Author                      :    –     Ayse_Lyn
Main Cast                :    –     EXO’s member and OC

(Please read and you will know ^^ *pasangevilsmirk*)

Genre                                    :    –      Friendship, Romance, Gaje, dll, dsb, dst

Length                      :    –     Chaptered

Rating                       :    –     (+13)
Pesan & Saran       :

-ff ini adalah ff ketiga saya yang berani saya publish xD. Please don’t be plagiator, soalnya ff ni murni buatan saya dengan inspirasi dari berbagai sumber, dan tolong jangan dianggep serius soalnya ni ff cuma buat hiburan semata, mengingat imajinasi saya yang emang absurd horor nggak karu-karuan. Makasih banget buat readers yang udah nyempetin baca. Mian klw  banyak typo-nya, soalnya –lagi- saya nulis ni ff sambil mikirin  suami-suami(?) saya *ngelirik EXO -digantung EXO-L*. Well, langsung saja ke TKP……
Eh… ada yang nyelip,

Warning!! DON’T LIKE, DON’T READ…….

<EXO ♥ JJANG>

Preview

“Chanyeol –ah, menurut eomma kau itu tampan. Ah…ani..”

“Ani?” Chanyeol yang semula melambung di awang-awang, tiba-tiba terhempas kembali ke bumi.

“Shirreo ya! Aku susah payah mengumpulkan ini!” tolak Soonji yang meringkuk melindungi celengannya sambil menangis dalam diam.

“Ma..maafkan aku. Kemarin aku hanya…hanya… yah…terkejut. Tapi… aku mendukungnya. Aku mendukung perjuanganmu”, Jinhwa berkata dengan gugup.

“Oh Sehun! Kau benar-benar membuatku menua lebih cepat. Wajahmu itu membuatku muak, kau tahu?! Hah…. kalau otakmu itu tidak setajam ini, mungkin sudah dari dulu aku menendang bokongmu keluar dari sekolah ini! Aigooo…”, wanita itu pun menumpahkan kekesalannya.

“Aaaaaa!!!” Sehun berteriak pelan sambil mengusap-usap pantatnya. Ternyata efek pukulan itu belum hilang juga.

“Hi..hi..hi..”, Soonji geli melihat ekspresi Chanyeol. Diam-diam Chanyeol tersenyum samar. Atmosfer diantara mereka pun perlahan mencair.

“Maukah kau menjadi mak comblangku? Jeballl…”, Chanyeol menunjukkan puppy eyesnya.

Angin bertiup menggugurkan daun-daun kering yang menguning. Gelak tawa riang anak-anak yang asyik bermain menyemarakkan situasi di bawah cakrawala yang berwarna orange kemerahan. Jinhwa mati-matian menahan air mata yang telah memburamkan penglihatannya. Peran ‘obat nyamuknya’ akan segera tiba. Dia tak tahu, sejauh mana perasaannya akan bersabar dan sekuat apa dia akan menerima hari-hari ke depannya dengan lapang dada.

Sampai kapan aku harus menahannya?

<EXO ♥ JJANG>

            Chapter 3

‘Kring…..kring….kring……’, jam beker terus berdering di atas laci sebelah tempat tidur Jinhwa. Namun, gadis itu tak berminat mematikannya atau pun melepas baterainya seperti hari-hari sebelumnya. Dia hanya tiduran sambil memeluk gulingnya.

“Aku tak mau pergi sekolah”, gumamnya dengan wajah kusut.

‘Tok…tok…tok…’

“Kau sudah bangun, chagiya?” tanya ibunya dari balik pintu setelah mengetuknya berulang kali.

“Aku tak mau pergi sekolah”, ulang Jinhwa.

“Jinhwa –ya, ini sudah pagi. Tidakkah kau bersiap berangkat sekolah?”

“Shirreo ya”, lirihnya.

“Jinhwa –ya…”

“Shirreo ya!” teriaknya tanpa sadar lalu menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

“Neo gwaenchana, Jinhwa –ya? Apa kau sakit?” ibunya berubah khawatir.

‘Ceklek…ceklek…ceklek….’, ibu Jinhwa mencoba membuka pintunya, sayang pintu tersebut dikunci dari dalam, dan Jinhwa tak punya niat beranjak seinchi pun dari posisinya.

Iya, eomma. Aku sakit. Maeume neomu appa. Jeongmal appayo, Jinhwa terisak pelan sembari menggigit selimutnya. Dia tak menyangka rasanya akan sepedih ini.

Soonji berjalan menyusuri jalanan dengan raut lebih bahagia dibanding waktu lalu. Dia tersenyum cerah bagai bunga lili yang baru saja mekar setelah terkena radiasi matahari.

Neomu haengbokhada. Uri oppa eobsoyo. Untunglah pagi ini dia tidak kembali ke rumah, batin Jinhwa sesekali tersenyum sendiri.

Apalagi, Chanyeol…… aku telah bicara santai lagi dengannya, lanjutnya.

“Annyeong, Soonji –ya!!!” sapa seseorang.

Soonji pun celingukan mencari asal suara. Tetapi tidak ada siapa pun yang tertangkap indera penglihatannya.

‘Bruuk’.

“Aaahhh!” sontak Soonji berteriak karena tiba-tiba ada seseorang yang melompat di depannya dengan heboh.

“Chanyeol –ah?” gumam Soonji tertegun.

“Neo gwaenchana, Chanyeol –ah?” Soonji pun bergegas menghampiri Chanyeol yang bertahan dengan posisinya, yaitu jongkok. Benar-benar bukan posisi mendarat yang elit.

“Mwo? Ahahaaha…. Tenang saja, tidak sakit, kok”, Chanyeol meringis konyol, seolah menyembunyikan sesuatu.

“Kau duluan saja, Soonji –ya. Aku masih harus mengikat tali sepatuku”, ujar Chanyeol beralasan sambil menutupi kedua sepatunya. Jelas saja, karena tali sepatunya sungguh baik-baik saja.

“Oh. O..oke”, Soonji tersenyum kecil kemudian melangkah lebih dahulu dengan ragu.

“Aaaahh. Neomu appayo”, lirih Chanyeol saat berdiri, dia memegangi perutnya yang kram dengan sedikit membungkuk.

“Emmm… Chanyeol –ah?”

“Ne?” Chanyeol mengangkat kepalanya.

“Kau habis memanjat dari pohon, ya?” mendadak Soonji berbalik badan.

Cepat-cepat Chanyeol menegapkan tubuhnya.

“Ne”.

Soonji pun membetulkan arah jalannya. Sementara Chanyeol kembali sedikit membungkuk sambil memegangi perutnya.

“Memangnya kenapa?” Soonji membalik badannya lagi.

Dengan terpaksa Chanyeol menegapkan tubuhnya kembali. Dia tidak ingin terlihat lemah, dia ingin terlihat keren di depan Soonji sebab telah meloncat dari pohon yang tingginya sekitar lima meter.

“Oh… itu..itu… ahahaha… Aku hanya, hanya iseng. Pohon ini yang merajuk minta dipanjat. He..he…”.

Padahal aku sedang mengawasinya dari jauh, Chanyeol meralat ucapannya dalam hati.

“Ooohh. Lain kali kau jangan nekat loncat begitu. Pohon mangga yang kau panjat kan lumayan tinggi. Apa benar kau baik-baik saja?”

“Geotjongmal. Kau lihat sendiri kan? Aku baik-baik saja”, diam-diam Chanyeol mengeluh sakit dalam hati.

“Geure. Nan arrayo”, Soonji pun berjalan dengan posisi normal. Saat itulah Chanyeol kembali memegangi perutnya.

Kuharap dia lupa caranya berbalik badan, batin Chanyeol yang berniat meminta salep pada petugas UKS untuk mengobati kramnya setibanya di sekolah.

Seungri of Middle School, 07.10 am KST.

            Oh Sehun berjalan tanpa beban menuju gerbang sekolahnya setelah bel masuk berbunyi sepuluh menit yang lalu. Baginya terlambat adalah sarapannya, rasanya tidak kenyang kalau tidak terlambat. Dan tentu saja, guru super galak –menurut Sehun-, Guru Jihyo, wanita yang setia membawa penggaris kayu 1 meternya itu telah stand by seperti biasanya. Kali ini Sehun kembali melihat murid yeoja yang terlambat, tapi dia kecewa karena murid yeoja tersebut bukanlah murid yeoja yang terlambat beberapa waktu lalu.

Ternyata bukan dia.

“Kalau begitu kau boleh masuk, Ms Ma”, Guru Jihyo memperbolehkan murid yeoja itu, Ma Jihwa, menuju ke kelasnya begitu matanya menangkap sosok yang sangat tidak asing. Saking tidak asingnya, Guru Jihyo berharap wajah murid ‘itu’ dapat berubah-ubah setiap harinya.

Jinhwa mengangguk kemudian masuk ke kawasan sekolahnya.

“Kau lagi! Apa kau sedang mempermainkanku, Oh Sehun?! Tidakkah semua hukuman membuatmu jera? Apa hukuman-hukuman itu terlalu ringan di matamu?!” Guru Jihyo sudah habis kesabaran menghadapi muridnya yang satu ini.

“Jeosonghamnida, saya bersalah”, Sehun berkata bagaikan orang tak berdosa.

“Aiigooo! Kenapa murid ini susah sekali dibilangi?” gerutu Guru Jinhyo pasrah.

Sehun hanya diam. Sebenarnya dia telah berusaha mengatur waktunya agar tidak terlambat, malangnya itu semua tak semudah bayangannya.

Terlambat ingin menjadi sahabat sejatiku, seonsaengnim, Sehun ingin mengatakan itu, tapi dia kasihan juga melihat raut Guru Jihyo yang sepertinya muak pangkat 1000000000000 kuadrat.

Jinhwa berheti melangkah sesampainya di depan pintu kelasnya. Tangannya telah siap di hendel pintu untuk membukanya, tetapi dia urungkan niatnya masuk ke kelas. Jinhwa menarik tangannya lalu kakinya bergerak tiga langkah ke belakang. Pikirannya berperang sejenak, kemudian ia pun berlari menjauhi kelasnya.

Aku belum siap bertemu dengannya, Jinhwa merasa air matanya akan menetes lagi.

Geumanhe! Aku tak suka kau keluar. Jangan menangis, kumohon, batinnya sambil mengusap air matanya dengan lengannya yang berbalutkan blazer hitamnya.

Chanyeol memasuki lapangan sepak bola bersama teman-teman sekelasnya, sekarang memang jadwalnya pelajaran olahraga. Dia lalu  bermain sepak bola ringan dengan teman-teman namjanya, hitung-hitung menuggu Guru Kang yang belum datang.

Di tengah asyik-asyiknya bermain sepak bola –dan kebetulan Chanyeol baru saja melesakkan gol-, mata Chanyeol tak sengaja menangkap sosok Jinhwa yang duduk merenung di pinggir lapangan.

“Aku istirahat dulu ya, teman-teman”, ujar Chanyeol menghentikan selebrasinya.

“Oke, oke. Saat turnamen nanti kau juga harus bisa membuat gol, bro”, ujar Jongdae sambil menepuk-nepuk pundak Chanyeol.

Chanyeol tersenyum seraya memamerkan jempolnya.

“Siip!” Lalu dia pun berlari kecil meninggalkan teman-temannya.

Jinhwa menikmati semilir angin yang sedikit menerbangkan rambutnya. Dia agak terhibur ketika seekor kupu-kupu bersayap kuning cerah terbang mengelilinginya.

“Kau begitu bahagia. Pasti kau tidak pernah merasa menderita, iya kan?” gumam Jinhwa.

“Siapa bilang?”

“Aaahh”, Jinhwa terkejut karena ada sesuatu yang menempel di pipinya, dan itu terasa dingin.

“Minumlah”, Chanyeol memberikan sekaleng sprinkle rasa orange, benda itulah yang terasa dingin di pipi Jinhwa.

“Chanyeol –ah?” Jinhwa menerimanya dengan bingung.

“Aku sedang pelajaran olahraga. Kau lihat pakaianku kan? Lalu  kau sendiri kenapa di sini? Bukankah kelasmu sekarang pelajaran matematika?” Chanyeol mengambil tempat di sebelah Jinhwa, duduk di sampingnya.

“Kau tahu?”

Tidak biasanya Chanyeol peduli akan hal itu, heran Jinhwa dalam hati.

“Emm…itu.. Aku tahu dari Soonji”, aku Chanyeol diiringi semburat merah samar di pipinya.

Rupanya mereka sudah semakin dekat. Lalu apa aku masih dibutuhkan? Apa aku masih punya muka mencampuri urusan mereka? Jinhwa tak menjawab pertanyaan Chanyeol, dia memutar-mutar kaleng minuman di tangannya, seleranya telah hilang. Padahal dia tadi memang haus.

Chanyeol mengambil kaleng minuman di tangan Jinhwa, membuat Jinhwa kembali bingung. Dia pun membuka lubang kaleng itu lalu menyerahkannya ke Jinhwa.

“Minumlah”. Jinhwa menerimanya dengan perasaan mengganjal, perasaan yang membuatnya sesak.

Jinhwa pun meminumnya tiga teguk.

“Kau sebenarnya tahu kalau kupu-kupu itu pernah menderita”, Chanyeol membuka suaranya.

“Mwo?” Jinhwa menoleh ke arah Chanyeol.

“Apa kau ingat? Mereka sangat menderita ketika menjadi ulat. Buruk rupanya hingga mereka mendapat banyak hinaan. Dibasmi karena mereka membuat rusak dedaunan. Hanya mereka yang kuat yang mampu bertahan. Bertahan menerima rasa sakit. Dan kau lihat kan? Penderitaan itu terbalas dengan kebahagiaan. Rupa mereka menjelma indah hingga mendapat banyak pujian. Selain itu mereka juga menjadi bermanfaat karena membantu penyerbukan bunga-bunga”, jelas Chanyeol kemudian tersenyum menatap Jinhwa.

“Itulah hidup. Mungkin memang kejam, tapi jika kau mampu bertahan, kuat menghadapinya dan tidak melarikan diri, kebahagiaan itu pasti datang juga. Tinggal seberapa sabar kita menunggunya”.

Mata Jinhwa memancarkan kekaguman. Dia tidak salah menyukai seorang namja seperti Chanyeol, sayangnya………..

“Aku tahu kau kagum. Tapi berhentilah menatapku begitu”, goda Chanyeol.

“Aniya”, elak Jinhwa agak dingin.

“Mwo?”

“Aku sama sekali tidak kagum padamu. Apa kau menjiplaknya dari google? Pantas saja”, Jinhwa  kembali meneguk minumannya.

“Mwo? Kau meragukanku?”

“Sudahlah”, Jinhwa bangkit.

“Aku akan kembali ke kelas”, Jinhwa berjalan meninggalkan Chanyeol.

“Tapi….”, kata-kata Chanyeol tertahan di tenggorokannya.

“Terimakasih banyak minumannya. Aku benar-benar haus”, Jinhwa membalik badannya saat mengatakan itu dengan raut datar, lalu dia kembali melanjutkan langkahnya.

Jeongmal gumawo, Chanyeol –ah, batinnya tersenyum sambil meneguk minumannya –lagi-.

Chanyeol di belakang sana tersenyum menatap punggung Jinhwa.

Nan molla. Tiba-tiba saja aku merasa bersalah padamu.

“Memangnya apa salahku? Apa memberi minuman untuk orang yang sedang haus itu salah?” gumam Chanyeol. Namun namja itu tak ingin terlalu memikirnya, dia pun mengedikkan bahunya.

<EXO ♥ JJANG>

            Ma Jinhwa P.O.V

Peranku sebagai orang ketiga rupanya telah dimulai, bahkan telah berjalan hampir sebulan ini. Aku merasa miris jika harus mengingat diriku yang benar-benar terlihat tolol. Entah kebetulan macam apa yang kini mengikutiku, pasalnya setiap kali aku berusaha menjauh dari kedua-remaja-yang-tengah-kasmaran itu, ujung-ujungnya aku pasti bertemu dengan mereka dan harus memasang wajah ’palsu’ yang tampak biasa-biasa saja. Ya, sejak aku mengiyakan permohonan memaksa Chanyeol untuk menjadi mak comblang, maka dua hari berikutnya kedua lawan jenis –and you know who– itu pun menampakkan hubungan yang semakin akrab seperti sepasang calon kekasih yang menjajak masa PDKT. Contohnya ketika aku dan Soonji berjalan keluar kelas menuju kantin, tanpa diduga Chanyeol telah berdiri di luar kelas menunggu kami, bukan kami sepertinya, karena kupikir dia hanya menunggu Soonji saja. Menyadari situasi ini tanpa kode apa pun dari lelaki bermarga Park itu, aku mengalah, sebab memang ini kan tugas mak comblang? Membuat dua hati yang saling mencintai terjalin jadi satu. Maka aku pun memutuskan bertolak ke perpustakaan dan membiarkan mereka menikmati waktu mereka berdua saja. Memang aku seakan terlihat tegar, namun sesungguhnya hatiku sangat rapuh, jujur aku ingin menumpahkan tangisku saat itu.

Selain itu ketika pulang sekolah, aku pamit terlebih dulu sambil mengayuh sepeda dengan cepat meninggalkan Chanyeol dan Soonji berdua, tentu saja aku tengah menjalankan status baruku sebagai mak comblang atau istilah bekennya cupid. Sementara Soonji sendiri menjadi heran dan curiga dengan sikapku yang seolah menjaga jarak darinya, terlebih bila ada Chanyeol di sampingnya.

Author P.O.V

“Jinhwa kenapa?” Soonji memecah lamunan Chanyeol yang membayangkan tentang rencana-rencana manis untuk merekatkan hubungan dengan sang pujaan hatinya, Lee Soonji.

“Eh? Maksudnya?”  seketika imajinasi Chanyeol berhamburan bagai debu tersapu angin.

“Dia seperti menjauhiku”, ujar Soonji dengan murung. Dia berusaha mengingat kesalahan apa yang dia perbuat hingga membuat Jinhwa jadi begini padanya, sayang Soonji tak menemukan kesalahan fatal tersebut.

Chanyeol tertegun melihat wajah Soonji yang muram . Baginya sikap Jinhwa terlihat wajar karena dia tahu Jinhwa sedang berperan sebagai cupid. Namun dia tak memikirkan bagaimana respon Soonji yang tak mengetahui apa pun tentang kesepakatan rahasia antara dirinya dengan Jinhwa, Chanyeol merasa bersalah sebab membuat Soonji menjadi sedih.

“Ada apa denganmu, Soonji –ya? Kupikir Jinhwa bersikap biasa saja”, kata Chanyeol menenangkan.

“Tapi jelas sekali dia sedang menjauhiku”, kilah Soonji yang memang sulit dikelabui.

“Soonji –ya”, panggil Chanyeol, membuat Soonji memandang lelaki itu dengan mata sedikit berkaca-kaca.

“Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Berhentilah terlalu memikirkan orang lain”.

“Apa maksudmu?” tanya Soonji serak.

“Dia baik-baik saja, percayalah padaku. Dia tidak sedang menjauhimu, dia hanya memberi kita waktu”.

Karena aku yang memintanya, lanjut Chanyeol dalam hati.

“Ne?” Soonji hanya menatap Chanyeol bingung.

“Kumohon percayalah. Kau hanya perlu percaya dan semua akan baik-baik saja”, Chanyeol berkata dengan sangat meyakinkan, hingga Soonji tak punya pilihan lain selain mengangguk.

“Baiklah, aku percaya padamu, Chanyeol –ah. Aku percaya semua akan baik-baik saja karena kau yang mengatakannya”.

Chanyeol pun menanggapi dengan senyuman yang tulus, memicu semburat merah muncul di pipi pujaan hatinya. Soonji tersipu dengan senyum Chanyeol yang begitu tampan dan menawan.

Percayalah, Soonji –ya. Karena aku tak akan pernah membiarkan dirimu terluka.

<EXO ♥ JJANG>

Ma Jinhwa P.O.V

Selain soal kantin dan pulang bersama, ini juga menyangkut tentang belajar bersama. Tinggal menghitung bulan lagi kami –murid tingkat akhir- akan menghadapi ujian nasional, dan aku terpaksa tidak bergabung dengan Chanyeol dan Soonji karena disamping kehadiranku yang mengganggu, aku pun malu dan minder sebab wawasanku tertinggal jauh dari mereka, walau mereka tak mengatakannya secara gamblang, tetapi aku sadar bagaimana menyulitkannya diriku ini bagi mereka, yah… itu sih hanya prasangkaku saja. Seperti hari kamis lalu, Soonji meraih tanganku untuk belajar fisika bersama di taman sekolah yang asri dan nyaman sebagai tempat singgah di kala istirahat. Namun, tak ada 40 detik Chanyeol datang dan meminta bergabung, terang saja aku langsung menolak dengan halus ajakan Soonji.

“Mianhaeyo, Soonji –ya. Aku ada urusan dengan klub mading hari ini”, dustaku mengarang bebas. Padahal setahuku klub mading mengkhususkan murid tingkat akhir untuk bebas dari tugas agar mereka fokus dengan ujiannya.

“Kenapa mendadak? Bukankah klub mading memberi cuti untuk murid tingkat akhir?” nada Soonji terdengar kecewa dan agak menuntut.

Bingo! Memang sulit berkelit dari orang genius.

“Ige….”

“Sudahlah, hentikan saja”, tiba-tiba Chanyeol ambil bagian dalam percakapan ini.

“Ne?”

“Ikutlah belajar dengan kami, itu juga untuk kebaikanmu. Setahuku nilai-nilaimu tidak bisa dibilang baik”, lanjut Chanyeol dengan wajah serius, seperti bukan dia saja jika begitu, dan… dari mana dia tahu kalau nilaiku masuk kategori low average? Aku bahkan tak pernah membocorkannya pada Soonji. Apa selama ini dia juga memperhatikanku? Huh! Aku semakin tak dapat membinasakan perasaanku kalau dia peduli seperti ini.

“Tapi…”

“Berhentilah seolah kau menjauhi kami. Memangnya apa yang membuatmu bersikap begitu?”

Mataku sedikit membulat. Apa? Chanyeol berkata apa barusan? Kenapa pertanyaan itu seakan menyudutkanku? Memang gara-gara siapa aku bersikap seperti sekarang ini? Bukankah dia yang memohon-mohon supaya aku jadi cupidnya?

“Mianhaeyo. Apa aku terlihat menjauhi kalian? Padahal kebetulan saja aku memang ada urusan. Jadi tidak usah negative thinking dulu. Dan…”, aku yang semula menatap Soonji, beralih menatap tajam Chanyeol di sebelahnya.

“Katakan kalau sudah tidak butuh bantuanku lagi, jangan membuatku terlihat seperti orang idiot. Aku tidak suka itu”, Chanyeol terkesiap akan untai kalimat sarat sindiran yang kulontarkan. Tanpa menunggu balasan darinya, aku berbalik meninggalkan mereka berdua dengan hati sesak yang sukar kugambarkan.

“Mworago? Apa maksudnya?” tanya Soonji sembari menatap kepergianku. Karena tak terdengar sahutan, Soonji menoleh dan mendapati Chanyeol yang masih setia memandang punggungku yang hampir hilang di ujung koridor.

“Chanyeol –ah”, panggil Soonji sia-sia.

“Chanyeol –ah, hei Chanyeol –ah….”, masih sia-sia.

“Park Chanyeol –ssi!” seru Soonji tak sabar.

“Ap..apa?” gagap Chanyeol.

“Apa maksud perkataan Jinhwa? Apa kalian menyembunyikan sesuatu dariku?” selidik Soonji to the point.

“Itu…”, Chanyeol kembali memusatkan penglihatan pada ujung koridor, di mana sosokku telah menghilang dari sana.

“Entahlah…”, jawab Chanyeol seadanya, membuat Soonji bertambah bingung.

Apa aku tadi sangat keterlaluan ya?

            Setelah mampir sebentar ke kantin, aku jalan-jalan di lantai dua sambil sesekali menyesap susu kotakku. Kemudian aku berhenti dan memandang ke bawah sana, taman sekolah yang asri. Tak sengaja irisku menangkap Chanyeol dan Soonji yang tengah belajar dan di beberapa kesempatan mereka menyelingi dengan candaan. Mereka berdua tertawa begitu lepas, dan mereka berubah serius saat membahas materi pelajaran. Sudah kuduga, jelas keberadaanku hanya akan merusak momen indah mereka berdua. Lihatlah, mereka lebih nyaman berdua ketimbang ada sosokku menyempil di sana. Aku pun menyesap lama minumanku dengan ulu hati yang terasa nyeri.

Kenapa rasanya sakit sekali?

<EXO ♥ JJANG>

TBC ^^

 

10 pemikiran pada “Wave Find Beach (Chapter 3)

  1. Ya ampun nyesek banget jadi ma jihwa
    Kenapa chanyeok gak peka peka sih???
    dan sehun dia suka sama siapa sih??
    hhmm penasaran sama lanjutannya
    Next jgn lama lama ya fightinggg

  2. Ksihan ama jinhwa gra2 mejomblangan tman.a ia yg jdi pth hti…

    Smoga jinhwa mndpt pengganti yg lbih baik dr chanyeol…

Tinggalkan komentar